7. Bertemu

17.7K 1.8K 33
                                    

"Wow... Dingin sekali!" Kusisir rambutku dengan jari. Rasanya nyaman telah mandi meski dengan baju yang sama. Haha... Jorok sekali!

"Kau tak bau memakai baju yang sama?" Tanya Lui duduk disampingku.

"Aku punya ini!" Kutunjukan parfumku kepada Lui.

Aku lupa ada berbagai macam barang di dalam ranselku. Kameraku juga masih ada, handphoneku sudah mati bersama kamera. Aku terharu, tak ada charger disini. Makananku juga ternyata masih ada, jadi kupikir untuk hari ini tak perlu ke ruang makan untuk membeli. Makanan dari Sin juga masih ada. Berarti aku selamat hari ini untuk tidak bertemu Abby ataupun Alex.

"Aku bisa meminta pakaian Kai, dia punya banyak baju." Tawar Lui.

"Jangan! Aku tidak mau berhutang, dia sudah terlalu baik. Aku akan cari cara mendapatkan baju. Temani aku bertemu dengan Kakek Jo." Pintaku pada Lui.

"Untuk apa?"

"Aku harus punya penghasilan disini, jadi. Aku mau bekerja di academy ini!" Tekadku sudah bulat bahwa aku harus bekerja menghidupi kehidupanku nantinya.

28 hari dengan pakaian yang sama terdengar jorok. Aku juga tidak bisa bertumpu pada uangku yang tak seberapa. Memangnya disini ada ATM? Juga aku bukan perempuan yang mengharap bantuan atau belas kasian orang lain. Bukan!

"Terserah padamu lah, aku hanya seekor kucing." Lui kuanggap dia setuju dengan pendapatku.

🍃🍃🍃

Tokk... Tokk...

Kuketuk pintu, terdengar suara masuk dari baliknya. Kubuka pelan dan masuk perlahan. Kakek Jo ternyata sedang kedatangan orang lain. Dari pakaiannya dia siswa laki-laki. Untuk apa dia bertemu Kakek Jo?

"Ada apa Luna?" Tanya Kakek Jo.

"Hm. Itu..." Kulirik pemuda itu. Rencanaku harus berjalan lancar, tanpa ada yang tahu siapa pun terutama pemuda ini.

"Saya permisi, Mr." Suara berat terdengar memecah lamunanku.

Wow, suaranya sangat laki-laki. Biasanya orang-orang akan tertarik dengan suara orang itu. Wajahnya juga 100% sangat tampan. Dari postur tubuhnya dari belakang, dia gagah dan tinggi. Dia pasti punya banyak fans yang berjejer memberikan beribu hadiah tiap pagi.

"Baiklah, Rei. Kau dapat pergi." Kakek Jo mempersilahkan orang itu.

Rei? Apa dia yang kutabrak kemarin lusa. Apa benar dia orangnya? Pemuda itu berdiri dan berbalik menghadapku.

Deg...

Dia tampan dan sekaligus misterius. Tatapannya tajam dan dingin. Siapa pun yang lihat tentu akan menyangka bahwa dia orang yang kejam. Tubuhku sedikit bergeser agar dia bisa keluar dari ruangan Kakek Jo segera.

"Ada apa Luna, silahkan duduk!" Kakek Jo menunjuk kursi dihadapannya.

"Ah, ya." Segera kududuk.

Bagaimana memulainya, apa aku harus berbasa-basi dulu. Hm, tidak terlalu lama. Apa langsung kutanya apa ada pekerjaan untukku disini? Sepertinya itu jauh lebih cepat dan efisien.

"Kakek Jo, aku ingin bertanya. Apakah ada pekerjaan untukku disini? Tentunya aku ingin bekerja dan memiliki sumber penghasilan." Kuharap jawabannya iya.

"Kenapa kau tiba-tiba bertanya hal itu?"

"Kakek tahu sendiri kondisiku bagaimana saat ini. Aku tak bisa mengandalkan siapa pun. Makanya aku ingin memiliki penghasilan untuk membiyayai hidupku ke depan." Tak masalah seberapapun bayarannya. Aku harus melakukannya.

"Kau dapat bersih-bersih?" Bersih-bersih? Itu keahlianku di rumah.

"Tentu saja." Kataku bersemangat.

"Kami membutuhkan seorang yang dapat membersihkan aula setiap hari. Disana tak ada sihir khusus untuk membersihkan sendiri. Kami juga butuh seseorang yang merawat peliharaan sekolah, Sin dan Lui."

"Aku siap melakukannya, serahkan padaku. Apa ada uang makan?"

"Tentu. Kau dapat bekerja sekarang. Aula akan dipakai nanti." Perintah bos baruku.

Aku membungkuk berterima kasih. Mari kita mulai bekerja, syukulah ada uang makan untukku. Setelah berterima kasih aku keluar dari ruangan Kakek Jo. Lui berdiri dari balik pintu menungguku.

"Aku mendapatkannya, petugas bersih-bersih aula. Ayo, Lui." Ajakku bersemangat.

🍃🍃🍃

Kupikir aula yang dipakai cuma aula biasa, ternyata luasnya melebihi lapangan sepak bola. Ugh, butuh waktu lama untuk membersihkan aula ini. Kulihat Lui yang tertawa dengan suara kucing biasa. Disini semua sihir lenyap termasuk Lui. Jadi, dia hanya kucing biasa. Kawasan ini disebut kawasan netral jika ada siswa yang melanggar peraturan.

Kuikat kemejaku di pinggang agar tidak basah nantinya. Rambut panjangku yang tergerai kugelung ke atas. Siap! Baiklah saatnya bersenang-senang dengan sapu dan pel.

"Lui kau tak mau membantuku?" Kucing itu mengeleng.

Baiklah, serahkan semua aula ini kepadaku. Mari kita bersenang-senang.

🍃🍃🍃

"Sedikit lagi!" Sudah setengah aula yang sudah kubersihkan. Peluh keringat menetes deras keseluruh tubuhku. Auh, tubuhku sudah sangat bau hari ini. Tinggal setengah lagi, suara dengkuran Lui membuatku ingin menjahilinya nanti. Bisa-bisanya dia tidur disaatku sibuk begini.

Kupegang alat pel erat, apa yang bisa kulakukan dengan alat ini. Hm, aha... Tanganku mendorong alat pel kencang. Aku bisa bersenang-senang dengan alat ini. Haha... Kudorong kecang dan semakin kencang, akan kuselesaikan dalam waktu singkat. Kurang ujung aula sana, ayo selesaikan. Kakiku berlari kencang mendorong alat pel.

"Selesai! Yeah..." Seruku kegirangan.

Kuseka keringat dipelipisku, waktunya bersama Sin dan Lui. Kucing itu harus kubangunkan, Lui meringkuk di sisi yang sudah mengering. Lucunya kucing ini jika tidur. Bulunya berbeda dengan kucing lain, bila terkena cahaya bulan. Bulunya akan bersinar indah.

"Hey! Bangun!" Ku goncangkan tubuhnya. Lui mengeliat dan menatapku lekat. Kusungingkan senyum dan mengendongnya keluar aula sembari membawa peralatan kebersihan.

"Kau sudah selesai Luna?" Suara Kakek Jo.

"Oh, ah... Sudah kubereskan, kakek tenang saja." Aku ahlinya soal ini.

"Wah, kau cukup menakjubkan membersihkan sendirian." Kakek Jo melihat hasil kerjaku.

Tentu saja, aku membungkuk dan pergi. Hari ini aku akan pergi ke hutan bertemu Sin. Aku khawatir dia bosan sendirian menjaga perbatasan. Tapi, kata Lui dia tak sendirian karena setiap pintu masuk sudah ada serigala yang berjaga. Mungkin keberuntunganku bertemu Sin yang jinak daripada serigala yang lebih liar.

"Kita akan kemana?" Tanya Lui.

"Bertemu Sin, kata kakek dia perlu orang untuk menjaga peliharaan sekolah ini."

"Hoam, aku ikut. Aku ingin bermain dengan Sin." Lui masih terlihat mengantuk di gendonganku.

Aku tersenyum simpul, terkadang hewan adalah teman paling setia daripada manusia.

🍃🍃🍃

Maaf, kalau gaje sama banyak typo 🙏 

Terimakasih sudah mampir sama vote dan komennya, terus vote sama komennya😘

Salam ThunderCalp!🙌

The Number : The Black Academy ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang