15 | Khawatir

1.2K 113 21
                                    


Siapa yang tidak khawatir kalau salah satu anggota keluarganya menghilang? Ririn sangat khawatir. Ketika ia khawatir kukunyalah yang menjadi sasaran. Kuku jemarinya nyaris habis ia gigiti. Yuyun sangat kasihan melihat kondisi Ririn yang sangat khawatir tentang keberadaan Galuh. Namun, berkali-kali Yuyun memberitahukan bahwa Agi pasti bisa menjaga Galuh tetap saja tak membuat hati Ririn tenang. Hal itu bisa terekam dari kusutnya rambut gadis itu yang mana setiap beberapa menit mengacak-acak rambutnya sendiri menunggu kabar keberadaan sepupunya.

"Suwer, aku khawatir banget. Bagaimana kalau terjadi sesuatu kepada Mbak Galuh? Diakan cewek. Apa dia sudah makan? Kalau dia diculik gimana? Mana tak ada kabar lagi. Apa kita laporin ke pihak yang berwajib yah?"

Yuyun tahu semua pertanyaan itu sudah dia jawab beberapa waktu yang lalu, tetapi tetap saja ia harus menjawab dengan jawaban yang menenangkan. Kondisi Ririn sekarang ini sedang benar-benar khawatir. Terlebih kemarin orang tua Galuh menelponnya, menanyakan kabar Galuh karena ponselnya tak bisa dihubungi. Semua orang mencoba untuk menghubungi Agi dan Galuh, tetapi tak satupun bisa menghubungi keduanya.

"Kamu tak khawatir?" tanya Ririn. "Kakakmu itu, apa dia memang orang yang baik? Aku tak akan memaafkan dia kalau sampai terjadi sesuatu kepada Mbak Galuh."

"Mbak Ririn tenang saja, aku percaya kepada Mas Agi. Dia lebih bisa diandalkan untuk sekarang ini, meskipun kita tetap harus cari tahu keberadaan mereka. Aku juga khawatir, sama seperti mbak. Tetapi kita harus tetap tenang," jawab Yuyun. "Hari ini katanya Indra akan membantu kita untuk melacak keberadaan mereka bukan? Ia pasti akan membawa kabar baik, sebab ia adalah sahabatnya Mas Agi."

Ririn menaikkan kakinya ke atas sofa lalu memeluk kedua lututnya. "Yah, semoga saja. Tetapi aku benar-benar tidak sabar."

Yuyun menepuk punggung Ririn untuk memberikan ketenangan, meskipun mungkin tidak sepenuhnya menenangkan, setidaknya akan membuat Ririn merasa nyaman. Dia hanya ingin tahu kalau sekarang ini perasaannya sama-sama khawatirnya. Dalam kondisi seperti ini siapapun pasti khawatir.

Di saat kedua perempuan ini sedang saling menguatkan tiba-tiba ponsel Yuyun berbunyi mengejutkan mereka. Ada satu nama yang tertera di layarnya. Indra. Segera saja Yuyun mengangkatnya.

"Moshi-moshi?" sapa Yuyun. "Eh, maksudku halo?"

"Yuyun? Ini Indra," ucap Indra. "Ada kabar baik, sepertinya kita tahu dimana keberadaan Agi dan Galuh."

"Serius?"

"Tapi, ini akan menjadi hal tersulit yang pernah kalian hadapi. Kita sedang dalam masalah besar," jelas Indra.

"Masalah? Masalah apa?" tanya Yuyun.

Ririn yang tadi menunduk sekarang mengangkat kepalanya. Ia juga penasaran dengan berita yang akan disampaikan oleh Indra. Pasti ini sesuatu yang tidak pernah mereka sangka-sangka sebelumnya.

"Aku ingin bertemu dengan kalian. Alamatnya akan aku SMS," kata Indra. "Ini serius."

* * *

Tanpa pikir panjang keduanya memang segera menuju ke tempat yang dikirimkan oleh Indra. Mereka segera memanggil taksi untuk menuju ke tempat tersebut. Entah kenapa perasaan keduanya campur aduk ketika Indra tidak menjelaskan semuanya. Ada hal yang mungkin tidak elok untuk dibicarakan melalui telepon, pastinya hal itu sangat penting.

Tempat bertemunya ketiga orang itu merupakan sebuah bengkel. Lokasinya berada di tempat yang tidak padat pemukiman. Bahkan di sekitar tempat tersebut masih banyak lahan kosong dan berpetak-petak sawah. Bengkel itu menjadi satu-satunya tempat yang akan tidak dihiraukan oleh siapapun, selain karena bangunannya penuh dengan aksi vandalisme, adanya besi-besi dari kendaraan yang sudah tidak terpakai bertumpuk begitu saja di sekitar bangunan tersebut. Ban-ban bekas membentuk benteng-benteng karet berbau penguk. Debu berterbangan saat roda taksi menggilas jalanan tak beraspal yang berada di depan bengkel tersebut. Indra sudah ada ada di depan bengkel menanti dengan raut muka kecemasan.

ECHO [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang