2 | Kemelut di Udara

2.1K 146 16
                                    

Langit masih cerah hari itu. Di antara warna biru yang memenuhi langit, ada awan-awan yang bergerak, terhias secara random namun tertata apik membuat siapapun yang melihatnya akan banyak memuji akan keagungan Sang Ilahi. Beberapa burung membentuk huruf V terbang menuju ke utara, sementara itu burung-buruk prenjak bersahut-sahutan di antara pepohonan rindang. Di antara suara serangga-serangga musim kemarau yang nyaring terdengar suara yang memekakan telinga.

"Windrider di sini menikmati pemandangan yang luar biasa dari atas kota Malang Raya, over," kata Samudra. Dia termasuk pilot muda yang sudah menjalani rekor 99 kali terbang. Meskipun baru sedikit rekor terbangnya, dia sudah menghabiskan ratusan kali terbang memakai simulasi. Northtop F-5 atau disebut juga F-5E/F Tiger II, pesawat yang dia kemudikan sekarang ini. Pesawat ini sebenarnya sudah akan berakhir masa terbangnya, karena Sukhoi-35 sudah dipersiapkan untuk menggantikan pesawat buatan Amerika Serikat tersebut. TNI AU punya pesawat tempur yang memang perlu diremajakan, salah satunya yang sedang dikemudikan oleh Samudra.

"Markas di sini. Perbangan pamungkas, sebelum mengucapkan salam perpisahan kepada si cantik. Kau pasti akan merindukan pesawat itu. Jangan membuat kesalahan di latih terbang kali ini, over!" kata seseorang yang bertugas di ATC.

"Sayang sekali, padahal aku sudah terlanjur cinta dengan pesawat ini. Baiklah, kita hanya terbang biasa tak ada yang perlu dirisaukan, over," ujar Samudra.

"Tak cuma kau saja yang begitu. Aku juga sebenarnya sudah terlanjur cinta dengan pesawat ini," terdengar suara orang lain di radio.

"Oh, ini dia si Sprong!" seru Samudra. "Kau lama sekali sobat."

"Kau yang terlalu terburu-buru," ujar William di radio. Dia juga pilot F-5 Tiger II. Dari kejauhan tampak pesawat tersebut menyusul pesawat Samudra.

"Markas, kita formasi seperti biasa hari ini?" tanya Samudra.

"Kita akan latihan formasi hari ini, Windrider," jawab ATC.

Tak lama kemudian dua pesawat lainnya menyusul. Sekarang empat pesawat berada di udara. Semuanya pesawatnya bertipe sama. Berwarna abu-abu gelap dengan bendera Indonesia terlihat jelas di ekornya.

"Halo kawan-kawan, semoga kalian tidak bosan hari ini bertemu lagi denganku dalam latihan yang digelar hari ini," ucap Samudra.

"Sejujurnya, aku bosan. Apa tak ada pilot lainnya?" ledek seorang pilot. Namanya Ade Husnan. Orang ini termasuk junior Samudra.

"Mayor, kita mulai dengan formasi apa?" tanya seorang pilot yang lain, namanya Heri.

"Sesuai dengan tugas yang diberikan komandan. Kita akan latihan formasi. Wall Formation, Battle Spread, Echelon dan Finger Tip. Terakhir kita memakai Trail pada ketinggain seribu kaki," ujar Samudra. "Seharusnya ini akan jadi latihan yang mudah."

Keempat pesawat bertipe sama itu pun kemudian terbang beriringan segera membentuk formasi-formasi yang telah direncanakan untuk latih terbang kali ini. Pesawat mulai terbang dengan formasi wall, yaitu formasi di mana pesawat-pesawat berjejer seperti tembok. Empat pesawat itu terbang dengan kecepatan stabil selama beberapa menit untuk melakukan formasi ini, kemudian dengan aba-aba dari Samudra pesawat pun menyebar lagi, lalu berganti formasi menjadi Battle Spread. Pada formasi ini pesawat tidak seperti wall yang sejajar, melainkan mereka menyebar baik pada vertikal maupun secara horizontal, namun tetap beriringan.

Sementara itu di tempat lain, di antara ribuan bintang dan planet-planet satu entitas yang sangat besar bergerak mendekat ke galaksi bima sakti dalam kecepatan yang sangat cepat. Beberapa asteroid yang menghalangi ditabrak begitu saja. Benda itu cukup besar untuk ukuran pesawat ataupun kapal induk. Bahkan mungkin besarnya hampir sama seperti bulan. Bentuknya bulat, besar dengan dua bagian yang menjorok keluar seperti duri di sisi kanan dan kiri, sedangkan satu bagian yang berada di belakang tampak memiliki cahaya yang berkilauan, seolah-olah merupakan mesin pendorongnya. Benda itu tiba-tiba melambat saat menyentuh tata surya seolah-olah ada sesuatu yang menghalanginya. Tak hanya itu saja, salah satu bagian terkecil yang ada di permukaannya tiba-tiba mengelupas.

ECHO [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang