Kulihat Sin dan Lui sedang kejar-kejaran. Mereka tertawa lepas bermain bersama. Kemarin aku melihat serigala itu buas sekarang dia amat manis dimataku. Dia juga sama dengan Lui, bila cahaya bulan menerpa bulunya. Bulunya juga akan bersinar, mereka tentu disayang oleh pemilik academy ini.
"Hah, Luna! Aku sudah lelah, tolong hentikan Lui menakutiku." Sin berjalan sempoyongan kearahku.
"Lui, hentikan! Lihat Sin!" Kucing itu justru memperlihatkan giginya. Nyatanya badan tidak menentukan seberapa kuat atau lemah diri orang. Meski mereka hewan.
"Aku hanya bermain." Lui melompat dipangkuanku.
Sin tertunduk didekatku dan meletakkan kepalanya ke pahaku. Sin dan Lui saling desak-mendesak satu sama lain. Mereka lucu dan mengemaskan. Aku penasaran siapa pemilik sekolah ini? Apakah dia baik atau bertampang mesterius?
"Hm, apa pemilik kalian baik? Aku tak pernah bertemu dengannya." Tanyaku sembari mengelus kepala mereka.
"Dia baik dan ramah, pemilik kami sedang pulang sekarang. Dia punya keluarga di luar academy ini." Jawab Sin.
"Ahh, hmm... Sin, bagaimana bentuk pintu masuknya? Aku khawatir jika aku pergi ke hutan. Aku sudah berada di negara lain. Seperti kemarin aku tersesat dan tanpa sengaja masuk kemari." Terkadang aku berpikir bagaimana caraku masuk. Lewat pintu apa? Sedangkan yang kutahu aku tidak melewati sesuatu yang aneh.
"Setiap pintu masuk bukan berbentuk portal atau pintu. Sebenarnya kau bisa melewatinya dimana pun. Karena academy ini hanya dibatasi oleh sebuah kekuatan sihir. Jadi tak sembarangan orang bisa masuk. Jika orang biasa hanya tahu dia melewati jalan biasa. Intinya academy ini disembunyikan oleh kekuatan sihir. Kami masuk dan keluar dengan menggunkan mantra." Jawab Lui kali ini.
"Tunggu, lalu bagaimana dengan apa yang terjadi padaku? Aku tak tahu mantra dan pintu masuknya." Tidak mungkin kan hanya kebetulan belaka.
Tentu ada penjelasan logis aku berada disini. Bukan sekedar tersesat dan tiba-tiba datang. Ini sangat misterius da ganjil untukku. Aku bukan orang yang langsung menerima keadaan dengan lapang dada. Aku butuh penjelasan sampai aku menerimanya.
"Hm, Lui apa kau ingat tentang bunga itu? Bukannya itu adalah pintu masuk yang tak butuh mantra. Aku juga bertemu Luna dari arah bunga itu." Sin memdang Lui.
"Oh ya, bunga kematian! Apa kau bertemu dengan bunga biru bercahaya?" Lui bertanya kepadaku.
Bunga biru bercahaya? Oh, bunga langka aneh itu. Kepalaku mengangguk cepat, semua ini disebabkan keingin tahuanku tentang bunga itu. Lui melompat dan berjalan kesana-kemari.
"Pantas saja, kau bisa kemari." Hah... Ini karena kebodohanku sendiri. Jadi, benar karena bunga biru itu. Seharusnya aku menuruti perkataan Leon untuk tidak jauh. Aku bodoh! Luna bodoh!
Srett...
Apa itu? Sin dan Lui berdiri di depanku. Dari arah depan, semak-semak bergerak aneh. Keteguk saliva ku, bahaya! Sebuah peringatan berdering dikepalaku menandakan akan datangnya bahaya. Tiba-tiba dari semak-semak itu keluar seseorang yang dipenuhi luka disekujur tubuhnya. Wajahnya dingin dan misterius, Rei?
"Kau?" Rei terjatuh begitu saja. Apa yang terjadi padanya? Kakiku bergerak mendekatinya, wajahnya penuh luka gores dengan sudut bibirnya berdarah. Kulirik Sin dan Lui, mereka juga terkejut sama sepertiku.
"Kita harus mengobatinya, Sin apa kau bisa membawanya?" Tanyaku.
"Ya, aku bisa. Aku bisa membawanya ke ruang perawatan." Jawab Sin sembari mendekat.
Tanganku menarik tubuh Rei, wow berat sekali pemuda ini. Badanku menopang tubuhnya dan meletakkan nya diatas punggung Sin. Hah, baru kali ini aku merasa ikut angkat beban. Sin bergerak menjauh, sebenarnya apa yang terjadi pada Rei sampai penuh luka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Number : The Black Academy ( END )
FantasySemuanya membohongiku, seakan-akan aku makhluk terbodoh di dunia ini. Semuanya membenciku, seakan-akan aku makhluk terhina di dunia ini. Tidak! Bahkan aku tak berasal di dunia itu. Kenapa mereka menganggapku seperti itu? Apakah kau tahu jawabannya? ...