tiga puluh

1.3K 145 27
                                    

Daniel itu possesive, manja, dan bucin dari segala bucin dan Sinb baru mengetahuinya.
Possesive? Iya sangat possesive, ia akan selalu menggenggam bahkan sampai memeluk pinggang Sinb kalau-kalau ia merasa Sinb dilirik oleh pria lain.
Bahkan kerkom pun Daniel harus ikut, hanya untuk mengawasinya.
Manja? Diluar ia memang terlihat garang, tapi dibalik itu semua ia bisa sangat manja dan manjanya akan berkali-kali lipat jika sedang sakit.
Bucin? Mungkin jika dijelaskan kalian tidak akan percaya karna yang menilai bucin bukan Sinb, melainkan teman-teman Daniel sendiri.
Yahh walau Sinb yakini, ada benarnya juga.

Seperti sekarang Daniel yang terus menempel padanya hanya karna demam tinggi.
Salahkan saja dia yang hujan-hujan saat futsal dan jangan lupakan keisengan teman-temannya yang bertaruh kalau kalah harus memakan ice cream 5 bungkus dan siraman air dingin beserta es batu selama ia memakan ice creamnya.
Dan sialnya ia kalah, jadi akibatnya ia harus merasakan demam tinggi.

"Ngomel-ngomelnya udah dong yang~ kepala aku pusing nih." Keluh Daniel.

Kalau saja Sinb tak ingat Daniel sakit, sudah ia jambak untuk balasan ucapan Daniel yang secara tidak langsung mengatainya bawel.

Sinb menepuk pelan pipi Daniel.

"makan dulu yuk." Ajak Sinb yang dibalas gelengan lemah dari Daniel.

"Mulut aku pait banget."

"Ya namanya juga sakit nyell.. makan dulu biar bisa minum obat, kalo ngga aku pulang aja nih." Ancam Sinb yang langsung membuat Daniel menegakkan tubuhnya dengam bibir mencebik.

"Iya aku makan, tapi kamu suapin."

"Iya aku suapin, tapi kalo aku suapin kamu abisin ya."

Daniel hendak protes namun melihat tatapan tajam Sinb, ia jadi mengurungkan niatnya dan memilih untuk mengiyakan ucapan Sinb.
Selagi Sinb menyiapkan bubur dan obat demam, Daniek kembali merebahkan kepalanya dengan mata terpejam.
Hampir saja ia terlelap kalau saja ia tidak merasakan usapan lembut dipipinya.

"Nyell bangun dulu yuk, nanti kamu lanjut tidur kalo udah selesai makan sama minum obat."

Daniel tersenyum lemah, ia membuka mulutnya ketika Sinb menyuapkam sesendok demi sesendok bubur kedalam mulutnya, dengan enggan ia menelannya.
Setelah selesai Sinb menyodorkan obat kemulut Daniel lantas memberikan segelas air padanya.

"Ya udah yuk kekamar kamu, biar kamu tidurnya bisa leluasa."

Daniel kembali mengangguk, ia membiarkan Sinb menaruh bekas makannya kedapur lantas kembali lagi untuk memapah Daniel kekamarnya.

"Jangan tiduran dulu ya, makanan kamu yang diperut belum sepenuhnya turun.
Nanti takut kamunya muntah."

Daniel kembali menuruti perintah Sinb, ia duduk dengan punggung yang sebelumnya sudah disanggah dengan bantal oleh Sinb.

"Kamu mau kemana?" Tanya Daniel ketika melihat Sinb bergerak turun dari ranjangnya.

"Hp aku ketinggalan dibawah, mau ambil sebentar."

"Jangan lama-lama." Rengek Daniel dengam helaan nafas berat.

"Iya."

5 menit menunggu akhirnya Sinb datang, tentu saja dengan ponsel ditangannya.
Daniel menyuruh Sinb mendekat dan duduk disebelahnya, ia menyandarkan kepalanya dibahu Sinb.

"Aku ngerepotin kamu ya?"

"Ngga, kenapa kamu mikir kayak gitu."

"Aku takut kalo aku ngerepotin kamu, dan gara-gara itu nanti akan jadi alesan kamu buat putus sama aku."

Playboy Sejagat [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang