The Black Academy
Kukira awalnya itu hanyalah sekolah biasa dengan keajaiban yang luar biasa. Dari hewan bicara, sekolah yang dapat berpindah setiap saat, sihir alam, dan hal lainnya. Yah, sejak awal aku adalah gadis yang tersesat disana menunggu sampai aku kembali pulang. Nyatanya aku adalah bagian dari academy. Ayah?
Ibu sudah menceritakannya, ayahku memang pemilik academy tapi itu dulu. Sekarang ibulah yang memegang kekuasaan penuh. Ayah yang kutemui setiap sebulan sekali adalah ayah tiri ku. Menakjubkan bukan?
Bahkan Amber dan lainnya tidak pernah tahu bahwa ayah kandungku telah meninggal tepat pada kelahiran ku. Mungkin itu yang menyebabkan para Black Hunter tidak lagi mencari keluargaku. Karena sinyal bahaya mereka tak berbunyi lagi setelah kepergian ayah. Setiap ke academy, ibu berubah menjadi ayah. Katanya untuk membuat seolah-olah ayah masih ada dan mengurus academy. Itulah mengapa semua orang tak tahu. Leon juga entah kenapa tak tahu atau pura-pura tidak mengetahuinya.
"Lalu, kenapa ayah meninggal?"
"Dia...
Dia terbunuh saat menyelamatkan kita, dia mengeluarkan sihir terlarang dan jiwanya terpecah menjadi dua. Sin dan Lui, mereka adalah serpihan dari ayahmu." Ibu terisak begitu dalam.
Pantas bila aku dekat dengan mereka, ada sebuah tali yang mengikat kami. Aku tak tahu awalnya apa, tapi aku merasa begitu dekat dengan seseorang. Melindungiku dan menjagaku walau tak terlihat.
"Jika begitu, pasti ibu tahu makam ayah, kan?"
Aku tidak menangis karena ayah tiri ku sudah melebihi kasih sayang seorang ayah pada putrinya. Aku tak boleh menangis lagi, itu prinsip ku sekarang.
"Hutan hitam, tepat didekat sungai kehidupan. Bila kau tahu tempat itu, Antonio juga menulis tempat itu dibukunya. Antonio sangat baik membantu ibu membangun academy dan mengumpulkan orang-orang seperti kami. Maaf, bila ibu tak memberitahumu."
"Itu pasti berat untuk ibu, membesarkanku dan Leon."
"Tidak juga, kakakmu sangat membantu ibu menjagamu."
"Dia jahat sekarang!"
Pintu kembali bersinar putih terang, aku menatap ibu. Dia berubah menjadi seorang dengan pakaian serba hitam yang begitu anggun. Andai saja aku juga dapat mengganti baju pasienku dengan mudah seperti itu. Mustahil untuk situasi sekarang dan juga ada banyak misteri yang belum terpecahkan. Yah, ada saatnya semuanya akan jelas.
"Kau siap, sayang?"
"Tentu!"
🍃🍃🍃
Pemandangan yang kulihat pertama kali adalah kamar yang kulihat pertama kali saat bangun. Kamar ini tidak berubah, bahkan aku ragu academy telah diserang. Tapi suara teriakan membuatku terbangun dari mimpi indah. Jeritan dan dentuman mengisi kesunyian dikamar ini. Ibu berlari keluar dan aku justru diam mematung.
Aku harus menemukan Lui dan Sin!
"Luna!"
"Amber?"
Dia sudah memegang senjata dan tubuhnya sudah berlumuran darah. Baru 10 menit dan dia sudah seperti berhari-hari.
"Aku butuh bantuanmu, bisakah kau pergi mengambil banyak obat-obatan. Banyak orang yang terluka!"
"Ya!"
Benar, aku juga harus membantu! Walau aku tidak terlalu paham apa yang terjadi di academy. Setidaknya aku berusaha demi academy ini. Banyak ruangan yang sudah rusak parah. Bahkan ruang perawatan hampir hancur sebagian, ini begitu parah. Hanya sebagian obat yang masih utuh. Setidaknya masih bisa mengobati untuk luka luar.
"Luna!!!"
Siapa lagi?
"Kau?"
"Kau selamat!!!" Kai merengkuh tubuhku dan memeluk begitu erat. Tubuhnya bergetar dan aku bisa mendengar suara isakannya.
"Hey!!!"
Penampilannya sudah berantakan dengan wajah penuh luka dan rambut berubah menjadi coklat kemerahan. Matanya sembab bahkan aku bisa melihat lingkaran hitam kelam. Bocah ini pasti sangat lelah!
"Syukurlah, terimakasih!"
Kali ini dia menangkup wajahku, kupikir dia sedang menyakinkan penglihatannya aku benar-benar Luna atau bukan.
"Nanti reuniannya, ayo, selamatkan mereka!"
Kai tersenyum dan memelukku sekali lagi, tapi dia membisikan sesuatu yang membuat wajahku merona. Yang benar saja!
'Setelah semua selesai ayo kencan denganku!'
🍃🍃🍃
Aku menemukan banyak sekali murid terkapar dilantai khususnya anak-anak yang baru mulai kelas mereka. Bau darah tercium dimana-mana, kuharap mereka tidak ada yang mati disini. Atau aku akan sangat marah pada diriku sendiri. Sin dan Lui belum kutemukan sedari tadi, aku sangat takut mereka terluka.
Dimana mereka?
"Arghtt..."
"Kita harus menyingkir dari sini!"
Pertarungan terjadi dihutan sana, tapi efeknya sampai kemari. Bola-bola yang dihasilkan dapat menghancurkan apapun. Para murid seperti Kai menjadi tameng kedua. Para master lah yang berada didepannya. Aku tahu ibu sudah bersama mereka, mungkin menjadi ayah lebih tepatnya.
"Luna, tolong bawa mereka ke aula." Amber menangkis serangan berwarna hitam legam dengan pedangnya. Pertama kali aku melihat perempuan yang lihai memainkan pedang, dia sangat keren.
Benar, aula tak bisa digoyahkan karena disana semua kekuatan lenyap. Bahkan gempa saja tak berasa diaula. Aku harus menyelamatkan mereka, aku tak boleh egois.
"Ayo!!!"
🍃🍃🍃
"Astaga!"
Orang-orang sudah berkumpul diaula jauh dari kata sedikit. Banyak orang yang terluka sudah berbaring dirawat oleh murid lain. Aku bahkan melihat Zach susah payah berlari ke satu siswa ke siswa yang lain. Dia pintar karena dia seorang tabib. Masalah utamanya tenaganya tak cukup sebanding dengan jumlah korban luka.
"Zach!"
"Hah? Luna? Kau bagaimana bisa?"
Dia berlari membawa obat-obatan dan merawat orang yang baru datang bersamaku.
"Aku akan ceritakan nanti, apa yang bisa kubantu?"
"Sebaiknya kau bersihkan tanganmu dan bantu aku mengobati yang luka ringan. Kau bisa kan?"
"Jangan meremehkanku, aku sudah biasa mengobati lukaku sendiri."
"Bagus!"
Semoga saja mereka bisa langsung dikalahkan oleh para master. Akan sangat berbahaya jika satu saja dari Black Hunter menembus dan masuk ke dalam academy.
"Luna! Awas!"
🍃🍃🍃
Salam ThunderCalp!🤗
Maaf, baru bisa update sekarang! Saya harap kalian menikmati cerita ini. Jika ada typo atau ada kalimat yang aneh! Saya juga manusia, hahaha...
Semoga kalian suka!
See you...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Number : The Black Academy ( END )
FantasíaSemuanya membohongiku, seakan-akan aku makhluk terbodoh di dunia ini. Semuanya membenciku, seakan-akan aku makhluk terhina di dunia ini. Tidak! Bahkan aku tak berasal di dunia itu. Kenapa mereka menganggapku seperti itu? Apakah kau tahu jawabannya? ...