Pria itu menerkamnya kasar. Memperlakukan Marisa seolah ia telah melakukan kesalahan besar sehingga harus dihukum.
Marisa menjerit putus asa ketika tahu bahwa seluruh usahanya untuk melawan sia-sia. Tangan-tangan kekar itu licah bermain di seluruh bagian tubuhnya. Terlalu banyak aksi yang dipermainkan sehingga membuat Marisa merasa begitu hina. Ia bahkan menangis pilu sembari menjerit kesakitan ketika dirasakan tubuhnya berhasil termasuki.
Suara tangisan.
Awalnya Marisa mengira ia sendiri yang menangis. Tapi kemudian ia menyadari bahwa suara tangisan itu lain. Sama sekali tak mengandung nada kegetiran. Hanya tangisan polos yang telah Marisa kenali sebelumnya. Suara bayinya.
Detik berikutnya ia mulai menggerakkan kelopak mata. Berusaha bangun dari mimpi buruk itu. Perlahan, pandangannya menyesuaikan sekitar. Dan wajah pertama yang dilihatnya adalah si cantik Kayla.
"Risa!" Kayla memekik gembira ketika menyadari sahabatnya siuman, kemudian dengan heboh memanggil dokter dan Sandi.
Tak berapa lama ruangan serba putih itu dipenuhi banyak orang. Marisa bingung dan berusaha duduk untuk mengangkat bayinya yang sejak tadi terbaring menangis di sampingnya.
Seorang perawat menahan gerakannya dan mengatakan ia boleh duduk untuk menyusui bayinya setelah diperiksa dokter. Marisa menurut dan kemudian dibantu oleh perawat untuk mengatur posisi tidurnya agar lebih tinggi.
Bayi tampan itu dengan sangat agresif menyambut ASInya. Kemudian dokter dan para perawat meninggalkan ruangan, menyisakan Marisa dan bayinya dengan Kayla.
Kayla mendekat dengan uraian air mata. Meremas penuh arti bahu sang teman. "Kamu hebat, Ris! Kamu perempuan hebat!" ucapnya bergetar.
Marisa diam. Fokus pada bayinya yang tak henti menyusu. Sebenarnya dalam hati bertanya-tanya. Bagaimana ia bisa ada di sini? Kenapa Dokter Anna tidak mengatakan apa-apa tadi? Dan mengapa Kayla bisa ada di sini? Ke mana Sandi?
"Dia amat tampan. Siapa namanya?" Kayla berusaha mengeluarkan suara tenang di antara tangisnya. Mendapati Marisa tak menjawab, ia menambahkan. "Aku minta maaf, Ris. Maaf..."
Mendengar tangis Kayla makin menjadi, ia menoleh. Sebelumnya ia tak pernah melihat Kayla seperti itu. "Justru aku yang minta maaf, Kay. Aku nggak barmaksud melukaimu karena tidak percaya untuk menceritakan hal ini."
Kayla menggeleng frustrasi. "Risa... apa yang kamu alami dua hari lalu itu karena kesalahanku. Maaf. Aku minta maaf." Air matanya meluruh lagi. "Kalau aku nggak merajuk pada Kak Sandi pagi itu, memaksanya agar aku bisa ikut menemuimu, kamu akan cepat mendapat pertolongan. Tapi aku sudah menghambat waktunya untuk menemuimu."
Marisa tertegun. Tidak. Ini bukan salah siapa-siapa. Jika pun memang harus ada yang disalahkan, maka ini semua adalah salah si pria brengsek itu.
Cepat-cepat Marisa menatap bayinya. Melihat wajah bayinya yang begitu persis tanpa terbuang sedikit pun dari pria itu, membuat hati Marisa bergetar. Ia tidak mungkin bisa membenci orang yang darah dan dagingnya juga menjadi bagian dari bayinya.
"Berhenti menyalahkan dirimu sendiri, Kay! Ini bukan salah siapa-siapa. Ini sudah jadi takdirku." ucap Marisa lirih. Lalu ia menoleh pada Kayla. "Bagaimana aku bisa disini?"
"Kak Sandi, Marvel dan aku mendatangi rumahmu siang itu. Tapi tidak ada yang membukakan pintu. Kami panik. Kak Sandi berspekulasi yang tidak-tidak. Hingga kemudian dia dan Marvel mendobrak pintu."
"Lanjutkan." seru Marisa ketika Kayla memberikan jeda.
"Kami masuk. Kak Sandi memimpin di depan dan langsung menuju kamar. Sedangkan Marvel ke arah belakang. Aku semakin panik ketika mendengar Marvel teriak dari dapur." Kayla tercekat. "Ris..." Air mata berjatuhan makin deras. "Aku yang paling shock melihat kondisi kamu waktu itu. Bahkan Marvel menangkapku ketika aku hampir limbung. Kak Sandi berusaha membangunkan kalian. Tapi kamu sama sekali tidak merespons. Tak lama kemudian bayimu menangis. Sandi dengan bantuan Marvel memotong tali pusar bayimu, sementara aku menyiapkan mobil."
Marisa memandang bayinya yang kini sudah tertidur. Pelan-pelan ia melepas payudaranya dan kembali merapikan bajunya. "Pukul berapa kalian tiba."
Kayla terisak. "Hampir pukul 12 siang. Maafkan aku, Ris."
Pintu kamar terbuka. Sandi masuk dengan seragam dokternya.
"Maaf terlambat. Saya baru selesai dengan pasien saya." ucap Sandi. Kemudian menoleh pada Marisa dan bayinya. "Bagaimana kabarmu, Mar?"
Marisa balas menatap penuh arti pada pria penyelamatnya. "Jauh lebih baik dari kemarin." sahutnya berusaha tersenyum.
"Kami panik sekali kemarin. Kamu kehilangan banyak darah." Sandi mengelus kening bayi Marisa yang masih tertidur di pelukan ibunya. "Siapa nama si tampan ini?"
"Belum terpikirkan. Tapi saya ingin memanggilnya Milky."
"Wow! Saya rasa cocok." Sandi tersenyum semringah.
"Apa artinya Milky?" tanya Kayla.
Marisa menoleh dan tersenyum. "Karena dia sangat menyukai susu."#
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Mendadak [Terbit]
Romantik[Hanya beberapa part yang di publish ulang. Happy reading dan met nostalgia❣] Apa yang kalian pikirkan tentang sebuah kecelakaan di satu malam? Di dalam kamar hotel? Di atas ranjang? Marisa dan Victor sama-sama tidak pernah berspekulasi tentang itu...