4⃣3⃣ : First Probe

1.1K 72 6
                                    

Syukurlah, cuma mimpi.

Wafa menguecek-ucek mata beratnya. Beginilah akibatnya jika tidur tidak membaca doa. Bukannya tambah tenang justru ia menjadi was-was. Puisi-puisi untuk Alba malah dibalas dengan mimpi yang memilukan itu. Wafa pun semakin termotivasi untuk menemukan si pelaku.

Wafa bergegas mandi pagi dan membersihkan tubuhnya karena hari ini telah ditentukan untuk melakukan penyelidikan pertama. Tentunya tidak sendirian, Leina, Jerry, dan Rano pun turut ikut. Sebelum rombongan menjemputnya, Wafa ingin berileksasi ria untuk menghilangkan kepenatan yang akhir-akhir ini membuat tubuhnya kurang bugar.

Wafa menenggelamkan dirinya dalam busa-busa lembut yang menggenangi bathtub. Wafa dapat merasakan kesejukan yang membuat tubuhnya semakin segar dan ia sangat suka ketika busa-busa itu menyentuh permukaan kulitnya. Dan menurutnya inilah waktu terbaik untuk berpikir jernih.

Wafa harus siap dengan segala kemungkinan yang dapat terjadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wafa harus siap dengan segala kemungkinan yang dapat terjadi. Bahkan jika nantinya itu diluar prediksinya. Kalau memang benar Alan pelakunya, Alan tidak mungkin berhenti sampai di situ. Ia mungkin akan melakukan kegilaan yang lainnya.

Wafa menyandarkan kepalanya di tepian, lalu matanya menerawang ke langit-langit. Perjalanan ke Bandung akan memakan waktu dan ia jadi kehilangan kesempatan untuk menemani Alba.

Alba bangunlah dari komamu.

Baiklah ternyata berpikir tanpa ada aksi itu sama saja nihil. Ia pun bergerak untuk membilas tubuhnya dan menggosok tubuhnya dari atas sampai bawah dengan sabun. Wafa memastikan seluruh tubuhnya bersih dan wangi. Wafa merindukan kenikmatan saat mandi.

Setelah selesai Wafa segera mengeringkan tubuhnya dengan handuk dan mengenakan bajunya. Lalu menyiapkan semua keperluan yang akan ia bawa dari Jakarta-Bandung. Ia pun membawa ransel minimalisnya.

Ia melirik arlojinya, sudah pukul sembilan pagi dan sebentar lagi rombongan akan datang. Lebih baik ia menunggu di halaman. Dengan segelas susu cokelat yang ia ambil dari kulkas, Wafa meneguknya sampai tetes terakhir dan mulutnya menjepit sandwiche berisi keju dan tomat. Wafa yang tidak suka ribet.

"Wafa! We are coming!"

Wafa menoleh dan mendapati mobil Jerry telah terparkir dekat gerbang. Wafa pun tanpa ba-bi-bu langsung berlari ke arah mereka. "Mang Asep Wafa pergi dulu ya," pekiknya pada tukang kebun yang sedang menyirami tanaman.

"Mau kemana Den?"

"Ke Bandung," jawab Wafa sebisanya ia sedang membuka pintu gerbang.

"Itumah kampung Mang Asep atuh, titip salam Den buat sodara-sodara di sana," sumringah Mang Asep.

"Kalau bisa Mang Asep, Wafa lagi buru-buru. Assalamualaikum." Sahut Wafa.

"Waalaikumsalam." Mang Asep tidak protes.

Wafa and The Girl [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang