29

5.4K 171 1
                                    

Happy reading♡♡

***

"Terima kasih untuk segalanya Adelia"

Air mata Adelia jatuh berderai seperti hujan saat membaca surat singkat yang Adam tulis untuknya, kata-katanya bernoda tinta karena buru-buru ditulis, Adelia mengusap pipinya dengan marah, menyeka air matanya.
Kenapa Dam? Kenapa kau meninggalkanku? Kenapa... Aku mencintaimu.. katanya lirih

***

Beberapa bulan setelah kepergian Adam malam itu, Adelia berusaha sekuat tenaga untuk melanjutkan
hidupnya. Bekerja sangat keras membantu ibunya yang mulai kelihatan menua itu mengurus restoran milik keluarganya. Mengabaikan rasa sakit hatinya saat bayangan Adam lagi lagi muncul dengan lancangnya dipikiran dan mimpinya. Dorongan semangat dari Bella--sahabatnya dan Eric--sepupunya yang tak pernah bosan menenangkan Adelia. Kepergian Adam menyisahkan luka yang teramat dalam untuknya. Menjadikannya sosok yang sangat pendiam dan pekerja keras. Adelia berusaha menata kembali hatinya walau dirinya masih menunggu Adam, ingin mendengarkan alasan Adam yang meninggalkannya tiba-tiba.

***

Adelia memarkirkan mobilnya kemudian berjalan memasuki coffeshop. Segelas kafein dipagi hari sangat dibutuhkannya saat ini. Dirinya lelah mengurus restorannya yang seminggu ini baru saja meresmikan cabang baru di beberapa kota yang membuatnya benar-benar sibuk.

Adelia tersenyum saat dirinya berada didalam coffeshop, kemudian menghirup dalam-dalam aroma kafein yang bercampur udara sejuk pendingin ruangan membuat pikirannya rileks dan langsung berdiri dibelakang antrean. Setelah selesai. Adelia berjalan keluar sambil memegang segelas kafein yang sudah dipesannya tadi. ponselnya bergetar. Adelia mencari ponselnya itu didalam tas yang menggantung dibahunya. Gotcha Adelia menemukan Hapenya yang bergetar terus dan melihat nama Bella tertera disana. Saat hendak mengangkat panggilan Bella tiba-tiba...

Brug!!

Oh shit! Umpat Adelia panik karena kafein yang digenggamnya itu tumpah dibaju orang yang ditabraknya.

"Aduhh maaf maaf.. saya ngga sengaja"

"Hai Adel"

DEG!

Jantung Adelia berdetak kencang mendengar suara yang selama ini dirindukannya. Adelia menaikkan kepalanya yang masih tertunduk kemudian menemukan sepasang mata yang selama ini dirindukannya. Tubuhnya seketika menegang. Matanya menatap sosok bertubuh atletis dalam balutan sweater biru dan celana jeans dan tersenyum kearahnya. Aroma tubuh yang selama ini dirindukannya kini tercium oleh indra penciumannya. Mengingatkan Adelia pada kesan ketika pertama kali bertemu cowok itu. Ini pasti mimpi kan?

**

Setelah 6 bulan Adam meninggalkan Adelia malam itu untuk menyelesaikan semua masalahnya dan kini dirinya berniat menemui Adelia. Saat hendak menuju restoran milik Adelia, Adam singgah disebuah coffeshop untuk menenangkan rasa gugupnya. Namun saat dirinya baru saja turun dari mobil. Ia menangkap sosok yang selama ini dirindukannya keluar dari coffeshop dengan menunduk mencari sesuatu didalam tasnya sambil berjalan. Adam tak mengira dirinya akan bertemu dengan sosok itu disini. Ia tersenyum kemudian berjalan menuju Adelia. Wanita itu tak menyadari kehadirannya sampai saat Adelia tak sengaja menabraknya dan coffe yang berada ditangannya tumpah mengenai sweaternya.

"Aduhh.. maaf maaf saya ngga sengaja" ucapnya. Sungguh ia sangat merindukan suara itu. Adam terus memperhatikan Adelia yang masih menunduk.

"Hai Adel."

Ketika mata mereka bertemu, lututnya terasa lemas. Lidahnya juga kini terasa kaku. Sepanjang perjalanan Adam sudah mengatur apa saja yabg akan dikatakannya pada Adelia, tapi ketika menatap mata cewek itu semuanya buyar begitu saja.

Adam mengira Adelia akan cepat cepat pergi dan mengabaikannya. Tapi, nggak. Cewek itu terus diam dan menatap matanya. Kupu-kupu berterbangan hebat diperutnya ketika Adelia bertanya "Apa kabar?"

"B..b...baik.." ucapnya gugup.

"Oh oke. Maaf aku membuat bajumu menjadi kotor. Aku duluan Dam" Saat Adelia hendak pergi, Adam menahan lengan Adelia. "Kita harus bicara"

Cewek itu menggeleng. "Nggak ada lagi yang perlu diomongin. Semuanya sudah berakhir"

"Aku tahu" kata Adam cepat. Tangannya refleks memegang bahu Adelia membuat tubuh mereka kembali berhadapan.

"Aku tau kamu kecewa denganku Adel. Aku menghormati keputusanmu itu. Tapi, aku mohon, dengarkan aku dulu..."

Adelia ngga ada tanda tanda akan menepis tangannya. Adam memanfaatkan kesempatan ini. Cowok itupun membasahi bibirnya yang mendadak kering karena tekanan dalam dirinya. Jantungnya terus berdetak cepat.

Adam dan Adelia kini duduk berhadapan didalam coffeshop. Mereka duduk dipojok dekat jendela. Setelah beberapa menit keheningan yang menjelma mereka, Adam berdehem sekali ketika berkata "Aku akui aku memang bodoh, Del. Entah apa yang ada dikepalaku saat itu sehingga melukaimu karena padamu. Aku ngga akan pernah berhenti menyesali kesalahan fatal itu, Adel. Ngga akan"

Adelia masih terdiam, "Aku mencintaimu Adel. Sampai detik ini pun, aku masih sangat mencintaimu. Dan ini bukan karena aku mengharapkan kau membalas perasaanku. Aku tau kau sangat kecewa dan pastinya membenciku. Aku mengatakan ini karena memang begitulah yang sebenarnya. Jantungku berdebar hebat hanya karenamu. Dan aku sering nggak bisa tidur karena memikirkanmu. Semua bagian dirimu begitu indah, sangat sempurna." Adam menelan ludah. "Karenanya, aku mendoakan yang terbaik untukmu. Aku harap kau mendapatkan kebahagianmu. Karena kamu memang lebih dari sekedar berhak mendapatkan itu. Aku minta maaf karena meninggalkanmu, aku memang brengsek Adel.. aku memang pengecut, aku tak pantas untukmu. Aku terlalu takut untuk terlalu dalam menyakitimu jika kau terus bersamaku."

Mata Adelia berkaca-kaca dan seketika butiran bening itu menetes dipipi merah mudanya.

"Jangaan.., aku nggak mau kamu menangis Adel."

Adel menggeleng. Cewek itu mengambil tissu yang berada diatas meja mereka sambil menghapus bagian basah diwajahnya. Dibiarkannya Adam melanjutkan ucapannya.

"Aku mendoakan kebahagianmu Adel.. Aku sangat menyesal telah menyakitimu dan kau pantas mendapatkan yang lebih baik dariku." Cowok itu manggut-manggut sendiri. Seolah sangat yakin atas ucapannya barusan. "Tapi seandainya sesuatu yang buruk terjadi, kamu boleh pegang omonganku ini: Aku akan selalu ada untukmu. Aku akan menunggu---bcz ur the only one that worth waiting for"

Sadar ini adalah saatnya untuk pergi. Adampun memaksakan diri untuk tersenyum, "aku nggak akan menahanmu lebih lama lagi disini. Kamu pasti sibuk kan?"

"...."

Adelia ingin mengatakan sesuatu, tapi kata-kata itu tertahan ditenggorokannya. Cewek itu masih diam membisu ketika matanya mengawasi cowok itu telah keluar dan berjaan menuju parkiran.

Tangannya gemetaran. Dia harus menelpon Bella.

"B...Bell?" Sapanya pelan.

"Ya Adel? Lo dimana? Buruan kesinii"

Yang ditanya malah menangis terisak. "G--gue.. abis ketemu sama Adam.. Didepan coffeshop"

------------

Jangan lupa Vomment.

Xxo..

Adelia's Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang