19. Tameng (2)

14.4K 1.6K 19
                                    

Akan kumulai besok pencarian buku sihir Antonio. Keputusanku bulat untuk mencarinya sendiri. Semakin banyak yang tahu akan semakin cepat para pemburu itu tahu keberadaan buku itu. Mereka sudah tahu academy ini maka mereka akan mencari buku sihir tiap saja.

"Wow... Ini dia gadis pemberani itu." Langkahku dihadang oleh seorang pemuda.

Alex! Tentu setelah ada harimau ada singa dibelakang. Peribahasa yang konyol dari seorang Luna Kim. Alex bersedekap, wajahnya ingin kutonjok lagi. Pemuda ini sungguh menyebalkan.

Kubiarkan saja perkataannya dan melangkah pergi. Sedetik kemudian tanganku merasa tertarik sesuatu. Kulihat Alex menahan tanganku dan menatap ku lekat. Apa maunya sekarang? Kuhempaskan tangannya kasar, enak saja dia memegang tangan suciku.

"Wow... Tenang, kenapa kau tak mau kupegang sedangkan Kai. Dia memelukmu bahkan." Alex tersenyum miring.

"Dia temanku! Dia bukan memelukku sembarangan. Sedangkan kau, kau bukan temanku. Jadi, jangan ikut campur!" Bentakku.

"Haha... Kau gadis yang menarik! Aku suka akan tantangan, Abby berhasil melukai tanganmu. Apa aku juga bisa, hm?" Alex maju selangkah.

"Coba saja, selanjutnya kau akan kehilangan kekuatanmu! Karna aku punya banyak saksi mata!" Kataku santai.

Disana ada Rei dan Kai yang baru keluar dari kelas. Disisi lorong satunya ada Kakek Jo bersama Sin dan Lui. Haha... Aku menang telak untuk saksi. Kusungingkan senyum miringku, aku juga bisa melakukan nya.

"Heh, aku tak peduli! Asalkan kau mati!" Alex mengeluarkan bola berwarna hitam kelam.

Ini bahaya! Aku mundur beberapa langkah menjauh. Dia tak main-main akan perkataannya barusan. Rei dan Kai berlari ke arah kami. Aku semakin terjepit disini, jika aku menghindar Kakek Jo, Sin dan Lui akan menerima bolanya. Sialan!

"Apa yang kau lakukan?" Bentak Kai kesal.

"Membunuh gadis sok pintar ini tentunya!" Ucap Alex sadis. Nada suaranya berubah menjadi berat.

Bola mata Alex berubah menghitam. Auranya juga tiba-tiba menurunkan suhu di koridor ini. Bukan dia, ini bukanlah Alex! Suaranya, auranya, berbeda dengan Alex. Apalagi bola hitam itu, yang kutahu Alex adalah elemen api sama dengan Kai.

"Kenapa?" Tanyaku hati-hati.

"Karna kau adalah ancaman untuk kami. Kau akan menghancurkan semua rencana kami. Kau harus mati!" Tekan Alex.

Rei berjalan mendekati Alex dengan hati-hati. Namun, Alex mengeluarkan sesuatu dari tangannya kearah Rei dan Kai. Sebuah dinding hitam tiba-tiba membatasi mereka berdua. Sial! Aku akan mati jika begini!

"Kalian larilah!" Bentakku pada mereka yang berada dibelakangku.

"Haha... Percuma! Mereka tidak bisa bergerak. Apa rencanamu sekarang?" Tanya Alex  memperkecil jaraknya.

Kakiku melangkah mundur mendekati Kakek Jo, Sin, dan Lui. Yah, mereka memang diam ditempat bak patung. Dahiku mengeluarkan banyak air, hawa dingin menusuk kedalam tulangku.

"Pengecut!" Sial! Aku terpojok, aku harus menghadapinya.

"Haha... Kau akan mati ditangan ku." Alex melempar bola hitamnya.

Ya ampun, kubelari kearah mereka dan berdiri menghadang. Kupejamkan tanganku, jika ini akhirnya maka baiklah. Bola hitam itu semakin mendekat. Bola itu terlihat jelas dimataku. Warnanya dan cahaya hitamnya... Andai aku punya tameng pink transparan yang aku inginkan.

Boom...

Aku mati?

"Lunaa!"

Eh? Tubuhku tak merasakan apa-apa. Kenapa aku bisa mendengar seseorang memanggil namaku? Aneh! Kubuka mataku, aku tidak melihat tubuhku hancur atau darah berceceran. Justru sebuah tameng besar transaparan berwarna pink berada didepanku. Tamengnya melindungiku dari bola hitam Alex. Tapi siapa yang membuatnya? Kulihat tangan kiru ku yang ada didepan. Kuteguk air liurku susah payah, sejak kapan tanganku bisa mengeluarkan tameng ini?

"Apa? Kau memiliki kekuatan juga ternyata!" Alex membuat bola hitamnya lagi. Kali ini ada aliran listrik yang mengelilingi bola hitamnya.

Listrik lagi!

"Eh? Haha... Yeye... Aku punya tameng... Aku punya tameng!" Ucapku gembira.

Leon harus lihat ini, sebuah keajaiban dari tangan kiriku. Haha... Aku siap melawan Alex dengan tameng baruku. Apa aku juga bisa mengeluarkan kekuatan alam? Api, petir, air, tanah atau apa. Coba saja aku bisa mengendalikan angin. Bisakah?

"Hey! Jangan senang dulu, kau masih gadis lemah!" Teriak Alex mengerikan.

"Keluarkan saja! Dasar sombong!" Teriakku.

Alex melempar bolanya, kali ini aku siap dengan tameng ku. Kakiku maju satu langkah mendekati nya. Bisakah aku memiliki kekuatan angin? Kumohon jika ada keluarlah. Atau apalah aku butuh sesuatu untuk mengalahkan Alex.

Kututup mataku dan mulai berkonsentrasi. Kutarik napasku dan sama yang kulakukan saat meditasi. Semuanya menjadi hening, sepi, dan damai. Tak ada suara Alex atau serangga sekalipun. Kurasakan tangan ku terulur kedepan dan melepaskan semua beban.

Angin bertiup menerpa wajahku. Semakin cepat bak tornado ditengah gurun. Mungkinkah? Kubuka mataku perlahan yang kudapat kan adalah angin yang berhembus kencang.

"Arght..." Alex meronta-ronta kesakitan.

Berhasil? Aku memiliki kekuatan alam! Luar biasa!

Tanganku membuat tornado disekeliling Alex. Menghimpitnya dan mengurungnya di putaran angin itu. Kupastikan pasokan udara untuknya telah menghilang. Aku melangkah ke depan mendekati tornado dengan tamengku. Tornado itu membelah seiring tubuhku mendekat. Alex sudah tersungkur, wajahnya hampir membiru. Segera kutarik tanganku dan tornado itu hilang.

"Uhukk... Uhukk..." Alex terbatuk-batuk dan menghirup udara sebanyak-banyaknya.

Bagaimana caraku membuat Alex kembali? Kuperhatikan tubuh Alex mungkin saja dia tertempel benda yang membuat nya dirasuki sesuatu atau dikendalikan. Wow... Kucabut sebuah panah kecil dibelakang leher yang tertutup krah bajunya. Panahnya kecil dan runcing mirip jarum suntik.

Tubuh Alex berangsur-angsur membaik. Uratnya tidak hitam lagi dan aliran listriknya juga telah menghilang. Bagaimana bisa benda kecil ini berada dilehetnya? Beberapa menit yang lalu dia masih baik-baik saja. Ataukah ada yang memberikan panah kecil ini disaat dia bicara denganku.

"Luna! Kau baik-baik saja?" Kai menepuk pundakku.

"Yah, aku baik. Sangat." Ucapku masih terpaku pada panah kecil. Ini bukti yang cukup bahwa para Black Hunter menyusup di academy ini.

"Luna! Kau seorang pemilik kekuatan alam!" Seru Sin. Yah, aku pemilik kekuatan alam juga. Wow, keren! Aku bisa mengendalikan elemen angin! Haha... Yey, akhirnya aku bisa melawan Abby dengan ini.

"Kau membuat tameng?" Kali ini Rei tampak kebingungan melihatku.

Aku masih memegang tamengku, oh... Ini akan jadi masalah yang serius dan panjang. Bahkan akan semakin rumit saja. Aku seorang pemilik kekuatan alam!

🍃🍃🍃

Salam ThunderCalp!🤗

The Number : The Black Academy ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang