1⃣5⃣ : Matematika

1.5K 115 26
                                    

(Kiri Rav, kanan Wafa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Kiri Rav, kanan Wafa.)

✖➗

Wafa pada pukul sembilan malam selalu membuat susu cokelat hangat, untuk menjadi peneman belajarnya.

Seruputan-seruputan yang ia teguk menghasilkan kehangatan bagi dirinya. Ibarat susu yang ia minum adalah amunisi untuk otaknya agar dapat memahami setiap materi pembelajaran.

Kali ini Wafa memilih kegiatan favoritnya itu di ruang tengah, bersimpuh manis di kursi kayu usang namun masih kuat dan juga meja bundar lebar. Buku-buku pelajaran berserakan di atas meja, dalam semalam ia bisa menuntaskan setidaknya setengah materi dari buku yang ia pelajari. Hebat.

Dan pada pukul sembilan malam Rav selalu baru pulang. Wafa bisa mengenalinya dari suara bising knalpot motor Rav, lalu Wafa hanya bisa mengembuskan napas melihat adiknya itu melenggang masuk tanpa dosa.

Rav yang masih mengenakan seragam putih abu-abu tiba-tiba menghampiri Wafa. "Dari kecil kalo lo belajar pasti pake piyama dan minum susu cokelat," komentar Rav untuk kakaknya.

Wafa sekilas menatap piyama garis-garis berwarna biru langit yang ia pakai. Biar mudah saja sih, biar bisa langsung tidur. Tak perlu repot mengganti pakaian lagi.

Rav menyerahkan tumpukan buku yang masih dibungkus plastik khas sebuah toko buku. Sejurus kemudian ia melangkah menuju lemari es yang berada di sudut ruangan.

"Tumben-tumbenan lo beli buku Rav?" Wafa mulai tertarik melihat buku-buku itu. Semuanya adalah buku matematika jenjang SMA.

Pintar Matematika tanpa Guru.

Rumus Lengkap Matematika.

Dunia Matematika.

Jagoan Matematika.

Dijamin Bisa Matematika.

Cepat Lancar Belajar Matematika.

Pintar Matematika Tanpa Belajar.

Satu Menit Bisa Matematika.

Wafa hanya bisa mengerutkan dahinya melihat judul buku-buku ini. Agak sedikit nyeleneh baginya. "Buat apa lo beliin gue buku sebanyak ini?"

Rav terkekeh pelan. "Bukan buat lo,"

"Terus buat siapa?"

"Gini ya Afa," selain ayahnya, Rav juga kerap kali memanggil kakaknya itu dengan nama kecil 'Afa'. "Lo kan jago banget matematika, enggak ada salahnya dong kalo ngajarin orang."

Wafa menatap lekat-lekat Rav yang kini tengah duduk di hadapannya. Sepertinya Wafa paham apa yang diinginkan Rav, adiknya itu memang selalu meminta hal yang tak bisa ditolak seorang kakak.

Wafa menghembuskan napas panjang.

Rav melepas jaketnya dan menaruhnya asal. "Gini deh, lo bantu ajarin dia sampe bisa matematika demi gue."

Wafa and The Girl [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang