1. Hari buruk

31.1K 2.6K 68
                                    

"Selamat datang Luna!" Roy tersenyum ramah kepadaku. Dia adalah ketua organisasi ini. Dia juga adalah kakak kelasku di SMA. Jika aku tak mengenalnya karena satu club Pencinta Alam, aku tak mungkin bisa disini sekarang.

"Semuanya kemari sebentar, kita kedatangan dua anggota baru." Suara Roy mengkomando.

Semua anak merapat ke arah kami, tubuhku ditarik Leon agar berdiri didekatnya. Dasar kakak tidak punya perasaan! Aku tampak kikuk melihat beribu pasang mata menatapku. Oh, tenang Luna, kau sudah berlatih jauh-jauh hari.

"Mereka adalah kakak beradik. Baik, silahkan perkenalkan diri kalian." Roy menyilahkanku dan Leon.

"Hai semua! Namaku Leonard Kim. Umurku 18 tahun." Leon penuh percaya diri dan keyakinan. Ah, sombong sekali dia. Baiklah aku selanjutnya, ini cukup mudah.

"Hm. H-hai! N-namaku Luna Kim. Umurku 17 tahun." Kataku grogi.

"Hmptf..." Leon menutup mulutnya. Sialan! Dia menertawakanku. Kulirik mereka, semuanya juga nampak bisik-bisik. Dapat kudengar mereka membicarakan penampilanku. Ada juga yang membedakanku dengan Leon. Sudahlah, aku memang bodoh! Orang bodoh kan bebas!

"Baiklah, kalian dapat berkenalan nanti. Jadi, hari ini kita akan masuk hutan dan mencatat setiap spesies tumbuhan yang ada. Pembagiannya sudah tertera dipapan, untuk anggota baru. Kalian akan satu kelompok denganku. Ada pertanyaan?" Tanya Roy.

Tiba-tiba seorang pemuda mengangkat tangannya. Tubuhnya yang menjulang sangat kontras dengan anggota lainnya yang pendek. Wah, mungkin jika aku didekatnya hanya sampai bahunya saja. Atau Leon hanya sebatas telinganya.

"Berapa lama kami akan mencatat?" Tanyanya.

"Hanya tiga jam, selanjutnya kita akan membahasnya setiap spesies yang ada. Jadi, kuharap kalian kembali tepat waktu. Jika terjadi sesuatu segera meminta pertolongan dan jangan masuk terlalu jauh. Cukup 10 meter saja! Paham. Kuanggap kalian tak bertanya lagi..." Roy melanjutkan pidatonya yang teramat panjang ditelingaku.

Hah, kuharap hari ini berjalan dengan lancar. Semoga saja, karena biasanya harapan tak seindah realita.

🍃🍃🍃

Dan benar saja, memang harapanku jauh melenceng. Aku sempat tersandung batu dan otomatis tubuhku terjatuh. Suara pekikan terdengar dari mulutku. Saat kepalaku mendongak semua mata tertuju padaku. Bukan untuk menolong, mereka tertawa akan kecerobohanku barusan. Apalagi Leon yang cekikikan tak jelas, sialan dia!

Tubuhku bangkit sendiri tanpa pertolongan orang lain. Hah, satu kesialan yang datang pada saat yang tidak tepat. Mereka masih tertawa dan berbisik-bisik tentang diriku. Ah, apa tak ada topik lain dari seorang gadis yang memakai pakaian salah. Memangnya ada larangan aku memakai apa? Toh, ini kan hutan bukan acara fasion show. Kita abaikan soal penampilanku.

Tanganku sibuk memotret setiap jenis tumbuhan yang berbeda. Karena aku anggota baru. Jadi, tak ada kewajiban untuk mencatat berbagai tumbuhan yang ada. Justru diperbolehkan untuk berfoto atau melakukan hal lain. Kulirik Leon yang mendengarkan penjelasan Roy tentang berbagai tanaman yang ada. Wajahnya yang serius menandakan dia sedang berada dalam tahap sangat fokus. Dasar penggila daun! Kakakku adalah kolektor berbagai jenis daun. Dia sangat menyukai tumbuhan, bagaimana cara hidup, berkembang, semua dia suka.

"Leon, aku mau didekat jembatan itu." Kataku lantang. Disana ada sebuah jembatan yang cukup menarik perhatianku.

"Baiklah, jangan jauh-jauh!" Teriak Leon tanpa menoleh.

Kutarik ujung bibirku ke atas, yes. Kakiku melangkah ringan menuju jembatan tua itu. Ada yang menarik disana yaitu sebuah sungai kecil yang mengalir dibawahnya. Yap, airnya sangat jernih menandakan sungai ini masih sangat asri dan terjaga. Wow, kucelupkan tanganku dan rasa dingin menjalar cepat. Dingin sekali! Apa ikan bisa hidup di dalam?

Mataku mengawasi sekitar, kalau ada sesuatu aku siap berlari. Tapi, yang kulihat hanya pohon, pohon, dan pohon. Oh, jangan lupa bunga biru yang terang disana.

Eh?

Memangnya ada bunga berwarna biru terang. Kupandangi objek itu, masih sama tak bergerak. Wah, pasti tanaman langka. Jarang ada bunga yang memiliki warna cerah dan bersinar. Bunga itu berada disebrang. Apa tak apa-apa berjalan kesana? Poisisku masih dekat dengan posisi anggota lain, jadi tak masalah.

Kakiku melangkah pergi, kusiapkan kameraku yang siap membidiknya. Oh, ini akan jadi oleh-oleh tak terlupakan oleh ibu. Ibuku cukup fanatik dengan jenis bunga. Dia fans nomor satu, dirumah sudah banyak berbagai macam bunga. Indah sih, tapi kalau lama-lama mungkin rumahku akan jadi museum bunga.

Bunga biru itu terlihat sendiri, batangnya cukup besar dan kuat. Warna cerahnya mengundang berbagai serangga kecil hinggap. Pintar sekali menangkap mangsanya dengan pesona. Heh, pasti beracun.

Jeprettt...

Satu foto bunga indah, apa dia ada temannya yang lain. Pasti ada, atau warnanya berbeda-beda? Kuedarkan pandanganku, tak ada tanda-tanda bunga lain. Oh, ini cukup tak masuk akal. Jika hanya satu, berarti ini cukup langka. Yah, bunga langka. Apa ada berita tentang bunga aneh ini? Kurasa tidak, mataku baru melihatnya. Sangat aneh bila hutan ini bukan tempat konservasi. Karena biasanya hutan ini produktif untuk ditebang. Sebab, kami memang datang berkunjung ke lahan sebuah perusahaan untuk diadakan penelitian. Aku harus beritahu Roy ada tumbuhan langka dan menjadikan tempat ini sebagai tempat konservasi.

Tubuhku berbalik, aku akan dipuji nanti. Haha... Namun, ada hal yang aneh. Sejak kapan jembatan itu berada jauh disana. Bukannya berada dua meter dari posisiku. Atau memang aku tak sadar jika bunga ini jauh. Tidak, opsi kedua aneh. Jelas-jelas aku dapat melihatnya dari sebrang sungai. Jangan-jangan...

Deg... Deg...

Jantungku terpacu cepat, aku harus segera pergi. Tubuhku kubawa berlari menuju jembatan. Kuharap tak ada yang aneh lagi. Tapi, sungguh sial hari ini. Kakiku kembali tersandung untuk kedua kalinya. Dua kali tersandung!!! Parahnya dengan pelaku yang sama. Wah, dasar jahat!

Tubuhku berdiri, mataku melotot dengan apa yang terjadi. Jembatan itu? Jembatan itu?

HILANG!!!!

Oh, tidak!

"Leon!!!" Teriakku keras. Kuharap dia mendengarku.

Hawa dingin menusuk kedalam kulitku. Berbanding terbalik dengan tubuhku yang mengeluarkan banyak keringat. Ini misterius sekaligus mistis, biasanya aku senang berada di hutan. Kali ini hutan bagaikan tempat yang siap memakanmu hidup-hidup. Oke, ini tak logis. Tadi, ada jembatan disana. Yah, aku tak salah memang aku melewati jembatan.

"Leon!!!" Kupanggil kakakku sekali lagi. Nihil, hanya suara hutan yang kudengar.

Katanya aku harus minta bantuan, mana? Tenang, Luna. Kau hanya panik, kau kurang minum saja! Kuelus dadaku dan menghirup aroma pepohonan yang menenangkan. Satu-satunya jalanku adalah handphone atau kompas.

Sedetik kemudian aku sadar, bahwa aku berada di dalam hutan.

🍃🍃🍃

Maaf kalau banyak typo. Jangan lupa vote dan komennya😘

Salam ThunderCalp!🙌

The Number : The Black Academy ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang