Hahaha...
'Tangkapan hebat!'
Hahaha...
Mataku mengerjap pelan, rasa sakit menyerang leher dan punggungku. Kaki dan tanganku sulit digerakan karena ikatan yang kuat. Cahaya lampu mulai terlihat, itu awalnya sebab kelamaan menjadi cahaya obor. Rambutku menutupi setengah wajahku dan mulutku menghisap cairan kental yang mengalir dari pipi. Amis, lebih mirip darah daripada keringat. Kepalaku bergerak ke samping, pemandangan pertama adalah sekelompok orang berjubah. Jubah mereka terdapat lambang yang sering kulihat. Lambang Black Hunter!
"Kau, siuman?" Suara barito mengagalkan pandangan ku menyelusuri hal lain.
Rei jongkok di depanku, dia memegang pisau kecil dan sebuah apel merah. Wajahnya tegas dari sini, aku ingin tertawa dulu pernah mengaguminya. Pemuda awalnya dingin tentu saja dingin sampai akhir. Kata siapa dia berubah menjadi ramah dan romantis? Kata siapa dia tokoh yang akan berpengaruh dalam hidupku? Yah, dia berpengaruh menyakitiku.
"Maaf, ya. Wajahmu jadi jelek, hehe... Tenang, para penjaga mu masih belum tahu kau menghilang karena diriku. Aku akan kesana dan..." Rei mengantung ucapannya. Tangannya menusuk apel dengan pisau, aroma manis tercipta berkat cairan apel keluar pelan.
"Membunuh mereka." Aku mencoba menendang-nendang dan berteriak memakinya. Kurang ajar!!!
"Haha... Kau benar tentang aku dulu, kau orang pertama yang mengatakannya. Aku terkejut waktu kau tahu organisasi ku, ahh. Nikmati waktumu dengan baik sebelum waktumu berakhir." Dia menepuk pipiku sebelum melesat pergi.
Tubuhku merosot, apa yang harus kulakukan? Tubuhku sudah tak berdaya lagi dengan luka ini. Penglihatanku semakin memudar perlahan dan menyeretku ke dalam kegelapan. Semuanya sampai disini, aku sudah tak sanggup lagi untuk tetap terjaga. Sebelum semuanya menghilang aku dapat tahu satu sosok lain berdiri didepanku. Wajahnya gelap dan aku tahu dia bukan orang baik.
🍃🍃🍃
"Heumm..."
Cahaya memasuki celah-celah mataku. Mataharikah? Kulitku tersengat sesuatu yang hangat. Masuk ke pori-pori dan meresap masuk ke dalam. Aku mencoba membuka mata selebar mungkin. Aku harus tahu keadaan sekitar lagi. Rasanya aku berada di tanah lapang dan dibiarkan tergelatak. Tangan dan kakiku bebas, ikatannya sudah hilang.
Aku bangun sedikit demi sedikit. Walau sempat terhuyung untuknya tenganaku masih kuat menopang tubuhku berdiri sempurna. Lapangan bunga tersuguh dalam penglihatanku. Lapangan bunga yang mirip di dekat hutan hitam. Rasa sakit melanda kepalaku, darah segar tercium dan luka disana masih terbuka. Aku berjalan entah dimana, suara gemricik air mengundangku pergi kesana.
Tenggorokanku kering butuh air. Sejak tadi aku tak bisa sekedar berteriak atau bercicit. Suaraku menghilang dan itu sumber setiap masalah. Suara air terdengar semakin jelas. Dari jauh aliran air turun pelan di sebuah undakan membentuk air terjun kecil. Aliran airnya jernih dan menampakan dasar air.
Tanganku membentuk mangkuk mengambil air untuk kuminum. Lega dan segar tercipta bersamaan saat air memasuki mulutku. Kuambil beberapa kali sampai hausku menghilang. Kubasuh tubuhku yang terluka. Termasuk kepalaku, warna merah mengalir mengikuti aliran sungai kecil ketika kepalaku terkena air. Perih melanda kepalaku, sakit sangat hebat langsung terasa.
Tempat ini asing dari ingatanku. Setahuku lapangan bunga hanya dekat hutan hitam saja. Aku hapal peta lingkungan academy. Peta hutan, air terjun, hutan hitam, dan lapangan bunga. Tempat ini berbeda, sangat berbeda. Aku baru ingat bahwa aliran sungai akan bermuara pada pemukiman warga sebagai sumber air. Bila aku ikuti aliran ini, aku akan sampai pada danau academy.
Dari pemikiranku itu, aku ikuti aliran air. Kadang alirannya pelan menuntunku pada keheningan. Semakin lama aliran ini berubah semakin membesar. Aku semakin dekat dengan academy! Kupercepat langkahku aku harus sampai sebelum Rei membunuh orang di academy. Teman-temanku harus selamat dari dia.
Tetapi, bukan danau yang kutemukan. Bukan juga bangunan academy hitam. Kakiku merosot dan menangis bersedu-sedu. Aku gagal, gagal sudah menyelamatkan mereka. Aku menemukan jembatan! Jembatan yang sama ketika aku tersesat dulu. Aku pulang...
Aku sudah kembali!
🍃🍃🍃
Pagi ini mereka menemukanku pingsan dekat jembatan. Para polisi mengantarkanku ke Rumah Sakit setempat. Keluargaku datang dan mengucap syukur karena aku berhasil ditemukan. Ibu menagis dan Leon tiada henti memeluku. Mereka senang aku kembali dan seharusnya aku juga. Tapi, tidak. Bagaimana keadaan disana? Apakah mereka selamat?
"Ayah akan datang lusa." Leon duduk disamping ranjang pasienku dan memotong apel merah.
"I-bu di-mana?" Kataku terbata.
"Mengurus administrasi, kau tahu kami khawatir kau menghilang. Sudah hampir sebulan kau pergi dan aku dimarahi habis-habisan." Leon menaruh potongannya pada piring kecil.
"Kami mencarimu dengan bantuan polisi menyelusuri hutan. Lihat kantung mataku!" Leon mendekatkan wajahnya dan menunjuk lingkaran hitam sekitar matanya.
"K-kau khawatir? Se-perti bukan Leon." Aku terkekeh geli.
"Mana ada saudara tak khawatir saudaranya menghilang. Kau membuatku gila! Sekarang ceritakan dimana saja kau selama ini?"
"En-tahlah."
Kupalingkan wajahku melihat jendela rumah sakit. Diluaran sana, mereka sedang mencariku. Apa yang terjadi layaknya mimpi siang bolongku. Mungkinkah aku benar-benar sudah kembali pulang? Aku ingat Kakek Jo mengatakan bahwa lokasi academy selalu berpindah. Kalau benar seharusnya baru beberapa hari lagi aku berada pada titik yang sama. Atau saat Rei membawaku ke hutan dan aku pingsan. Sebenarnya aku pingsan beberapa hari alias koma. Jangan-jangan keadaan disana sudah kacau?
"Aku harus pergi, temanku menungguku diluar. Istirahatlah!" Leon mengelus rambutku dan pergi.
Mataku memanas dan perih bersamaan, air mengalir melewati pipiku. Aku menangis lagi untuk kesekian kalinya. Aku terus bertanya-tanya, inikah akhir dari perjalanku selama ini? Inikah hasilnya setelah apa yang kulakukan. Tubuhku meringkuk melawan dinginnya sebuah ketiadaan. Haruskah aku kabur dan kembali ke hutan. Bertemu Sin kembali dan teman lainnya. Masalahnya adalah lokasi academy selalu berpindah tempat. Bagaimana caraku menemukan titik academy sekarang jika tubuhku saja terluka parah.
Siapapun tolong! Tolong mereka!
🍃🍃🍃
Salam ThunderCalp!🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
The Number : The Black Academy ( END )
FantasiSemuanya membohongiku, seakan-akan aku makhluk terbodoh di dunia ini. Semuanya membenciku, seakan-akan aku makhluk terhina di dunia ini. Tidak! Bahkan aku tak berasal di dunia itu. Kenapa mereka menganggapku seperti itu? Apakah kau tahu jawabannya? ...