11. Berbeda

15.8K 1.6K 8
                                    

"Hoam..." Terlalu pagi untuk memulai hari. Perutku harus kenyang dulu. Setelah itu membersihkan aula, bermain alias mengawasi Sin dan Lui. Rencana yang bagus untukku, kugelung kemejaku sampai ke siku. Ini lebih baik untuk memulai hari yang melelahkan.

"Luna!" Kai datang dengan melambaikan tangannya. Dia juga bangun pagi ternyata. Kami mengantri dan memesan menu sarapan pagi.

Aku menyuruh Kai memilih tempat duduk sedangkan aku membawa pesananku yang tidak diantar. Derita petugas kebersihan! Aku memilih segelas susu dan roti bakar. Ini cukup untukku menambah energi. Yah, masalahnya cuma ini yang dapat dibeli oleh petugas kebersihan.

"Apa jadwalmu hari ini?"

"Mengendalikan kekuatan alam, berlatih senjata, dan melakukan meditasi."

Terdengar menyenangkan, mengendalikan kekuatan alam itu sangat menakjubkan. Berlatih senjata juga sangat keren. Meditasi, apa berdiam dan merenung? Itu juga menarik sepertinya. Sibuk sekali ya seorang yang menjadi murid di academy ini. Aku juga mau!

"Aku ingin melakukan itu, sepertinya menyenangkan. Bisa berlatih senjata, mengendalikan kekuatan, meditasi." Kataku bersemangat.

"Kau bisa ikut, aku bisa meminta master mengikutkanmu dalam kegiatan meditasi. Kau harus membersihkan aula dan merawat Sin dan Lui bukan?" Aku mengangguk membenarkan ucapannya.

Berarti aku hanya bisa ikut kelas meditasi saja. Kalau begitu aku harus cepat membersihkan aula agar aku ikut kelas lainnya. Jika merawat dua teman hewanku cukup bersama mereka. Mereka juga akan ikut aku tentunya. Yah, aku harus menghabiskan sarapanku cepat.

"Pelan-pelan saja!" Himbau Kai.

"Aku akan ikut kelas lainnya, aku harus cepat membersihkan aula." Kuteguk semua isi gelas berisi susu.

Segera aku pamit dan berlari membawa nampan berisi piring kotor. Cepat Luna! Aku tak mau melewatkan kesempatan ini.

🍃🍃🍃

"Apa disini?" Tanyaku pada Lui.

Mataku menjelajahi sudut lapangan. Beberapa anak sedang menggunakan pedang bertarung satu dengan lainnya. Ada juga yang memilih memanah atau menembak. Wah pistol sungguhan, keren!

"Luna!" Namaku dipanggil seseorang.

Kai! Kakiku melangkah menghampirinya yang bersama Mr. Park. Aku membungkuk dan tersenyum penuh minat. Tak henti-hentinya senyumku selalu terpasang.

"Kudengar kau ingin ikut ke kelasku, kau mau mencoba memanah?" Tanya Mr. Park menyodorkan busur dan panah.

"Yah, bolehkah?" Tanyaku tak percaya.

Mr. Park mengangguk, segera kuterima busur dan panah itu. Hebat aku memegangnya! Mr. Park menyuruhku membidik kebulatan yang kira-kira jauhnya 7 meter. Wah, jauhnya... Aku baru pemula!

Mr. Park memberikan sedikit contoh. Aku menirunya sebisaku, badan tegak, bahu sejajar, kaki kiri kedepan, tubuh sedikit menyamping. Apa benar ya? Tanganku menarik anak panah sampai didekat kupingku. Tanganku lurus dan membidik bulatan warna merah ditengah. Kutarik napasku dan menghembuskan pelan. Kau bisa Luna!

Srettt... Jleb...

Mataku fokus pada bulatan, ahh. Kosong! Dimana anak panahnya, kukira tadi kena entah dipusat atau diluar. Lalu dimana anak panah itu menancap. Mr. Park mendongak keatas, tepatnya kesebuah pohon yang jaraknya tidak jauh dari bulatan.

Mataku seketika melotot, panahku tidak menancap ke batangnya melainkan ke sebuah buah berwarna merah. Aku baru saja memanah apel? Tidak! Mustahil aku memanah apel itu, bidikanku ke lingkaran merah bukan apel merah.

"Luar biasa! Dari mana kau belajar?" Tanya Mr. Park.

"Hebat sekali! Kesempatan pertama dan tepat sasaran." Kai bertepuk tangan memujiku.

Semua anak untungnya tidak melihatku memanah. Bagaimana aku akan menjawab caranya anak panah itu menancap sempuran di buah apel merah? Ini sedikit membuatku merasa aneh pada diriku sendiri.

🍃🍃🍃

"Hai, Ms. Han!" Sapaku pada sosok perempaun berambut ikal. Dia tersenyum dan menyuruhku duduk diatas batu.

Kami melakukan meditasi di bawah air terjun. Setiap anak akan duduk diatas bebatuan ditepi sungai. Sungainya amat jernih dan memperlihatkan ikan yang berenang. Satu kata mengambarkan tempat ini. Keren.

"Tutup mata kalian dan atur pernapasan kalian. Pelan dan pelan!" Ms. Han mengintrupsi.

Kututup mataku dan mengatur napasku. Semuanya menjadi gelap dan hening. Tak ada suara Ms. Han lagi. Kurasakan angin berhembus dan menerpa tubuhku. Nyaman! Apa ini yang namanya meditasi!

Telingaku menangkap suara air terjun, suaranya paling keras diantara suara lain. Bagaimana air jatuh dari atas menuju bawah. Dari butiran-butiran air kecil berkumpul menjadi sungai dan jatuh membentuk air terjun. Mengalir mengikuti kelokan-kelokan. Semua suara itu berganti menjadi suara pepohonan. Memanggil-manggil dan berseru bersamaan. Menjadi suara alam yang damai.

Suara itu berganti lagi dengan sebuah geraman dan rintihan. Begitu kencang dan nyaring, rintihan itu menyakitkan dan memilukan. Disusul suara lolongan yang sedih. Dadaku sesak mendengarnya, semakin sesak. Tiba-tiba aku melihat sesuatu dari kegelapan. Hutan, aku melihat hutan. Terdengar suara lolongan lagi, kali ini arahnya dari balik pohon besar. Kuhampiri suara itu... Bau anyir langsung menusuk hidungku. Semakin dekat baunya semakin jelas. Mataku menangkap warna merah. Darah! Kulihat sosok berjubah hitam sedang menusuk perut seekor serigala. Dia menusuk dan mengobrak-abrik isi perut serigala itu. Tidak! Tubuhku bergetar menyaksikannya. Apa yang terjadi!

Sosok itu melihatku, dari balik tudungnya dia menyeringai. Tangannya terangkat keatas membawa sebuah pisau tajam. Dia mau apa? Menusukku? Tangannya cepat menguhus dan...

"Arght..." Napasku tercekat. Apa tadi itu? Kuraba perutku, utuh. Tak ada darah atau luka. Jadi hanya khayalanku, tapi semua terasa nyata.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Kai didekatku.

"Apa yang terjadi?" Ms. Han menghampiri kami. Semua anak juga datang mengelilingiku.

Serigala! Kutarik tangan Kai, jangan-jangan ini pertanda. Entah apa, aku pernah lihat tempat ini. Kakiku melangkah semakin cepat menuju hutan bagian dalam. Tubuhku berhenti dan melihat sekeliling. Yah, aku disini tadi.

"Hah... Ada apa Luna?" Kai tertunduk.

"Ada sesuatu yang terjadi!" Kataku cepat dan kembali menariknya.

Kami pergi kesisi kanan, hah... Benar dugaanku, didepan kami sebuah pohon besar menjulang ke atas. Aku menarik Kai menuju ke belakang pohon itu. Bau amis langsung menyeruak. Darah! Keteguk salivaku, jangan bilang mimpiku tadi nyata.

Mataku menatap darah yang mengalir, ini nyata. Kudekati asal aliran itu, betapa terkejutnya aku mendapati hampir sepuluh serigala terluka parah dibagian perut mereka. Lukanya menampakkan seluruh organ dalam mereka yang tercabik. Mengerikan! Pemandangan ini sungguh mengerikan.

"Luna?" Kai menggenggam tanganku erat. Rasa panas menjalar keseluruh tubuhku.

"Apa yang kalian la-..." Ms. Han datang bersama murid lain.

Mereka nampak terkejut dengan apa yang terjadi pada serigala. Sepuluh serigala tergeletak tak berdaya. Kami diam memandang kejadian ini. Siapa yang membunuh para serigala ini?

"Mereka semua serigala penjaga." Ucap Ms. Han membuatku terkejut setengah mati.

Sin?

🍃🍃🍃

Salam ThunderCalp!🙌

The Number : The Black Academy ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang