16

8.1K 220 0
                                    

Adelia Watson.

Aku menjinjit dan meraih bagian atas kusen pintu, akhirnya aku
menemukan salah satu dari kunci ajaib yang bisa membuka segala macam kunci itu. Aku Mengambilnya dan menjejalkan bagian tipis metal itu ke kunci pintu dan memutarnya, bersyukur ketika pintu itu bisa terbuka.

Mungkin aku tak seharusnya melakukan ini. Memasuki tempat pribadi Adam ketika dengan jelas dia melarangku masuk. Tapi caranya bereaksi membuatku takut setengah mati, dan aku juga sangat khawatir, aku tahu aku harus mengikutinya dan memastikan semuanya baik-baik saja. Ekspresi wajahnya penuh dengan keputusasaan ketika dia menjauh dariku dan aku tak yakin apa yang mengganggunya.

Aku sangat takut untuk mengetahui apa masalahnya tapi aku harus melakukan hal ini. Untuk Adam.

Ketika aku membuka pintu, aku melihatnya berdiri di tengah-tengah ruangan, benar-benar telanjang bulat dan sejenak, aku tertegun. Tubuhnya sangat indah, maha karya seni yang maskulin. Bahunya yang bidang, punggungnya yang halus dengan otot yang lentur dan bokongnya yang terlihat sekeras baja. Seluruh tubuhku berteriak ingin merasakan dirinya, bergerak bersamanya diranjang, tapi aku tahu bukan itu yang dibutuhkannya saat ini.

"Adam.." bisikku, suaraku pecah, hampir separah hatiku.
Dia berputar pelan, wajahnya penuh dengan penderitaan dan
perasaan terhina. "Seharusnya kau pergi."

"Biarkan aku membantumu." Aku baru akan mendekatinya tapi dia menggelengkan kepalanya.

"Pergilah Adel, aku tak mau kau melihatku seperti ini." Dia
menundukkan kepalanya dan pandanganku jatuh pada bagian bawah tubuhnya. Dia sedang ereksi, ereksinya sangat besar, dan aku tak tahu apa yang telah mengacaukan sesuatu yang—akan menjadi momen paling indah di antara kami berdua, tapi tak ada yang bisa kulakukan sekarang.

"Kau tak bisa mendorongku pergi." Aku tahu itu yang sekarang sedang dilakukannya, dan itu yang akan selalu dia lakukan. Aku menolak membiarkannya melakukan itu padaku. Aku akan tetap di
tempatku dan akan benar-benar membantunya.

Aku ingin menempel padanya.
"Kau tak menginginkanku," bisiknya, suaranya tajam. "Tidak seperti ini. Aku tak bisa..Aku tak mau menyakitimu" sambungnya.

"Kumohon Dam.." Aku memohon padanya dan aku tak peduli. Aku tak pernah melakukan ini. Aku tak pernah merendahkan diriku, aku mencoba dengan susah payah menjaga harga diriku. Tapi melihatnya dalam keadaan seperti ini, dia membuatku ketakutan setengah mati.

Aku tak ingin meninggalkannya dan aku juga tak ingin dia
mendorongku pergi. Aku merasa saat ini hanya akulah yang
dimilikinya. "Beritahu aku apa yang bisa kulakukan."

"Kau bisa pergi." Dia berbalik dan menjauh dariku dan aku berlari mengejarnya, menarik lengannya dan mencegah dia beranjak lebih jauh.

"Tidak." Mataku bertubrukan dengannya dan aku bertahan di
tempatku, meskipun aku tahu aku pasti kelihatan menggelikan, setengah telanjang dan lepek karena hujan.

"Aku tak akan pergi." Kataku keras kepala.

Pandangannya jatuh pada dadaku yang telanjang dan berlama-lama menatapnya. Putingku mengeras karena tatapan tajamnya yang
terang-terangan dan aku berjalan ke arahnya seolah aku tak bisa
menahan diri. Tubuhku menghianatiku walaupun aku berusaha setengah mati bertingkah seolah dia tak mempengaruhiku. Apapun
yang terjadi di antara kami berdua bukan lagi tentang seks.

Adam menginginkan kenyamanan. Penerimaanku.
"Kau gemetaran," dia bergumam, dia meraih rambut basahku. Dia mengusapnya di antara jemarinya, matanya masih terkunci di dadaku. "Kau harus mengganti baju basah ini."
Seolah dengan perlahan dia mulai kembali padaku, kembai dari sisi gelap, sisi sunyi tempatnya bersembunyi dan kembali bersikap manis.

Adelia's Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang