"Aku merasakan tubuh ini lelah, ternyata membenci bukan pilihan yang baik. Namun aku belum bisa luput dari itu."
✖➗
"Gimana Ma, udah ngomong sama Om Arga?"
Mama menggeleng tegas ketika Alba bertanya. Sama seperti Alba, mama sedang kusut dan enggan berbicara. Kusut karena nggak dapet arisan tentunya.
"Alba tau pasti Mama nggak dapet arisan ya?"
"Iyaaaaa! Mama kesel! Kenapa sih Mama selalu dapet arisan di akhir? Nggak pernah duluan! Padahal Mama rajin dateng, rajin segalanya tapi tetep sama aja, belum lagi-"
Alba membekap mulut mamanya karena kalau tidak begini sampai besok mama tidak akan berhenti ber-story telling.
"Siapa juga yang peduli!" ucap Alba tak acuh. Mama malah tambah cemberut. "Mama harus ngomong sama Om Arga dulu deh, baru menang arisan," ucap Alba polos.
"Masa?" Mama awalnya sempat percaya, "ah kamu kalo ada maunya harus diturutin!"
"Ma ini itu penting banget. Mama nggak mau kan Wafa anaknya sahabat mama berlarut-larut kayak gitu terus?" tukas Alba. Mama mengangguk, ada benarnya juga ucapan Alba mengingat janji mama untuk sahabatnya. Sekarang mereka bersama-sama mencari jalan keluar. "Ini cara cadangan aja sih, kalau kita nggak bisa sadarin Wafa mungkin Om Arga bisa," ucap Alba setelahnya.
"Oke deh, Mama usahain secepetnya ketemu sama Om Arga." Lalu mama beringsut pergi meninggalkan Alba di ruang tamu, malam-malam menjelang tidur adalah rutinitas mama maskeran, biar muka kinclong chinnnn.
Sementara itu Alba bergumam sendirian, "lagian kenapa Wafa bisa nggak tahu sih kalau ibunya meninggal?" Alba mondar-mandir sambil berkacak pinggang. Alba mencoba tidak gelisah namun selalu gagal. Belakangan ini pikirannya menerawang liar hal yang belum tentu akan terjadi, segala persiapan dan rencana cadangan telah diaturnya. Ya, secepatnya Wafa harus mesti kudu wajib tahu.
"Hai saudariku!" muncullah Leina menari-nari dan seketika aroma wangi menjalar ke seisi ruangan. Mau habis mandi ataupun tidak Leina selalu begini, wangi. Entah bagaimana caranya. Leina merangkul Alba dan menopang dagunya di atas bahu Alba.
"Wangi lo enak banget sumpah," Alba menghirup dalam-dalam.
"Iya dong, aku kan dijuluki cewek sejuta feromon!" ujar Leina, "tapi dulu."
"Ah, apa-apaan sih lo!" Alba telat menyadari bahwa ia sangat sebal dengan manusia ini, ia melepaskan rangkulan Leina. "Jangan deket-deket gue!" suruhnya.
"Emang kenapa sih? Leina yang cantik mau kasih ide bagus nih!" Leina secentil mungkin mengedipkan matanya.
Tanpa pikir panjang Alba langsung melengos ke tangga dan membiarkan Leina melakukan apapun yang dia mau. Masa bodoh. Tidak ada ide-ide konyol yang harus didengar karena semuanya pasti akan gagal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wafa and The Girl [Completed]
Novela JuvenilPeringkat 1 dalam hashtag #masaabuabu ( 24 Juni 2018 ) Peringkat 1 dalam hashtag #introvert ( 03 April 2019 ) Cerita ini menceritakan tentang seorang siswa SMA yang berkepribadian introvert dan asosial. Ia tidak suka berkelahi, meski pandai bela dir...