30. Mama

3.8K 137 6
                                    

"Hati-hati di jalan, ya. Salam buat Kak Marvel."

Kayla membuka pintu mobilnya. "Buat Kak Sandi?"

Marisa memutar bola matanya jengah. "Aduh, Kay. Kamu mau aku beri harapan palsu buat Kak Sandi? Please, deh!"

Kayla terkikik. "Jangan lupa kasih kabar." Kini dia telah masuk ke dalam mobilnya.

"Siap, bos!" Marisa menutup pintu mobil lalu berjongkok ke dalam. "Terima kasih ya, sudah bantu aku meyakinkan mereka." bisiknya antusias.

"Sama-sama. Aku juga bahagia mereka bisa menerima Milky dengan mudah." sahut Kayla tersenyum. "Aku jalan dulu, ya."

"Sering-sering nengok Milky, ya!"

Kayla mengacungkan jempolnya sesaat sebelum melajukan mobil, bergerak keluar ke jalan raya.

Marisa melambai dengan semringah. Setelah menginap dua malam di rumah Papa, Kayla akan kembali ke Bandung. Tinggal setahap lagi baginya untuk meraih gelar sarjana, sementara Marisa masih stuck di semester tiga.

"Risa! Milky rewel, nih."

Mendengar Mama teriak dari belakang, Marisa bergegas menghampiri.

"Aduh, Milky. Bunda bilang jangan rewel." Marisa mengambil alih putranya dari gendongan Mama.

"Mama kadang bingung deh, Ris." ucapnya sembari kembali duduk di gazebo kecil yang menghadap kolam ikan dengan air terjun mini.

Marisa mengikuti. "Kenapa, Ma?" Tidak bisa dipungkiri bahwa momen seperti ini sedikit banyak membuat Marisa merasa waswas. Ia mengalihkan perhatiannya pada Milky yang sibuk menghabiskan susu di botolnya.

"Sejak ketemu Milky, dia sama sekali tidak pernah jadi betah dengan siapa pun selain kamu."

Deg! Marisa dibuat terkejut dengan pernyataan mamanya. Marisa memang menyadari bahwa Milky hanya bisa tenang jika bersamanya.

"Waktu pertama kali kamu ngasuh dia dua bulan lalu, apakah Milky serewel saat bersama Mama?"

Kali ini Marisa memberanikan diri menatap mamanya dengan tujuan tidak terlihat seakan berbohong. "Iya. Mungkin Milky hanya butuh waktu buat mengakrabkan diri dengan orang sekitar." tukasnya sembari tersenyum.

Mama ikut tersenyum dengan satu tangan mengelus kening Milky. "Mama suka rambutnya. Tebal pirang kecokelatan."

Mirip ayahnya! Batin Marisa getir. Tanpa terasa air mata menggenang kembali di pelupuk matanya.

"Mama salut sama kamu. Awalnya Mama pikir kamu cuma bercanda ketika mengaku bahwa kamu begitu menyukai anak-anak. Tapi, Marisa. Merawat Milky dan mengklaim bahwa dia adalah putramu, itu sangatlah tidak mudah." Mama menatap putrinya. "Jangan sedih, dong. Mama kan bicara supaya kamu tahu. Belum lagi nanti kalau Milky sudah besar. Pasti akan bertanya perihal ayah. Makanya, Mama lebih suka Milky memanggilmu aunty ketimbang dengan sebutan bunda. Supaya nanti Milky paham bahwa dia hanya anak angkat."

Hati Marisa seakan terbakar. Panas. Emosinya tersulut. Tapi di sisi lain ia juga tidak bisa membantah pemikiran Mama. Ini sudah jadi risikonya.

Sejak memutuskan untuk pulang dan bertemu orangtua serta kakak dan adiknya, empat hari lalu, Marisa sudah siap dengan segala risikonya. Termasuk bila orangtuanya akan marah dan menentang keputusan Marisa untuk mengasuh Milky. Atau pada kemungkinan terburuk: mereka mengetahui bahwa Milky adalah putra kandungnya.

Akan tetapi di luar spekulasi Marisa, ternyata seluruh keluarganya sangat welcome dengan kehadiran Milky. Bahkan Marina, kakaknya, memuji keputusannya untuk mengangkat Milky sebagai putranya.

Dan mendengar pernyataan Mama pagi ini, hati Marisa memanas. Ia menarik napas dalam sebelum berkomentar. "Tapi Risa sudah nyaman dengan sebutan itu, Ma."

Mama tersenyum.

"Mama keberatan?" tanya Marisa hati-hati.

Mama menggeleng pelan. Pandangan matanya menatap kosong ke arah Milky yang masih asyik dengan botol susunya. "Beberapa hari lagi, ulang tahunmu akan tiba, Risa. Dulu... ketika Rina menikah dengan Pram, juga seusia kamu. Kemudian Rina lulus sarjana tepat sebelum melahirkan Sindi."

Marisa terkesiap. Apa maksud dari esensi ucapan mamanya? "Mama menginginkan Risa mengikuti jejak Kak Rina? Cepat-cepat menikah, begitu?" Marisa melotot horor.

Milky tertawa lebar melihat reaksi bundanya.

"Mama ngawur. Lupakan soal itu, Risa." ucap Mama singkat.

***

Status Milky di rumah Papa adalah anak angkat Marisa. Dan fakta inilah yang diketahui publik. Tentu saja selain Sandi, Kayla dan Marvel.

Marisa sama sekali tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya nanti ketika orangtuanya, keluarganya, tahu tentang status Milky yang sebenarnya. Dan Marisa benar-benar tidak mau kehilangan mereka.

Tapi keputusan untuk pulang, juga telah mengorbankan satu hal. Bahwa keinginan Marisa untuk memberikan ASI eksklusif selama dua tahun penuh, harus batal. Maka setelah Milky tepat satu tahun pada bulan kemarin, ia tak lagi memberikan ASInya pada Milky, demi menyembunyikan status putranya.#

_______________

Hola My Dearest Readers,

Bagi yang ingin bertemu dengan Victor dan Marisa, masih bisa dipesan dengan harga PO, ya. Ditunggu sampai 10 Agustus 2019. Mari manfaatkan momen spesial ini! 🤗🤗

Pernikahan Mendadak [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang