18. Tameng

15.1K 1.5K 6
                                    

"Coklat?" Kai menyodorkan coklat kepadaku.

"Bagus! Kau memang tahu aku." Kuambil coklat itu dan membukanya.

Wah, coklat ini begitu mengiurkan. Kupotong sedikit dan melahapnya ke dalam mulutku. Enak, semuanya lumer dimulutku. Kusodorkan pada Kai dan dia memotong coklat. Lalu memakannya sekali suap.

"Aku suka es krim coklat, permen coklat pokoknya semua berbau coklat aku menyukainya. Aku suka hutan dan aromanya. Aku tidak suka hewan yang mengeliat. Itu membuatku ingin muntah." Kataku menerawang ke langit.

"Oh, ini sesi perkenalan. Kenapa kau suka coklat kukira kau suka yang berbau warna pink? Kenapa kau juga menyukai hutan?" Tanya Kai.

"Hm, jangan melihat orang dari cover. Walau aku memakai pakaian warna pink belum tentu aku juga suka warna pink kan. Aku suka hutan karena disana semuanya tenang. Tidak ada namanya saling mengejek. Semuanya berbaur jadi satu." Alasan sebenarnya adalah karna disana tempat aku dan ayah selalu menghabiskan waktu sejak kecil dihutan.

Kebanyakan mereka akan suka pergi ke taman bermain, kebun binatang, atau sebagainya. Sedangkan ayahku selalu mengajaku dan Leon ke hutan. Bermain bersama alam, berbicara dengan alam, dan menikmati kehidupan di alam. Kisah bagusnya sejak itu aku sangat menyukai hutan.

"Oh, hm... Aku suka makanan minuman yang dingin. Aku menyukai semua hewan. Tempat favoritku adalah atap. Satu ini tidak banyak orang yang tahu, aku suka mencari tumbuhan langka. Cara mereka hidup luar biasa hebat." Ucap Kai bersemangat.

"Kukira kau suka yang berbau panas-panas. Kau kan elemen api dan tumbuhan. Kau tidak seperti itu jika kulihat."

"Seperti katamu jangan melihat dari cover, bahkan aku suka salju. Ayahku seorang dokter tradisional dan ibuku seorang dokter hewan. Makanya aku suka hewan dan tumbuhan."

Aku mengangguk paham, keluarga dokter ternyata. Selama beberapa jam kami bicara, kami saling mengenal satu sama lain dan saling bercerita tentang hal-hal lucu. Aku baru tahu Kai sempat ditentang orang tuanya pergi ke acasemy ini. Namun, orang tuanya menerimanya dan berharap setelah Kai lulus nanti dia akan kembali. Masa kecil Kai juga lucu, dia sempat tidak sengaja memegang batu bara ayahnya yang berkobar. Haha... Dia kan elemen api, tentunya dia tidak luka. Ayahnya memaksa dirinya pergi ke doktersekali, akhirnya mereka kesana. Dan ayah Kai ditertawai oleh para dokter.

Haha... Itu lucu sekali, aku juga menceritakan bahwa dulu aku sempat memakan roti basi dan akhirnya aku sakit selama seminggu. Sejak itu aku akan memeriksa makanan yang kumakan dengan teliti.

Kai tertawa terbahak-bahak, tawanya bagai cahaya ditengah kegelapan. Dia amat baik kepadaku, Sin dan Lui datang. Mereka duduk disela-sela kami. Dasar dua hewan ini menganggu saja. Aku menatap ke langit, awan putih nampak indah dengan birunya langit. Bersama mereka membuatku kuat dan termotivasi menyelesaikan teka-teki dari Antonio.

Aku akan memecahkannya!

🍃🍃🍃

"Haha..." Ini adalah hari terbaikku.

Tiga gadis sok cantik itu melakukan hukuman mereka. Mereka membantuku membersihkan aula, tanpa kekuatan tentunya. Mereka kelelahan tentu saja dasar gadis manja! Kuselesaikan bagianku dan pergi dari aula. Walau aku baru saja sembuh, aku harus mendapat kan uang untuk bertahan hidup bukan? Kata Ms. Sa tubuhku baik-baik saja. Kupikir ini tak wajar sama sekali, bagaimana bisa aku terkena racun dan sekarang aku baik-baik saja.

Apakah aku harus bertanya pada Kakek Jo tetang ini dan juga Black Hunter. Buku sihir itu juga dan Antonio Black. Yah, orang yang paling dekat dengan Antonio adalah Kakek Jo. Harus kutanyakan ini kepadanya. Langkahku berbelok menuju ruang kepala sekolah. Ada yang ingin kutanyakan perihal academy ini dan Antonio Black.

Tokk... Tokk...

"Masuk." Jawaban dari dalam mrndorongku masuk.

Kakek Jo tampak membaca berbagai buku di meja kerjanya. Sampai-sampai kertas berada dilantai dan dimana-mana. Ruangan yang dulunya rapi sekarang mirip gudang penyimpanan.

"Kakek, apa aku menganggu?" Tanyaku hati-hati.

"Tidak, aku hanya membaca buku lama. Ada apa?" Tanya Kakek Jo.

"Kakek, aku ingin bertanya sesuatu kuharap kakek jujur kepadaku!"

"Baiklah, duduklah." Aku duduk di sofa.

Baiklah Luna, sekarang waktunya kau menemukan jawaban atas pertanyaan selama ini. Kutarik napasku mengumpulkan semua energi untuk melakukan pertanyaan serius.

"Apa kakek mengenal Antonio Black?"

"Apa? Siapa? Bagaimana kau tahu?" Kakek Jo terkejut.

"Sebenarnya selama aku koma, aku bermimpi tentang seseorang bernama Antonio Black."

"Hah, tidak mungkin. Antonio adalah rekanku dulu, dia menghilang saat academy ini diresmikan. Hah... Apa yang kau tahu Luna?" Tanya Kakek Jo berjalan dan duduk disofa sebrang.

Menghilang? Dimimpiku Antonio terbakar dalam kebakaran bersama orang-orang berjubah itu. Bagaimana dia dapat selamat? Apa Kakek Jo hanya tahu Antonio menghilang bukan meninggal. Ini aneh, apa dia masih hidup?

"Aku membaca catatan Antonio diperpustakaan. Dari awal dia mendapat kekuatan, bertemu dengan kakek, dan melakukan perjalanan sendirian. Disana juga diterangkan kalian terkena semacam virus yang merubah aliran listrik menjadi sebuah kekuatan alam. Antonio yang mencatatnya. Sampai dimana dia diburu. Lalu saat aku koma, aku bermimpi Antonio dikejar oleh orang-orang berjubah yang menyebut diri mereka Black Hunter. Mereka membicarakan tentang balas dendam. Aku tidak tahu detailnya. Setelanya semuanya terbakar oleh kebakaran hebat." Kuceritakan semuanya kecuali tentang buku sihir.

"Catatan Antonio, aku sudah lupa akan buku itu. Aku juga sempat membacanya, dia menyinggung buku sihir bukan. Lalu Black Hunter yang kutahu memang Antonio dikejar oleh orang-orang berjubah. Dia sempat memintaku menyembunyikan academy ini. Apa ada informasi lain Luna?" Tanya Kakek Jo. Ternyata Kakek Jo sudah tahu tentang buku sihir Antonio itu. Aku masih mengingat setiap inci katanya.

"Saat aku meditasi, kutemukan simbol mereka. Bunga mawar dan pedang." Menurutku ini ada kaitannya satu sama lain.

"Mawar dan pedang? Para Black Hunter itu, apa tujuan mereka?" Kakek Jo berdiri dan mendekati jendela luar.

"Kakek, jika boleh tahu, bagaimana academy ini dibentuk?"

Kudekati Kakek Jo yang memandang keluar jendela. Beberapa anak berlatih bertarung diluar. Aku tahu Kakek Jo selalu mengawasi murid-muridnya di academy ini. Dari raut wajahnya terlihat wajah lelah dan tua.

"Dulu, tanah ini kami dapat dari seorang pemilik kekuatan seperti Antonio. Dia hebat dan kuat, umurnya masih cukup muda waktu itu. Dia memberikan tanah ini kepada kami dengan syarat dialah yang memiliki academy ini. Dia juga yang mendesain dan membangun tempat ini." Kakek Jo masih menatap keluar jendela.

"Kami menghormatinya walau dia lebih muda dariku. Dia lah yang menunjukku sebagai kepala sekolah ini. Aku menganggapnya layaknya anakku sendiri karna aku tidak memiliki siapa-siapa." Tambah Kakek Jo lagi.

"Kakek juga punya aku, aku cucu kakek bukan." Aku tersenyum ramah.

Kakek Jo mengelus rambutku penuh kasih layaknya kakek dan cucu. Aku senang ada orang yang dapat kusebut kakek. Dari dulu aku tak pernah bertemu kakekku karna ayah dan ibu adalah anak yatim piatu. Mereka berdua bertemu di universitas dan memiliki jurusan yang sama.

Akan kuselesaikan teka-teki ini. Sebelum aku pulang akan kupecahkan masalah ini untuk mereka semua. Entah apa yang akan terjadi kedepannya. Asalkan ada mereka aku akan menghadapinya.

🍃🍃🍃

Salam ThunderCalp!🤗

The Number : The Black Academy ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang