1 | Ingat Namamu

2.5K 159 57
                                    

"Namamu itu Abisoka! Mengerti? Abisoka! Aku tak mau kau memakai nama Agi Syahputra lagi. Dan berhenti memanggil pelacur itu sebagai bunda. Dia bukan ibumu!" bentak ayahnya.

"Namaku Agi! Namaku Agi!" jerit Agi berkali-kali.

"Namamu Abisoka!"

"Tidak, namaku Agi! Berhenti menyebutnya sebagai pelacur! Dia itu ibuku!"

Agi terbangun. Mimpi buruknya kembali datang. Kepalanya terasa pusing setiap kali terbangun dari mimpi buruk yang sama dan berulang. Mimpi itu bukan mimpi biasa karena yang dia lihat merupakan masa lalunya. Masa lalu yang ingin dia kubur sedalam-dalamnya. Dia mengucek-ucek matanya saat sinar matahari masuk melalui jendela kamarnya. Jendela kamarnya kebetulan menatap langsung ke tempat matahari terbit. Meskipun udara Malang cukup dingin pagi itu, tetapi bisa membuat baju yang dia pakai basah oleh keringat.

Matanya menjelajah kamarnya, melihat berbagai barang yang berantakan, mulai dari buku-buku, baju, kaos kaki hingga berbagai macam benda yang teronggok berserakan seperti kapal pecah. Melihat ponselnya jatuh di lantai Agi segera memungutnya lalu memeriksa apakah ada yang rusak ataukah tidak. Syukurlah masih berfungsi ketika layarnya nyala. Cowok bertubuh atletis itu menguap. Dia memang kurang tidur karena baru kembali dari kerja part time-nya jam setengah dua belas malam. Ternyata ada banyak miss-call, setelah dilihat ternyata dari nomor luar negeri. Di sana tertulis Yuyun yang tak lain adalah adiknya.

Biasanya Yuyun hanya mengiriminya chat saja, tetapi kali ini menelpon. Itu artinya urusannya sangat penting. Agi langsung menelpon balik, tetapi dia mendapatkan pesan dari operator, "Pulsa anda tidak cukup untuk melakukan panggilan, segera isi ulang."

"Halah, keat!" gerutunya. Akhirnya mau tak mau ia mengandalkan chat karena saat ini hanya paket datanya saja yang masih berfungsi. Maklum saja seorang jomblo yang harus mengirit pengeluaran, persoalan pulsa memang wajar habis. Agi lebih sering membeli paket data daripada pulsa.

Kepalanya masih terasa pusing. Setiap kali dia mendapatkan tekanan seperti mimpi buru, kepalanya pasti merasakannya. Biasanya, dia menelan paracetamol untuk mengurangi pusingnya. Tampak botol plastik kecil berisi pil berwarna putih tergeletak di lantai. Dipungutnya lalu diambil pil yang tersisa sebutir tersebut, setelah itu ditelannya tanpa menggunakan air. Memang untuk beberapa menit ke depan rasa pusingnya hilang, hanya saja itu tidak membantu kalau setiap ia mimpi buruk selalu menenggak pil tersebut.

Agi membuka aplikasi chat untuk berbicara dengan adik semata wayangnya. Beberapa kali matanya memejam untuk menghalau rasa pusing sambil menggelengkan kepala, meskipun hal itu sia-sia belaka.

Agi Syahputra: Ada apa Yun?

Tak perlu waktu lama bagi Yuyun untuk membalas chatnya.

Yuyun Syahputra: Eh, mas. Aku mas, bulan depan aku mau ke Indonesia.

Agi Syahputra: Bulan depan? Bulan depan itu seminggu lagi. Emang mau ngapain ke sini?

Yuyun Syahputra: Yaelah mas, papa nyuruh aku kuliah di sono. Katanya kampus tempat mas belajar bagus. Makanya kepengen banget kuliah sama mas di sana.

Agi mengernyit. Kenapa adiknya nekat mau kuliah di Malang, bukankah kuliah di Tokyo itu lebih bagus kampusnya? Atau jangan-jangan ada maksud lain? Yuyun ini adik satu ibu beda bapak. Semenjak ibunya menikah lagi dengan seorang lelaki yang bekerja di Jepang, ia punya adik. Mereka sudah akrab walaupun tidak begitu lama. Semenjak keputusan pengadilan untuk memberikan hak asuh kepada Nugi Syahputra, Agi punya keluarga baru. Ia bisa lepas dari jeratan ayahnya yang membuatnya trauma. Bahkan, sekarang namanya pun sudah diganti lagi setelah melalui sidang yang cukup alot. Butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa memenangkan persidangan itu. Bagi Agi, hal itu tidak mudah.

ECHO [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang