delapan belas

1.3K 176 41
                                    

Sinb menatap keduanya dengan raut yang bisa dibilang sangat kentara sekali bahwa ia ketakutan.
Bagaimana tidak? Ia dibawa pergi tanpa ditemani teman-temannya.
Terlebih ia dipaksa masuk kedalam mobil porsche milik Dongho.

"kita mau kemana yah?" cicit Sinb dengan kepala menoleh kekanan dan kekiri melihat jalanan sekitar yang ia tidak kenali sama sekali.

Ya Sinb itu buta jalan, karna selama ini ia hanya tau jalan kekampus, rumah dan tempat-tempat yang tidak jauh dari rumahnya.
Salahkan saja Ayahnya yang terlalu protektif padanya, apalagi selama ia pergi ia selalu diantar jemput supir pribadi dan kalaupun tidak diantar jemput, Ayahnya akan mengirimkan taksi online untuknya, baik sekali bukan.
Ok back to topic!!

"Sebelumnya gue mau nanya nih? Emang kita kenal yah?" tanya Sinb keheranan.

Yebin menolehkan kepalanya kebelakang, lantas mengulurkan tangannya.

"gue Yebin, terus sebelah gue yang lagi nyetir ini Bang Dongho."

Sinb menjabat tangan Yebin ragu.

"udah kenal kan sekarang, jadi clear."

"hah?"

"lo mau nanya kenapa kita nyariin lo?" timpal Dongho tanpa mengalihkan perhatiannya dari jalanan, ya karna ia tengah menyetir.

Sinb mengangguk sebagai jawaban, sungguh ia tidak bisa berfikir jernih ketika sedang ketakutan seperti ini.
Pasalnya Sinb tidak mengenal sama sekali kedua orang ini, jadi tidak ada salahnya donk kalau Sinb berfikir yang iya-iya.
Seperti penculikan, penyanderaan atau mungkin hal-hal mengerikan lainnya.

"kita ngga berniat nyulik atau ngelakuin hal yang ada dipikiran lo Hwang Sinb, jadi berhenti mikir yang ngga-ngga soal kita." ujar Yebin dengan kepala menoleh kebelakang, menatap kearah Sinb dengan senyum simpul.

"so-sorry.. Abisnya kalian bikin gue mikir kayak gitu."

Dongho menghentikan mobilnya tepat disebuar rumah besar yang bisa dikatakan sebuah Mansion dengan papan nama Kang.

"kalian salah satu mafia?" tanya Sinb takut-takut ketika Dongho menyuruhnya untuk cepat keluar.

Mendengar kata 'mafia' Yebin tertawa kencang, ia memukul pelan bahu Sinb.

"lo mikir kita salah satu komplotan mafia? Oh my god Sinb!! Pikiran lo pendek banget sih." kekeh Yebin.

"sebelas duabelas sama tuh bocah." timpal Dongho.

"hah? bocah? Bocah siapa?" ulang Sinb merasa tidak mengerti dengan ucapan Dongho.

"nah tuh orangnya."

Sinb mengikuti arah tangan Yebin yang menunjuk seorang pria berbahu lebar yang tengah bermain basket dilapangan lebar yang tersedia dimansion utama.

"DANIEL?" pekik Sinb.

Daniel spontan menolehkan kepalanya, bahkan ia sampai menjatuhkan bola basket ditangannya karna saking terkejutnya.

"SINB? LO NGAPAIN DISINI?"

Sinb berlari menghampiri Daniel, lantas menyerangnya dengan pukulan telak dibelakang kepalanya.

"harusnya gue tau, ini tuh akal-akalan lo." kesal Sinb.

"lah apaan? Akal-akalan apaan?" bingung Daniel.

Namun kebingungannya berganti kekesalan begitu mendengar tawa dari Dongho dan Yebin.

"HEH KAMPRET!! SINI LO BERDUA!!"

❤❤❤

"ini rumah siapa?"

Playboy Sejagat [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang