"Seperti dandelion yang dibawa terbang oleh semilir angin, mirip seperti dirinya yang dibawa pergi oleh takdir memilukan."
✖➗
Ngiung... Ngiung... Ngiung...
Suara sirine polisi meraung-raung bagai memanggil sang penuai kejahatan. Alan terpanjat seketika, bukankah tempat ini aman dari jangkauan polisi?
Sementara itu Wafa terus melirik ke arah pisau yang menyentuh lehernya, napasnya menderu tak keruan, seragam sekolahnya sudah basah oleh keringat bermandikan ketegangan.
Tak banyak waktu untuk Alan berpikir. Ia harus menusuk Wafa secepat mungkin sebelum polisi menangkapnya.
"Selamat tinggal... Wafa!" pekiknya meninggikan bilah pisau yang runcing itu, mengangkatnya dengan penuh ambisi untuk menang.
Wafa memejamkan mata, meredam ketakutan terakhir. Wafa masih punya harapan, kakinya memiliki kebebasan dan Alan masih berada dalam jangkauan. Wafa berhenti menyerah, mungkin polisi bisa terlambat tapi instingnya tidak akan.
BUGH!
Wafa menendang telak tulang kering Alan dan membuatnya tersentak. Memang tidak terlalu berdampak baginya namun sedikit mengulur waktu karena Alan gagal menancapkan pisaunya di leher Wafa.
"Kalo gue nggak bisa balik ke Alba, lo juga nggak bisa," ancam Alan dengan wajah seberingas biasanya.
Andai Wafa bisa berbicara mungkin ia dapat berdebat lebih serius dengan saingannya ini. Saingan yang lebih memilih cara curang.
Wafa menatap Alan menangkat pisau kedua kalinya dan langit-langit gelap menjadi latar belakang. Wafa mendelik penuh kengerian, akankah... mungkinkah... Inikah duka di akhir?
"Jatuhkan pisaunya atau kami tembak kalian!" suara tegas itu datang membawa segenggam asa bagi Wafa. Polisi itu menendang pintu dan menyodorkan pistol dengan tubuh yang condong. Alan menoleh geram.
Kedua temannya yang tadi hanya bergeming sekarang kelabakan entah harus berbuat apa. Mereka saling tatap karena semua ini akan menjerumuskan mereka ke jeruji besi.
Tapi mereka tidak tahu kalau Alan masih mengantungi sebuah pistol. Alan pun tak segan-segan mengeluarkannya, ia masih punya seribu cara untuk melawan hingga ia benar-benar menang.
DUUUAAARRR!
Salah satu polisi nekat meluncurkan satu tembakan dan tepat mengenai tungkai Alan membuatnya mengerang penuh amarah. Tubuhnya tersungkur di hadapan kaki Wafa. Ia merasakan peluru itu menyayat kulit mungkin dagingnya sudah hancur, peluru menembus hingga ke tulang, Alan memegangi bagian tungkainya yang mengucurkan darah.
Kedua temannya dapat dengan mudah diborgol oleh polisi dan diseret keluar. Polisi yang satu ini akan segera menindaklanjuti Alan.
Wafa tiba-tiba berteriak. "AAAAAAAAAHHH!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wafa and The Girl [Completed]
Novela JuvenilPeringkat 1 dalam hashtag #masaabuabu ( 24 Juni 2018 ) Peringkat 1 dalam hashtag #introvert ( 03 April 2019 ) Cerita ini menceritakan tentang seorang siswa SMA yang berkepribadian introvert dan asosial. Ia tidak suka berkelahi, meski pandai bela dir...