Sirine meraung-raung di mana-mana. Satu dunia berduka. Seluruh tempat di dunia ini yang didatangi nomad mendapatkan serangan yang sama. Pemusnahan umat manusia besar-besaran telah dimulai. Seluruh media mengabarkan kedukaan, para reporter dan wartawan menangis menyaksikan apa yang sedang terjadi. Semuanya sudah terjadi, tak ada yang bisa memutar balikkan waktu. Indonesia juga mendapatkan serangan yang cukup telak. Nyaris seluruh kota di Indonesia luluh lantak. Daerah yang tak terkena dampak adalah daerah yang jarang penduduk seperti pedesaan ataupun pegunungan.
"Malapetaka, apa yang terjadi di depan mata kita adalah malapetaka. Apakah ini akhir dunia?" terdengar suara reporter tv melaporkan apa yang sedang terjadi. Di layar terlihat bangunan-bangunan yang hancur, orang-orang terluka, serta orang-orang berlarian ke sana kemari memberikan pertolongan.
Seorang lelaki yang berada di balik jeruji besi sedang menonton berita di tv. Nyaris di sekujur tubuhnya terdapat luka bakar yang tidak biasa. Separuh wajahnya terbakar, sedangkan lengan dan kakinya terdapat bekas-bekas kulit yang melepuh. Dia adalah Rahardian, seseorang yang pernah melawan Samudra dulu. Melihat peristiwa yang terjadi di tv dia ikut merinding. Pertarungannya dengan Samudra tidak menakutkan, justru melihat kengerian yang ada di tv membuatnya merinding.
Sudah lama dia meringkuk di penjara. Dia dikenai pasal berlapis, karena membunuh serta melakukan beberapa kejahatan lain. Setelah pertarungan dengan Samudra, dia benar-benar tak pernah lagi punya keinginan untuk hidup sebenarnya. Beberapa kali mencoba untuk bunuh diri tetapi gagal. Dia juga sudah enggan menggunakan kekuatan ajaib yang dia miliki, meskipun tak susah untuk bisa keluar dari tembok penjara, tetapi ia tidak melakukannya. Dia berpikir mati di dalam penjara lebih baik daripada harus mati di luar sana. Namun, melihat apa yang sedang terjadi di luar sana, membuat ia merasa terpanggil.
"Apa yang dilakukan oleh orang-orang itu? Kenapa mereka tak membantu? Bukankah mereka punya kekuatan ajaib pula?" gerutu Rahardian.
"Lagi ngoceh apa kau?" tanya teman satu selnya.
"Itu, lihat di tv!" tunjuk Rahardian.
"Bukan urusan kita. Lagian kalau toh dengan uru hara seperti itu kita bisa keluar, barulah itu lain soal," ucap orang tersebut.
Rahardian menghela napas. "Kalian tak mengerti apa-apa. Sudahlah."
Orang-orang di dalam satu sel itu tak ada yang berani membantah Rahardian. Dia tidak dipandang rendah di dalam sel tersebut. Di dalam LAPAS ada banyak tingkatan kasta. Dari kasta rendah sampai yang tertinggi. Mereka diurutkan berdasarkan level kejahatan yang mereka lakukan. Semakin tinggi kasta kejahatannya, maka dia akan dianggap sebagai bos. Rahardian termasuk salah satu di antaranya. Sebagai narapidana pembunuhan, maka dia mendapatkan tempat khsusus dan disegani. Tak ada satupun preman dan para penjahat yang mau berurusan dengan dia di dalam LAPAS. Terlebih dia juga satu-satunya orang yang berani dengan kepala sipir yang terkadang sok berkuasa. Berkali-kali masuk ke sel isolasi adalah kehormatan baginya. Dia berkali-kali keluar dari LAPAS dengan cara yang tidak diketahui, tetapi dengan santai ia masuk lagi ke dalam LAPAS. Tambah lagi orang-orang tertegun dengan dirinya.
Walaupun Rahardian disegani di LAPAS, tetapi dia masih tidak menggubris ketika banyak para napi dengan catatan kriminal yang tidak biasa ingin merekrutnya. Bagi mereka Rahardian adalah aset penting, kalau ada yang bisa merekrutnya, maka sudah pasti mereka punya kekuatan baru yang tak terkalahkan. Nyatanya justru orang-orang itu tak ada yang berani kepada Rahardian. Orang ini siap mati kapanpun. Ia bahkan lebih menyukai kematian, ketika mengingat lagi dosa-dosanya. Sampai sekarang ia masih merindukan kematian.
"Aku ingin keluar dari tempat ini," ucap Rahardian.
"Wah, kau tahu caranya keluar dari tempat ini?" tanya penghuni sel.

KAMU SEDANG MEMBACA
ECHO [end]
Science FictionAgi mengalami kecelakaan pesawat ketika ia masih kecil yang mengakibatkan ia harus berpisah dengan ibunya. Dia selamat ditolong oleh Kesadaran Bumi sekaligus diberikan kekuatan yang luar biasa. Waktu berlalu ketika dia bertemu lagi dengan perempuan...