4. Musuh Nyata

22.2K 2K 27
                                    

Kupaparkan diriku kesegala penjuru kamar, wah besarnya. Hebat! Asrama disini sangat berbeda. Bahkan lebih mahal dan mewah daripada di kota sekalipun. Hebat! Sangat hebat! Fasilitas kualitas terbaik dan sangat diperbarui. Desain yang klasik modern memberikan sensasi zaman dulu. Aku dapat merasakan bagaimana menjadi seorang putri di kastil bak negeri dongeng.

Kurebahkan diriku di kasur, haha... Nyamannya, jika Leon ada. Dia akan melompat-lompat kegirangan. Disini nyaman, bagai berada dirumah. Dengan kasur super besar dan empuk, aroma terapi yang menenangkan. Aku bisa tidur seharian di kamar ini.

"Luna!"

"Luna!!"

Heh, siapa yang memanggilku? Dari arah pintu terdengar suara ketukan. Siapa? Tanganku memegang knop pintu dan melihat siapa yang mengetuk. Seekor kucing duduk manis didepan kamar asramaku. Lucunya! Apa tangan mungilnya bisa mengetuk pintu?

"Apa Lui?" Aku jongkok dan mengelus kepalanya.

"Kau disuruh datang ke ruang makan. Ayo, ikut aku!" Lui berjalan mendahuluiku.

Kakiku mengekorinya, dia benar-benar kuncing yang lucu. Pasti dia memiliki banyak fans, peliharaan yang sangat penurut. Lui berbelok kesamping kanan, wah... Sebuah lorong besar sudah dipenuhi dengan berjejer segala senjata. Mengerikan! Lui membuka pintu besar yang menjulang.

"Ayo, Luna!" Ajak Lui.

Aku kembali mengekorinya, dibalik pintu sudah banyak orang didalam. Mereka menatap kearahku, aku lupa aku adalah orang asing. Yang anehnya pingsan saat pertandingan ditengah-tengah lapangan. Ihh, kenapa kebetulan aku tersesat dan datang kemari saat pertandingan? Mereka menatap ku remeh bahkan ada yang tertawa mengejek. Aku tahu aku bodoh.

"Luna! Kemarilah, kau pilih makanan mana yang kau suka. Aku akan menemanimu!" Perintah Lui.

Aku melihat berbagai masakan yang mengiurkan. Wow, steak! Jangan, aku hanya menumpang disini. Tak boleh mahal, yang penting mengeyangkan. Kupilih menu nasi. Kita tak perlu mengambil sendiri, karena sekolah sihir. Semuanya akan diantarkan ke meja. Aku dan Lui duduk di meja pojok yang sepi. Kugaruk tengkukku, aku amat asing dengan kondisi ini. Dimana aku bicara dengan kucing. Diperparah dengan orang-orang memperhatikanku. Aku tak ge-er, tapi kenyataan.

"Lui! Apa aku aneh?" Tanyaku.

"Hah? Tidak, kau cantik dengan pakaianmu. Malahan kau paling bersinar disini." Kata kucing didepanku.

"Haha... Kau suka bercanda ya? Bersinar apanya, hah... Kapan kita akan makan?" Tanyaku lagi.

"Tidak, kau memang punya aura yang bersinar. Kita harus menunggu para master." Lui mengoyang-goyangkan ekornya lucu.

"Terserahlah, siapa para master?" Tanyaku lagi.

"Mr. Jo dan guru lainnya! Mereka datang!" Lui terlihat antusias menatap keatas.

Kenapa keatas, kepalaku mendongak memandang langit-langit. Sebuah cahaya kecil melesat indah dan berada dipuncak tertinggi. Cahaya itu membesar dan memecah menjadi beberapa kesatuan. Setiap pecahan membelah dan membelah menjadi pecahan kecil mirip dengan bintang. Pecahan kecil itu berputar-putar dan masuk ke dalam setiap lampu. Oh jadi itu gunanya, cahaya lampu. Ajaib dan keren!!! Tanganku refleks bertepuk tangan, ini sulap terkeren. Tapi, kekagumanku berhenti karena para master telah datang.

"Selamat malam! Anak-anak, hari ini sebuah kejadian aneh tiba-tiba terjadi. Seorang gadis dapat menemukan academy ini. Dia akan tinggal satu bulan disini, kuharap kalian membantunya agar dapat beradaptasi. Selamat datang, nona Luna!" Kakek Jo tersenyum hangat kepadaku.

Aku ikut tersenyum, ini hebat! Sangat hebat! Bagai orang penting yang disambut. Apa ini rasanya menjadi seorang tamu spesial. Kuharap semuanya berjalan lancar!

The Number : The Black Academy ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang