"Zach Thomsan."
Thomsan?
"Kau kakak Kai!" Pekikku menutup mulutku.
Kegilaan baru apalagi ini! Jadi, berita itu benar dia punya misi individu yang sangat rahasia. Zach mengiyakannya, dia kakak sahabatku yang sudah lama menghilang dan aku menemukannya. Kai akan senang dan gembira kakaknya ditemukan. Skenario terbaiknya, aku dapat menyatukan sebuah keluarga.
"Ayo! Kai akan suka! Ayo!" Kutarik bajunya.
Meonggg...
Gerr...
Oh, aku lupa teman ku lainnya.
🍃🍃🍃
Kugaruk tengkukku yang tidak gatal, sekarang aku harus menghadap Kakak Jo. Saat aku ingin kembali, Kakek Jo sudah menungguku didepan gerbang bersama Kai. Coba tebak reaksi Kai melihat orang yang kubawa. Dia terkejut dan memeluk kakaknya. Aku terharu dan ingin menangis lagi.
"Jadi?"
"Hmm, aku mendapat misi dari Antonio begitu juga Zach. Kami berdua mendapat misi yang hampir sama. Dia menjaganya dan aku menjemputnya. Intinya, maafkan aku yang kabur diam-diam. Kakek dapat menghukumku kapanpun."
"Zach?"
"Sama dipikiran Mr. Jo. Antonio memberikan ku misi ini demi menyelamatkan bukunya." Zach sudah membongkar sendiri kemampuannya membaca pikiran.
"Baiklah, aku meloloskan kalian. Istirahatlah, kalian bekerja keras malam ini."
Aku menunduk dan menggangguk, aku butuh mandi dan tidur. Tubuhku pegal dan aku sedikit kelaparan. Kami keluar dari ruang Kakek Jo. Didepan pintu Kai menunggu kami dengan menyender di tembok. Matanya mencari jawaban dari kami berdua. Sin dan Lui datang menghampiri kami.
"Kakek Jo tidak menghukum kami!" Ucapku penuh kebanggan.
"Syukurlah. Zach?" Kai melirik kakaknya.
"Bicarakan masalah kalian, aku pergi dulu. Dahh..."
Aku tersenyum simpul saat Kai menggangguk. Malam ini berakhir bahagia kurasa. Buku sudah kutemukan dan juga kakak Kai. Disampingku Sin dan Lui berjalan bersama. Mereka penjagaku, temanku, dan sahabatku. Aku akan melindungi mereka, mereka yang kukenal dan kusayang layaknya keluargaku. Black Hunter ataupun kalian, siapapun kalian, aku tidak akan tinggal diam jika kalian macam-macam.
🍃🍃🍃
"Arghtt..."
Sakit!!!
"Siapa suruh kau kabur! Lihat, tanganmu semakin parah!" Kai membentakku.
Pagi ini, kurasakan tanganku kesemutan dan nyeri bersamaan. Darah keluar dari sela-sela perban membelit tanganku. Jadi kusimpulkan bahwa lukaku terbuka kembali. Dia mengoleskan ramuan aneh buatan Zach. Katanya ini ampuh dan mujarab menyembuhkan segala penyakit. Jangan tanya aromanya, benar-benar menyengat layaknya jamu tradisional. Beruntung obat ini oles, jika minum. Aku yakin hidupku berakhir setelahnya.
"Bagaimana?" Zach datang.
"Menurutmu? Kau lihatkan tubuhku tidak mengalami kejang atau bintik merah. Ini cukup berhasil bila baunya dikurangi, atau baunya bisa beraroma buah. Itu lebih baik!" Ideku bagus juga.
Stawberry, apel, jeruk, vanila, coklat, atau bau mint. Baunya bisa juga berubah aroma sesuka hati, itu bisa dijual di kota. Aku tertawa geli, bisa-bisa nya memikirkan laba atau keuntungan ramuan Zach. Cukup! Aku bisa gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Number : The Black Academy ( END )
FantasySemuanya membohongiku, seakan-akan aku makhluk terbodoh di dunia ini. Semuanya membenciku, seakan-akan aku makhluk terhina di dunia ini. Tidak! Bahkan aku tak berasal di dunia itu. Kenapa mereka menganggapku seperti itu? Apakah kau tahu jawabannya? ...