5. Penawar Luka

5.9K 208 4
                                        

Saat hati tak mampu menahan luka lebih lama lagi, bagaimana dengan kondisi batin yang nasibnya tak jauh berbeda? Adakah setitik penawar pada detik-detik terakhir kesadaran akan luka tersebut?

Victor sangsi.

Luka hati memang tak tersembuhkan. Bahkan peluang untuk menikmati bagaimana rasanya sembuh itu nyaris tidak ada. Kalau pun memang ada, itu hanya kenikmatan semu belaka. Sisanya tetap membekas. Walau beberapa ada yang samar.

Begitu yang diyakini oleh Victor. Setelah apa yang sering ia alami, dan berujung pada dalamnya luka, bagaimana mungkin ia bisa sembuh?

Kau tahu, bagaimana rasanya kehilangan pijakan? Ketika hati mencelus dan jantung meluruh cepat dari tempatnya? Saat harga diri dan kehormatan dipermainkan dengan sembarang?

Kau tahu bagaimana rasanya terperosok begitu dalam? Ketika badai mendadak datang dan memorak-porandakan semua yang tertata rapi di hati? Saat kabut menyelimuti dan pelangi tak juga muncul?  

Sungguh. Victor telah mengalami semuanya. Sampai-sampai ia lupa bagaimana caranya hidup.

Mungkin semalam bisa dikatakan sebagai permulaan dari terapi penyembuhan. Oh, bukan mungkin. Karena Victor lebih menganggapnya sebagai harapan.

Tapi mengapa kini ia mendapati dirinya ada di atas ranjang? Dalam kondisi bangun dari tidur? Bukankah semalam ia ada di bar hotel dan belum sempat pulang ke kamar? Apakah semalam itu hanya mimpi? Mimpi yang membuatnya begitu pusing?

Victor turun dan berjalan sempoyongan. Hendak menuju kulkas mini di pojok ruangan. Entah mengapa kerongkongannya terasa terbakar.

Setelah meneguk tuntas satu botol air mineral dingin, nyawanya mulai terkumpul secara bertahap. Pertama-tama ia yakin yang semalam itu bukan mimpi, karena ia menemukan sebotol wine yang ia pesan tergeletak di atas meja di ruang tv. Lalu ia juga mendapati alasannya untuk datang ke Bar di lantai dasar hotel ini: majalah itu masih berada di tempatnya, di sekitar serakan bekas makan malamnya kemarin.

Setiap kali menginap di hotel, Victor memang selalu melarang petugas kebersihan masuk sebelum ia minta.

Victor mencari-cari ponselnya dan menemukannya tergeletak di lantai. Mungkin jatuh saat ia berjalan bagai hantu tadi? Untung baterai ponselnya masih tersisa beberapa persen.
               
Pukul 18:23 WIB.

Seketika mata Victor membulat. Tidak salah? Pantas sekarang perutnya amat lapar. Tapi persetan dengan lapar. Manusia patah hati tak terlalu memusingkan soal perut, kan? Bagaimana dengan masalah hati itu sendiri? Apa kabarnya sekarang? Kenapa saat ini ia belum juga mendapat setitik penawar lukanya setelah pesta semalam suntuk?

Alih-alih makan, Victor justru lebih memilih menuang wine langsung ke mulut. Sambil berbaring di atas sofa dengan kepala diletakkan di lengan sofa, rasa sakit di hatinya berangsur lenyap. Digantikan dengan kesegaran yang terasa begitu asing, tapi memabukkan.

Lama-kelamaan Victor mulai meracau tanpa sadar. Mulai menyebut-nyebut nama Sherin dan mengagung-agungkan cintanya. Kemudian beralih ke sumpah serapah yang jelas ia tujukan pada Sherin. Wine di botolnya tersisa sedikit.

Lalu ia mendengar bunyi nada dering di ponselnya. Berhenti. Bunyi lagi. Berhenti. Terus berulang sampai empat kali hingga akhirnya ruangan jadi senyap. Victor tertawa. Entah menertawakan apa.

Tapi kemudian suara pintu yang diketuk tak sabar mengalihkan perhatiannya. Sesaat, ia menatap serius pada pintu. Mendadak hati kecilnya berharap bahwa yang datang adalah Sherin. Berharap Sherin akan meminta maaf dan minta kembali padanya.

Seperti ada impuls yang mendorong, Victor melangkah ke pintu dan membukanya tanpa ragu. Sesosok gadis tampak berdiri canggung menatapnya. Ia tahu gadis itu bercakap-cakap, tapi ia tak mau mendengar.

"Aku tahu kau akan datang." ujar Victor senang sembari menarik gadis itu ke dalam dengan diiringi suara teriakan.

Setelah mengunci pintu, fokus Victor hanya pada gadis itu. Bagaimana caranya agar ia tak kehilangan gadisnya lagi? Sebuah ide yang menurutnya paling bagus—entah datang dari mana—terlintas dalam benak. Dan langkahnya mantap mendekati gadisnya yang mundur perlahan ke arah kamar.#

Pernikahan Mendadak [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang