3. Tinggal Dalam Gelap

25.4K 2.3K 31
                                    

Coba tebak siapa Lui? Kukira seorang petugas keamanan. Dangkal sekali pikirku, ternyata dia adalah seekor kucing jalanan yang memiliki bulu putih kecoklatan dengan corak garis hitam. Bulunya halus dan mengkilau diterpa cahaya. Ditambah mata biru yang membuatnya mengemaskan. Apa dia bisa bicara? Tentu!!!

Arght!!!

Ini tak logis untuk otak kecilku, aku hampir pingsan saat dia menyapaku. Beruntung aku pingsan 5 menit, serigala bicara dan kucing bicara. Jangan-jangan aku berada didunia aneh yang dihuni penyihir, wolf, elf, vampir... Itu hanya novel, intinya aku tak berada didunia manusia. Oke, aku terima karena pastinya tuan kepala sekolah itu akan jauh melesat dari ini. Bahkan kemungkinan terbesarnya aku akan mendapatkan berita diluar kelogisanku.

"Ini, ruangannya nona." Lui menunjuk sebuah pintu bercorak pohon besar. Banyak ukiran rumit bertautan menjadi sebuah jaring laba-laba. Ukirannya berpusat pada pohon besar di tengah.

"T-terimakasih, L-lui." Kataku terbata-bata. Aku belum terbiasa berkomunikasi dengan hewan yang dapat berbicara. Coba Leon kuberitahu ini, dia akan mengejekku dan mengganggap ku gila.

"Sama-sama." Dia menunduk dan melesat pergi.

Tokk... Tokk...

Kuketuk pintu dan masuk kedalam ruangan kepala sekolah. Tuan itu tersenyum, dan menyuruhku duduk di sofa. Pasti ini sangat serius. Aku tertunduk dan memainkan sepatu putihku yang sudah tak terlihat putih. Celanaku juga sobek bagian bawahnya. Hah... Ini memang nyata!

"Aku akan menjawab pertanyaanmu tadi. Nona, maaf untuk mengatakan ini. Kau tak bisa kembali ke asalmu." Apa??

Tubuhku serasa tersambar petir, tak bisa kembali? Yang benar saja, ini masih dibumikan. Aku masih berada di kotaku kan. Kenapa aku tak bisa kembali? Aku tertawa hambar mendengarnya, yang benar saja.

"Tuan bercanda? Ini bulan Juni, bukan april." Kataku tersenyum. Siapa tahu dia berencana april mop. Siapa tahu?

"Maaf, nona. Aku tak bercanda, sekarang kau bukan berada di kotamu lagi. Mari ikuti aku!" Tuan itu berdiri dan keluar dari ruangannya.

Dengan terpaksa aku mengikutinya dari belakang, kami melewati berbagai lorong yang menurutku sangat menakutkan. Dindingnya berwarna hitam, hitam, dan hitam. Suram sekali sekolah ini, bahkan lantainya juga gelap. Hanya ada beberapa lampu kuno menghiasi langit-langit. Tak terlalu terang tapi cukup sebagai penerang jalan.

"Academy ini bernama Black Academy, kau dapat melihat semua hal disini berwarna hitam dan gelap. Sekolah ini bukanlah sekolah biasa." Tuan itu menerangkan.

Black Academy, pantas saja semuanya hitam dan suram. Sayang sekali, kupikir hanya dindingnya saja. Namun, setiap ada siswa yang lewat mereka memakai pakaian hitam dengan desain berbeda. Kupikir keren, hanya saja terkesan menakutkan untukku. Hal yang membuatku risih adalah mereka menatapku dengan pandangan aneh. Yah, berada di tengah-tengah hitam seakan-akan aku adalah peran utama disini. Pakaianku terlihat mencolok diantara warna hitam.

"Memangnya apa bedanya tuan?" Tanyaku berada disampingnya sejajar.

"Sekolah kami adalah sekolah sihir, bukan sihir yang biasa kau tonton atau kau baca. Kami lebih memfokuskan pada sihir pada senjata dan menyerang. Bisa dibilang kami mendidik siswa untuk dijadikan mata-mata atau pengintai. Disini diajarkan mengatur strategi, bertarung, bertahan, dan beradaptasi dialam." Aku mengangguk.

Oh, badan intelegent. Tentu saja aku mengerti berarti disini sekolah yang disembunyikan. Pantas saja didalam hutan. Aku dapat mengerti hal itu, tapi bagaimana dengan serigala dan kucing yang dapat berbicara. Memangnya mereka dapat membuat alat yang bisa membuat hewan bicara. Atau dua hewan itu hanya robot saja.

"Itu masih masuk akal, tuan. Oh. Kenapa bisa serigala dan kucing itu dapat berbicara?" Tanyaku lagi.

"Mereka peliharaan disini, tentang berbicara mereka sudah diberi sihir oleh pemilik sekolah ini." Jawab kepala sekolah berbelok ke kiri.

Sihir?

"Tunggu, anda bilang disini bukan sihir yang saya bayangkan. Kenapa mereka disihir? Oh, apa ini adalah sekolah penyihir?" Kataku mulai agak takut.

"Haha... Bukan, sihir disini berasal dari alam. Semua orang dapat mendapat kekuatan itu. Kami bukanlah penyihir, kami adalah penjaga." Jelasnya.

Jadi, mereka adalah calon penjaga, mata-mata atau pengintai. Entah, ini sedikit tak masuk akal. Karena semua orang tahu hewan tak bisa bicara. Ditambah sekolah ini sangat misterius. Aku sempat merinding dibuatnya. Jangan-jangan sekolah ini juga mendidik anak muridnya melakukan tindakan berbahaya?

"Nona pasti tak percaya, disini semua yang dianggap tabu menjadi kenyataan. Sekolah ini juga tidak menetap, kami berpindah kesatu kawasan ke kawasan lain. Kami juga memberi pelindung agar orang awam seperti dirimu tidak masuk kemari. Tapi, entah bagaimana caranya kau masuk dengan mudah. Maaf, untuk Sin yang mengerjarmu." Ucapnya lagi.

Keren!!! Sekolah berpindah, sihir, bertarung, hewan yang berbicara. Oh, aku bisa membayangkan kehidupanku nantinya pasti menyenangkan dan penuh tantangan. Ini bisa dijadikan bekalku nanti, haha. Lalu, bagaimana keluargaku nanti? Mereka pasti khawatir dan sekolahku?

"Tidak apa-apa, lalu bagaimana caraku kembali?" Tanyaku.

"Tunggu satu bulan, sampai sekolah ini berada dititik yang sama. Atau kau dapat keluar. Akan tetapi kau berada dinegara entah dimana." Tawarnya.

Satu bulan adalah waktu yang lama. Keluarga ku, mereka akan mencariku menyelusuri hutan tanpa bisa menemukanku. Ibu akan sedih mendengar putrinya menghilang dan polisi atau tim penyelamatp pun tidak bisa membantu. Aku harus bagaimana?

Opsi pertama terlalu lama, opsi kedua penuh resiko. Jika aku keluar dan berada di prancis. Bahkan aku tak bawa paspor. Itu sangat mengerikan. Lebih baik menunggu satu bulan daripada harus jadi gelandangan dinegara orang. Ini juga akan menambah pengetahaunku nanti, satu bulan berada di sekolah sihir!!!

"Saya memilih menunggu, akan sulit berada dinegara orang lain. Lagipula saya juga tidak bisa berada dinegara orang begitu saja." Kataku mantap.

"Aku juga menyarankan hal itu. Kau bisa tinggal disini, anggap saja rumah sendiri." Tuan disampingku tersenyum ramah.

"Terimakasih, tuan." Aku tersenyum senang. Baik sekali tuan ini kepadaku.

"Panggil aku Mr. Jo atau kakek Jo. Siapa namamu?" Oh, sedari tadi aku belum memperkenalkan diri. Pantas saja aku mendapat peringakat terakhir, mana tata kramamu!

"Namaku Luna Kim, bolehkah kupanggil kakek Jo?" Tanyaku.

"Wah, nama yang cantik, tentu saja. Aku suka kau memanggilku kakek. Kau seperti cucuku!" Katanya mengelus rambutku.

Huh, andai kupunya kakek seperti kakek Jo. Mari kita lihat seberapa tangguh dan kuatnya diriku berada di dunia ini. Haha... Aku mulai gila sekarang, atau memang gila ya.

🍃🍃🍃

Jeng-jeng...

Terimakasih vote sama komennya, maaf kalau banyak typo atau ceritanya gaje.

Jangan lupa vote sama komennya!😘

Salam ThunderCalp!🙌

The Number : The Black Academy ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang