Dasar cowok aneh, cowok enggak jelas, cowok stress. Masa lebih pilih seekor kucing daripada cewek cantik kayak gue?!
-Alba Carissa.➕➖
Wafa harus berlapang dada karena untuk pertama kalinya ia harus berangkat ke sekolah sesiang ini, bahkan nyaris terlambat. Biasanya Wafa dengan sepedanya sudah tiba di sekolah pagi-pagi buta, Wafa suka udara pagi yang sejuk juga suara kicauan burung-burung di pagi hari, itulah alasannya.
Mengingat nasib sepedanya yang naas kemarin, hari ini Wafa menumpang adiknya ke sekolah. Kebiasaan Rav yang berbanding terbalik dengan Wafa, bangun siang dan berangkat juga siang. Jadi Wafa mau tak mau mengalah.
"Thanks tumpangannya,"
Mereka sudah sampai diparkiran, Wafa bergegas turun.
"Santai aja Ma Bro, emang sepeda lo kemana?" tanya Rav sembari melepas helm-nya.
Wafa meneguk salivanya mendengar pertanyaan Rav barusan. Memang dari semalam ia belum menceritakannya kepada Rav, ia takut Rav akan cemburu dan khawatir kepada Alba atas tragedi kemarin. Saudara yang baik adalah saudara yang menjaga perasaan saudaranya sendiri. Begitu kata Wafa.
"Di bengkel," jawab Wafa asal.
"Serius?"
Rav mengamati kakaknya itu lamat-lamat, curiga. Apalagi semalam Wafa terlihat sedang mengobati memar di wajahnya, Wafa beralasan dia jatuh dari sepedanya. Wajah memarnya sudah membaik pagi ini.
"Iya. Gue duluan, udah mau bel."
Wafa buru-buru melesat jauh agar Rav tidak semakin curiga. Mereka sudah hidup sebagai kakak adik bertahun-tahun, mereka sudah saling mengenali tabiat masing-masing.
Hiruk pikuk terjadi di SMA Bina Bangsa. Koridor menuju tangga penuh sesak atas siswa-siswi yang berlarian menuju kelasnya masing-masing agar tidak terlambat. Wafa menyusul di belakang kerumunan tersebut.
"Aduh!" Wafa meringis, ia baru saja mendapat dorongan dan terjengkang ke depan. Ia berharap tidak ada yang menertawainya. Emang jatuh itu lucu, apa?
"Hahahaha, ngapain lo duduk di situ?"
Dilihatnya dari ujung sepatu bling-bling cewek yang menertawainya barusan. Cewek mesum yang membuat Wafa hampir mati kemarin. "Sial. Lo yang dorong gue ya?"
"Enak amat nuduh orang. Gue aja baru datang, terus liat lo jatoh. Hahahaha!" tawa Alba semakin menggema. Alba memberikan ulurangan tangannya, "sini deh gue bantu berdiri."
Wafa menepis tangan Alba kasar. "Enggak perlu!"
Wafa tidak mengacuhkan Alba, kemudian ia mulai menaiki anak tangga menuju lantai empat. Di mana kelasnya berada. XII IPA 1.
"Eh tunggu," Alba mengejar Wafa.
Wafa hanya buang muka kesal.
"Lo harus jadi guru les matematika gue," Alba mengelabui langkah Wafa dan menghadang Wafa dari depan. Selisih satu tangga di atas anak tangga yang Wafa pijak.
"Enggak sudi!"
"Harus sudi. Lo kan udah gue tolongin kemaren, lo bisa mati kalo enggak gue tolongin!" ketus Alba sambil tolak pinggang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wafa and The Girl [Completed]
Teen FictionPeringkat 1 dalam hashtag #masaabuabu ( 24 Juni 2018 ) Peringkat 1 dalam hashtag #introvert ( 03 April 2019 ) Cerita ini menceritakan tentang seorang siswa SMA yang berkepribadian introvert dan asosial. Ia tidak suka berkelahi, meski pandai bela dir...