12

8.6K 278 1
                                    

Adam Efron.

Di sampingku duduk
seorang gadis yang sangat cantik dalam kegelapan, memakai gaun paling seksi yang pernah kulihat.
Gaun itu menutup keseluruhan
tubuh bagian depannya tapi meliuk sesuai lekukan tubuhnya.

Bagian belakang gaunnya yang benar-benar menarik perhatianku, membuatku ingin melepas gaunnya dan melihat tubuh telanjang Adelia yang indah. Potongan V yang rendah dan bagaimana itu melekat hingga ke pertengahan punggungnya, bagaimana kulitnya yang lembut seperti sutra itu terekspos, dengan renda yang halus menggantung menutup kulitnya.

Sialan, setiap melihatnya aku
seolah sekarat. Tanganku sungguh-sungguh gatal ingin
menyentuhnya di sana. Dan jantungku terus berdetak sangat kencang.

Aku Menatap ke arah kursi depan, memperhatikan supir yang menjalankan mobil dan mengalihkan perhatianku pada Adelia. Radio satelit masih berbunyi, memainkan musik jazz yang lembut.

"Adam.." Suaranya yang lembut menyadarkanku lagi dan aku
memandangnya, dan aku tenggelam dalam mata coklatnya kemudian perhatianku pada bibir mungil merahnya. Aku ingin merasakan manisnya bibir itu. Sial..

Adelia mungkin akan murka jika aku lancang menciumnya. Aku ingat Adelia selalu berteriak dan melotot kearahku saat aku mencium bibirnya sekilas. Aku tak tahu apakah aku ingin mengambil risiko ini. Aku tak ingin dia marah dan ingin pergi meninggalkanku.

Jangan cengeng, Bung. Cium dia, bajingan. CIUM DIA!!!

Entah setan dari mana merasukiku. Aku mebungkuk di atasnya, memandang ke matanya, aku merengkuhnya, melarikan jemariku di leher Adel. Kulitnya sangat lembut dan dia menutup matanya, bibirnya terbuka. Apa itu berarti Adelia mengijinkanku menciumnya. Ohlord. Batinku berteriak senang

Hanya dengan melihatnya, aku langsung keras dan tanpa berpikir lagi aku menyentuhkan bibirku ke bibirnya. Hanya sekali. Dengan lembut, seringan sayap kupu-kupu, memainkan lidahku sedikit lebih lama,
mencoba mencuri detik-detik itu sebelum akhirnya aku mengakhiri ciuman itu.

Matanya membuka dan terlihat bingung dan dia menatapku dengan pandangannya yang intens. Pandangan yang membuatku merasa seolah dia bisa melihat semua hal yang kusembunyikan di dalam
diriku. Yang baik dan yang buruk.

"Hanya segitu yang kau punya?"
Dia menggodaku. Aku bisa melihat itu di binar matanya, dan bibirnya yang menyeringai sekilas. Sial, aku ingin menciumnya lagi, jadi kulakukan. Ciuman yang selama ini kudambakan dan ingin kulakukan sejak dulu. Sejak awal ketemu dengan Adelia, dan akhirnya ini terwujud.

Kali ini, dia menyelinapkan tangannya di belakang kepalaku dan menahanku jadi aku tak akan bisa melepaskan diri. Dan aku memang tak ingin melepaskan diri. Jemarinya mengusap rambutku, membelaiku selagi bibir kami bertemu lagi dan lagi.

Sentuhannya terasa nikmat sekali. Erangan kecil lepas dari mulutku dan aku mengait bibir bawahnya dengan lidahku, menikmati rasanya yang
manis dan lengket. Dia membuka bibirnya, membuka mulutnya
untukku dan aku memanfaatkan seluruh keuntungan itu.

Dengan lembut aku menelusuri mulutnya. Seluruhnya. Rasanya luar biasa nikmat dan kurasakan kulitku mendadak mengencang, dan aku merasa tubuhku terbakar dari dalam. Aku begitu keras, dan itu menyakitiku, dan aku tak bisa mengingat kapan aku pernah merasa lebih terangsang dari ini, dan juga secepat ini. Ciuman kami yang
tadinya menyenangkan dengan cepat lepas kendali.

Selama dua detik aku tak peduli jika supir melihat kami atau
tidak. Aku tersesat dalam sentuhannya, aku tersesat ketika tubuhnya meliuk di tubuhku, pada rasa bibirnya, pada bunyi nafasnya.

Tanganku berada di pinggangnya, jemariku menekan kain gaunnya. Jalanan ke arah pantai penuh dengan tikungan dan supir menyetir
begitu cepat, jadi kami bergoyang terhadap satu sama lain di kursi belakang. Dan aku mengambil kesempatan lagi, menariknya mendekat, dan aku suka bagaimana dia mendekat padaku dengan mudahnya. Dia melilitkan lengannya di sekeliling leherku dan melahap bibirku, lidahnya yang mungil menjerat dan bertaut dengan
lidahku.

Ciuman ini bukan untuk pertunjukan kasih sayang kami. Ini bukan untuk membuat orang terkesan. Kami berciuman karena kami ingin melakukannya. Dan kami juga tak menghentikannya.

Aku mengakhiri ciuman terlebih dahulu, membuka mataku dan
melihatnya menatapku. Dia kelihatan bingung, bibirnya lembab dan pipinya merona.

Dia bahkan lebih cantik dari pertama kali aku melihatnya di kamar mandi tadi, ketika aku begitu terpesona melihatnya dalam balutan gaunnya yang seksi itu.

Dia kelihatan lebih cantik sekarang karena aku lah orang yang membuat matanya berbinar dan pipinya merona.

"Kita—" dia menelan dengan susah payah, nafasnya makin cepat dan dia menjilat bibirnya lagi. Dengan cepat aku bersandar kepadanya lagi, menekan dahiku kepadanya. Aku menutup mataku dan menghitung sampai lima sebelum membukanya lagi, mencoba mengumpulkan pikiranku karena aku tak ingin terdengar tolol ketika akhirnya aku menemukan suaraku.

"Kita apa?" Aku bertanya, tak menjauh sedikitpun darinya. Aku tak ingin melepaskannya. Terasa begitu menyenangkan, menyentuhnya, telapak tanganku di setiap lekukan tubuhnya, bibirnya menyatu dengan bibirku.

"Kita akan membuat orang-orang, teman rekan kerjamu bahkan keluargamu yakin kalau kita benar-benar menjalin hubungan" Adelia menjauhkan wajahnya. ia tersenyum kearahku.

Aku merasakan hatiku tercabik. aku tak paham maksud ucapannya. "Yakin?" tanyaku tak mengerti.

"Yeah. Sempurna. Jika kita melakukannya didepan orang banyak mereka akan percaya pada hubungan kita" jelasnya lagi.

Berarti tadi tak ada artinya? batinku berteriak hatiku terasa sakit sekarang. "Kau benar" jawabku lirih berusaha tersenyum senormal mungkin.

--------

Jangan lupa vomment..

Xx.

Adelia's Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang