Hari itu adalah hari yang cerah, matahari bersinar terang diatas sana.
Tak terlalu terik, tapi menghangatkan.
Dua orang anak kecil sibuk bermain diluar halaman rumah.
Saling kejar sambil melemparkan pasir kering, mereka berlarian dengan tawa yang bergema.
Satu dari mereka lelah berlari, napasnya terengah-engah- dia kelelahan.
Dia pun memilih untuk duduk dibawah pohon besar, sambil memperhatikan temannya yang saat itu telah sibuk menggambar diatas tanah.
Mereka sejenak beristirahat, dengan caranya masing-masing.
Gadis yang duduk dibawah pohon hampir saja terlelap, namun matanya kembali terbuka lebar ketika dia mendengar bunyi suara- sebuah nada yang sangat disukai anak-anak kecil.
Suara itu terproyeksi dengan baik, keluar dari speaker motor sang penjual..
Es Krim.
Dia segera bangkit dan menyapu pandangan disekitar kompleks rumahnya, berharap menangkap sesosok paman yang menjual Es yang dia inginkan.
Senyum diwajahnya merekah ketika yang dicari-cari akhrinya muncul- menggapai penglihatannya.
Namun,
Motor itu tetap melaju, dengan sangat cepat malah.Membuatnya bingung, tak sempat memanggil dan memberhentikannya.
Wajahnya langsung berubah murung.
Perlahan dia mulai menangis.
"Kok malah pergi sih.." Bisiknya dengan isakan yang tak bisa dia bendung lagi.
Tangisan itu menarik perhatian anak kecil yang asik melukis diatas tanah.
Dengan panik dia mendekati temannya."Irene.. Kenapa nangis?" Tangannya menggaruk kepalanya bingung
"Seulgi.. Es Krimnya pergi.." Tangis anak kecil bernama Irene itu sambil menunjuk motor penjual es krim yang makin jauh.
"MAS! MAS! ADA YANG MAU BELI ES KRIM..!" teriak Seulgi sekeras-kerasnya
Mendengarnya Irene tambah menangis.
"Gak kedengeran bego.." Tangisnya makin kencang.Seulgi menatap Irene, dia gak tega melihat temannya menangis seperti itu.
".. Es krim rasa vanila kan?" Tanyanya tiba-tiba.
Irene tanpa memalingkan wajahnya, mengangguk.
"Tunggu disini ya.." Itu adalah kata-kata terakhir Seulgi.
Sebelum akhirnya dia berlari sekuat tenaga untuk mengejar Mas-mas es krim itu."Seul! Seul!" Panggil Irene
Namun Seulgi tetap berlari tak menghiraukannya- semakin jauh, makin jauh.
"Belinya tiga.." Teriak Irene namun sayangnya tak sempat didengar Seulgi.
Dia pun menghentakan kakinya diatas tanah.
"Bego.." Irene menangis lagi..
.
.Irene terus mondar-mandir di teras rumahnya, rasa kesalnya pada Seulgi berubah menjadi rasa khawatir.
Bagaimana tidak?
Sudah sejam lebih dan Seulgi tak kunjung balik.Irene takut kalau sesuatu yang buruk terjadi pada temannya.
Dia sibuk tenggelam dalam pikirannya sehingga dia tidak sadar akan kehadiran seseorang.
Sampai sesuatu yang dingin menyentuh pipinya, dia berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seulgi Dan Drama Masa Muda; Cerita Berlanjut
Teen FictionKisah asmara dua anak muda yang berliku-liku. Selalu ada drama disana-sini. (Note: ff ini, gak tau kapan dilanjut)