Sinyal!!!
Tak ada sinyal dihutan. Kau bodoh sekali Luna. Mana ada sinyal disini, pilihan terakhirku adalah kompas. Kubuka ranselku, ada kompas kecil yang menjadi satu-satunya harapanku. Disekolah aku sudah diajarkan memakai kompas jadi bukan masalah untukku.
Namun, ada sesuatu yang aneh terjadi. Hah? Mataku pasti kelilipan! Ini terdengar gila! Sangat gila sebab semua penunjuk arahnya hilang, tak ada arah selatan, timur, utara, atau barat. Hanya sebuah jarum yang terus berputar. Seakan-akan tempatku berdiri adalah tempat terasing.
Glekk...
Kompas ini bercanda, Leon pasti mengerjaiku dengan memberiku kompas palsu ini. Haha... Ya kan? Kita lupakan lagi masalah kompas aneh, yang perlu aku lakukan mencari cahaya matahari. Ada 1001 cara, handphone dan kompas bukan jalan satu-satunya. Aku masih punya harapan untuk pulang bila otakku sedikit berfungsi.
Gerr... Grrrr...
What!!! Itu suara apa lagi? Ya ampun, kedengarannya seperti suara serigala mengeram. Ini hutan biasa bukan hutan liar! Kubalikan tubuhku dan seketika itu tubuhku terasa tersambar petir. Sejak kapan hewan berkaki empat dan bergigi tajam itu berdiri dibelakangku dengan air liur yang menetes?
Kesialan macam apa ini? Tak cukupkah aku tersesat dan sekarang harus bertemu seekor hewan buas. Kesempatanku hanya satu, lari sekencang-kencangnya!
Kakiku melangkah menjauh, tenang Luna. 1... 2... Lari!!! Kuberlari dengan kemampuan seadanya. Aku harus cari pertolongan sebelum hewan itu memakanku. Aku masih muda dan memiliki jiwa untuk tetap hidup. Bisakah aku tetap hidup sampai aku menikah. Kuharap memang itu yang terjadi. Pandanganku terus kedepan, aku harus keluar dari masalah ini secepatnya.
Gerr... Gerrrr ...
Suara geraman itu semakin dekat, aku akan mati. Buang jauh-jauh pemikiran itu Luna. Kau harus hidup untuk keluargamu! Semakin lama, hutan yang kulewati semakin gelap dan dingin. Apa aku masuk terlalu dalam? Tidak kan. Ini hutan biasa bukan hutan belantara. Tetap optimis Luna!
"Ahhh..." Tubuhku terjerambah. Apa-apaan ini, aku jatuh lagi! Sial, aku akan jadi mangsa yang empuk.
Gerr...Grrr...
Sial! Suaranya begitu dekat ditelingaku. Segera kuberdiri, serigala itu memasang wajah siap menerkam. Ditambah gigi taringnya yang mencuat, wah... Jika digigit pasti sangat sakit, serigala itu mendekat perlahan. Bagaimana caraku kabur sekarang!!!
Pikir Luna! Kau bodoh tapi jangan ditempat dan situasi ini. Sangat teramat jelek harga dirimu. Tanganku mengambil beberapa tanah kering. Jika, ini terakhir aku hidup. Kumohon Leon untuk membayar semua hutangku, ibu aku yakin kau akan sedih tapi jangan lupakan aku, ayah... Jangan lupa oleh-olehku!!!
Gerr...Grrr...
Serigala itu melompat tiba-tiba kearahku, kutabur tanah itu langung kematanya. Segera kutarik badanku menjauh dah berlari meninggalkan hewan itu kesakitan. Maaf! Itu tak akan membuatmu buta kok. Kupercepat langkahku, serigala itu akan cepat pulih dan mengejarku lagi. Ini kesempatanku!
Gerr... Grrrr...
Oh!!! Sial!!!!
Cahaya? Yah, ada cahaya disana. Pasti itu jalan keluar! Aku harus minta bantuan! Pasti Leon sudah menungguku disana dengan khawatir.
"Tolong!!! Tolong!!!" Teriakku ketakutan.
Shringg...
Cahaya nya begitu menyilaukan, mataku terpejam walau kakiku tetap berlari.
Dukk...
Tubuhku terasa menabrak sesuatu dah terjatuh begitu saja. Sial! Empat kali aku terjatuh begitu saja, apa ini pelaku yang sama? Tapi, kenapa terasa tubuhku tidak sakit. Atau aku yang salah, beberapa detik aku tak membuka mataku. Rasa takut merayap ke hatiku, serigala itu pasti sudah siap memakanku. Atau yang kutubruk adalah serigala lainnya?
"Hey! Menyingkirlah!"
Menyingkir? Eh, suaranya terdengar berat dan manusia. Oh, ya mana ada serigala dapat berbicara. Kubuka mataku pelan, bukan tanah yang ada dihadapanku. Melainkan sebuah badan seseorang, oh tidak!!! Segera ku berdiri dengan sisa-sisa tenaga.
Orang yang kutabrak berdiri dan membersihkan tubuhnya. Kepalaku mendongak keatas, orang itu seorang pemuda. Wajahnya tak terlihat jelas karena sinar matahari.
Gerr... Grrr...
Arghttt! Serigalanya!
Aku berlari kecil, berdiri dibelakang pemuda yang tak sengaja kutabrak barusan.
"Apa yang kau lakukan?" Tanyanya.
"Dia mengejarku! Tolong!" Kataku lemas.
"Ah, Sin! Diam, kembali ke posmu. Sejak kapan kau mengejar seorang gadis!" Suara pemuda itu dingin.
"Haha... Aku hanya bermain saja, dia mungkin tersesat. Aku ingin menolongnya tapi dia lari. Maaf ya gadis muda, aku menakutimu!" Serigala yang dipanggil Sin itu menatapku.
Hah? Bicara? Serigala? Serigala yang dapat berbicara! Sejurus kemudian pandanganku memburam, dan semua menjadi sangat gelap.
🍃🍃🍃
Inikah kegelapan itu? Semuanya terlihat gelap.
Apa aku sudah mati?
Aroma apa ini? Sangat menyengat!
Lambat laun kesadaranku terkumpul, kugerakan mataku. Silau! Mataku mengerjap menyesuaikan cahaya sekitar. Aku dimana? Oh, pasti dirumah atau rumah sakit. Hmm, bukan. Aromanya bukan berbau obat-obatan meliankan aroma pepohonan.
"Kau baik-baik saja nona?"
Kucoba bangun dan duduk, siapa yang bertanya barusan? Kuamati sekeliling, ini berbeda di kamarku. Sejak kapan ada lemari kuno menyeramkan dan oh, jendela teramat besar? Aku dimana?
"Kau berada di kamarku nona, kau baru pingsan tadi." Suara laki-laki membuatku melotot.
Pingsan!!! Oh, tidak!!!
Jadi, aku tak bermimpi. Tadi iti nyata, aku tersesat, serigala, serigala dapat bicara. Oh, kurasa aku akan pingsan mendengar kalimat serigala bicara. Kepalaku menoleh ke samping, seorang pria setengah baya tersenyum kearahku.
"Anda siapa tuan?" Tanyaku.
"Aku kepala sekolah disini, kau berada di academy ku. Nona." Pria tua itu menyodorkan ku minum.
"Terimakasih tuan!" Aku mengambilnya dan meneguknya sampai habis.
Kepala sekolah. Oh, jadi aku di sekolah. Memangnya ada sekolah ditengah hutan? Aneh dan menarik juga ada sekolah disini. Apalagi serigala bicara? Itu akan jadi khayalan terliarku.
"Hm, tuan. Apa aku dapat tahu ini berada dimana? Aku harus pulang sekarang, kakakku pasti mencariku." Kataku mengembalikan gelas ke atas meja.
"Nona, aku akan menjawab pertanyaanmu nanti. Kau istirahat saja, jika kondisimu membaik temui aku dikantorku. Lui, akan mengantarkanmu nanti. Aku harus kembali, maaf tak bisa menjawab pertanyaanmu sekarang." Kepalaku mengangguk kikuk.
Memangnya tak bisa sekarang? Aku hanya bertanya alamat bukan sesuatu yang teramat panjang untuk dijelaskan. Oh, Leon. Kuyakin dia mondar-mandir tak tahu arah dan mengigit jarinya ketakutan. Haha... Mungkin benar, aku butuh istirahat tubuhku sudah lelah sedari tadi.
🍃🍃🍃
Maaf rada aneh ceritanya!
Jangan lupa vote sama komennya!😘
Salam ThunderCalp!🙌
KAMU SEDANG MEMBACA
The Number : The Black Academy ( END )
FantasySemuanya membohongiku, seakan-akan aku makhluk terbodoh di dunia ini. Semuanya membenciku, seakan-akan aku makhluk terhina di dunia ini. Tidak! Bahkan aku tak berasal di dunia itu. Kenapa mereka menganggapku seperti itu? Apakah kau tahu jawabannya? ...