tujuh belas

1.6K 185 36
                                    

Sinb kembali terbangun dengan raut masam, ia mengacak rambutnya kesal.

"ihh kenapa coba gue mimpiin dia lagi!! Kayak ngga ada cowo lain aja!!"

Ia bangkit berdiri, menyibak selimut yang menggulung tubuhnya, lantas berjalan gontai menuju kamar mandi.
Sepertinya ia butuh mandi air dingin, untuk menjernihkan otaknya yang sudah tercemar oleh pria bernama Daniel.

Setelah hampir satu jam berada didalam kamar mandi, Sinb keluar dengan tubuh yang sudah wangi dan tentunya rambut yang masih basah, sungguh ia sedang malas mengeringkan rambutnya.
Walaupun ia sudah mandi dan terlihat segar, tapi tetap saja wajahnya masih terlihat muram.
Bagaimana tidak!! Semalaman ia tertidur dengan Mimpi yang sama ditambah dengan adegan ciuman mesra diakhir mimpinya.
Apa itu masih disebut mimpi indah? Bahkan itu mimpi terburuk yang pernah Sinb alami.
Mengingat ia tidak menyukai Daniel, tapi kenapa ia harus terus memimpikan pria itu, benar-benar mengesalkan.

Masih dengan rambut yang menetes, ia hanya memakaikan handuk dibagian bahunya supaya tetesan air yang menetes dari rambutnya tidak menembus kebaju yang dikenakannya.
Bahkan beberapa tetes air yang jatuh dari rambutnya membasahi lantai, membuat pembantunya Mbok nah mengelus dada sabar, pasalnya ia baru saja selesai mengepel dan ia juga takut Ruru nanti terpleset dan pasti ia yang akan kena amukan Nyonya besar, walaupun Jessica jarang marah tapi hanya dengan lirikan tajam, mampu membuatnya bergidik ngeri.

"Aduh Non rambutnya basah kemana-mana itu."

Sinb menundukkan kepalanya, menatap lantai marmer yang dipijakinya dengan ringisan lebar.

"maaf ya Mbok, aku lagi males ngeringin rambut."

Sekali lagi, Mbok Nah hanya bisa mengelus dada sabar dengan kelakuan majikannya ini.
Namun Sinb tidak menyadari bahwa Daniel baru saja keluar dari kamar Ruru, yang letaknya berada disebelah kamar Sinb.
Niatnya ia ingin membangunkan Ruru, tapi mengingat Ruru sedang demam, ia jadi tak tega membangunkan adiknya itu.
Dengan langkah cepat dan tak menimbulkan suara, ia menghampiri Sinb, menarik handuk yang bertengger manis dibahu Sinb.
Menaruhnua diatas kepala Sinb, hingga separuh wajah Sinb tidak terlihat, lalu mulai menggosokkannya, berusaha menyerap air dirambut panjang Sinb.
Sementara Sinb terlalu shock dengan kejadian yang menimpanya.
Semulanya kepala Sinb yang bergerak kaku mulai normal kembali, bahkan ia begitu menikmati perlakuan Daniel, membuat Daniel mengulum senyumnya.

"lo bisa masuk angin tau ngga."

Sinb mendongak begitu Daniel selesai mengeringkan rambutnya.
Ia mengambil handuk ditangan Daniel, lantas mendengus.

"kok lo pagi-pagi udah ada disini."

"eh? Emang kenapa? Ngga boleh? Adek gue kan ada disini, lagi sakit pula."

"iya gara-gara lo, kalo aja lo ngga ngisengin gue, Ruru ngga bakalan nyebur kekolam tau."

"ok soal itu gue juga minta maaf, karna kurang pengawasan gue jadi bikin Ruru sakit.
Kalo Bang Minhyuk tau, fasilitas gue dicabut semua entar."

Sinb tersenyum sangat lebar, membuat Daniel bergidik ngeri.
Namun ketika melihat Sinb merogoh saku celananya, Daniel paham akan senyum itu.

"mau ngapain lo?"

Dengan gerakan cepat Daniel merebut ponsel Sinb dan mengangkatnya tinggi-tinggi.
Beruntung ia memiliki tinggi yang diatas rata-rata, walaupun Sinb tinggi tapi kalau disamping Daniel tingginya jadi tak seberapa.
Terlebih Daniel berjinjit, hingga Sinb tak bisa menjangkau tangan Daniel.

"ngga usah ngadu-ngadu segala sama Bang Minhyuk." tekan Daniel, dengan sebelah tangan mendorong dahi Sinb.

Sedangkan Sinb mendengus sebal, ia mengusap dahinya lantas menarik leher Daniel, hingga hanya berjarak 5 cm dari wajahnya.
Sinb menahan tawanya dalam hati, dengan seriangai tipis Sinb meniup kencang wajah Daniel, setelah sebelumnya merebut cepat ponselnya ditangan Daniel.

Playboy Sejagat [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang