17

7.4K 209 1
                                    

Adelia Watson

Aku bersusah payah menelan gumpalan yang menekan
tenggorokanku. "Kau tiba besok?" "Ya.. kau dimana? Bolehkah kau menjemputku dibandara dengan Ibumu?" Kata Eric diseberang sana.

Eric adalah kakak sepupuku. Semenjak Ayahku meninggalkan aku dan Ibuku, Ericlah yang membantu kami. Eric juga membantu Ibuku mengurus restoran milik peninggalan Ayahku. Aku menyayangi Eric. Aku sudah mengganggapnya seperti kakakku sendiri.

"aku ada urusan.. maafkan Aku.."

"Aku merindukan Adelia kecilku"

"Aku juga merindukanmu. aku akan pulang sabtu malam, aku janji. Ayo kita melakukan sesuatu yang seru hari minggu, ok?"

"Apa yang kau kerjakan belakangan ini? Ibu sangat mencemaskanmu. Kau tak pernah menghubungi kami"

"Aku ada urusan beberapa hari ini.. Aku akan menceritakanya padamu. Tapi sampaikan ke Ibu aku baik-baik saja. Jangan khawatir"

"Baiklah.. Mungkin kita bisa pergi nonton film saat kau pulang"

"Aku akan suka itu, sayang. Aku mencintaimu.."

"Aku juga mencintaimu. Jaga dirimu Adel.."

Aku menekan tombol untuk memutuskan percakapan dan berbalik dan mendapati Kylie berdiri tak sampai lima kaki jauhnya dari tempatku, aku tak tau darimana masuknya ini anak.

"Well. Apakah suaramu tak terlalu terdengar dibuat-buat ketika kau berkicau diteleponmu betapa kau merindukan dan mencintai cowok itu?" Dia melangkah mendekatiku dan aku mundur menjauh seketika, rasa takut membuat punggungku gemetaran, walaupun aku
tak tahu kenapa. Aku tak seharusnya takut pada wanita ini, walaupun dia selalu memasang ekpresinya yang seolah menggertak dan
memandangku dengan sepasang matanya yang sinis. Dia tak
berarti apa-apa bagiku.

Tapi aku tak ingin menciptakan riak permusuhan dengannya. Astaga, Bertengkar dan
beradu argument dengan nenek sihir ini akan cukup membuatku muak.

Aku tak ingin bersikap kasar dirumah Adam.

"Bukankah tidak sopan menguping percakapan orang lain? Aku juga tak tau darimana kau masuk dan langsung muncul disini" Aku bertanya, karena aku tak bisa menahan diri.

Aku benar-benar marah dia menguping dan muncul tiba-tiba dan lebih karena dia berpikir tadi aku berbicara dengan pacarku yang lain, kekasih lain, atau apapun.

Aku juga tak perlu menjelaskan apapun kepadanya. Ini bukan urusannya. "Aku mencari Adam. Dan tak sengaja mendengar percakapan seorang pelacur gelandangan kecil yang berani-beraninya menyentuh Adam-ku"

Aku tersentak mendengar kata-kata berbisanya dan dengan posesif menyebut dengan kata ‘Adam-ku'.

"Dia bukan milikmu," aku berbisik. Dia milikku. Aku tak cukup punya keberanian mengucapkan kata itu dengan
keras.

Senyumnya sangat tajam. "Di situlah kau salah. Kau hanya
sementara. Kau hanya sesuatu yang baru. Dia membawamu pulang untuk membuat semua orang percaya bahwa dia telah melupakan Olive-nya, menolak perjodohannya membuat kami percaya bahwa dia ingin bersama dengan seseorang yang sepertimu, tapi aku tahu kenyataan sebenarnya. Adam tak pernah akan bisa melupakan Olive dan menggantikan posisinya dihatinya"

Aku terkejut mendengar kata-katanya. Aku terbengong-bengong. Tak bisa kupercaya Adam tak pernah menyebut tentang Olive-- bahkan Anne pernah mengatakan nama itu. Dan sekarang? Nenek sihir ini yang menyebutnya.

Mungkinkah masalahnya berhubungan erat dengan Olive? Mungkinkah ditempat ini terlalu banyak kenangannya dengan Olive?

"Aku tak peduli" Secara otomatis aku mengatakannya dan dengan sungguh-sungguh.

"Harusnya kau tak disini.. Tempatmu bukan disini. Kau bahkan tak cocok dengan Adam."
"Dulunya Adam bukan sosok pria sedingin ini. Dia dulu sosok pria yang hangat dan sopan. Dia sangat mencintai Olive--bahkan mereka berdua tinggal disini tapi wanita bodoh itu yang meninggalkannya dan merubahnya menjadi pria yang menutup dirinya."

Olive meninggalkan Adam?—bagaimana? Apa yang sebenarnya terjadi?

Pasti hal itu menjadi kenangan yang menyedihkan baginya, dan dia berpikir lebih baik melupakannya. Apakah Olive penyebab dia begitu semalam? Apakah wanita itu penyebab kemarahannya dan kerapuhannya?

"Ohya.. Anne menyuruhku memberitahumu, makan malam akan siap dalam tiga puluh menit,"

Aku makin tak paham. Adam berkata Kylie hanya temannya saat kuliah dulu bahkan mereka tak pernah berbicara. Sekarang? Kylie bahkan ada dirumah ini dan mengenal Anne? Apa yang sebenarnya terjadi..

"Setelah itu, kusarankan kau kembali ke Paviliun dan kemasi
berang-barangmu. Aku akan menghubungi taksi yang akan
membawamu ke stasiun bis petang ini." Mulutku menganga karena syok. Hak dia apa mengusirku seenak jidak?

"Oh ya, tentu saja aku punya rencana. Rencana yang
sudah tentu tak menyertakanmu, terutama karena hal seperti ini
hanya dilakukan antara anggota keluarga dan kau tak lebih dari
seorang pengacau. Hal yang terbaik bagimu adalah pergi. Aku sudah berbicara dengan Anne dan Zac dan dia sangat setuju denganku."

Tanpa berkata apa-apa lagi dia berbalik dengan hak sepatunya yang luar biasa tipis dan tinggi itu dan melangkah keluar ruangan, meninggalkanku yang merosot dan jatuh ke kursi di belakangku, begitu lemah seolah kakiku tak sanggup lagi menahan beban berat tubuhku lebih lama lagi.

Dia telah bicara dengan Anne  dan Zac dan dia setuju aku harus pergi malam ini juga? Bagaimana dengan Adam? Apakah dia juga setuju? Hal ini betul-betul tak masuk akal. Aku tak mengerti apa terjadi sekarang.

Benar-benar terdengar bodoh mengakui hal ini, tapi perasaanku sedikit terluka mengetahui kalau Adam tak pernah bercerita tentang
Olive. Hal itu adalah pengalaman traumatiknya yang paling besar yang disembunyikannya dariku.

Tentu saja dia merahasiakan banyak hal. Dia penuh dengan rahasia. Aku masih tak merasa mengenalnya. Tidak benar-benar mengenalnya.

Pagi tadi dia sudah keluar rumah ketika aku meninggalkan kamarku, dan aku memang sengaja melakukannya. Mengunci diriku sepanjang
waktu di kamar—mencoba seperti orang gila berusaha menghubungi Bella walaupun dia tak menjawab panggilanku—apalagi yang baru? Ketika aku mencoba menghubungi dan mengirimkan pesan kepada Eric, tapi kupikir jam segini dia masih berada didalam perjalanan dan aku yakin aku benar.

Faktanya, hingga kini aku belum melihat Adam. Apakah dia marah padaku karena meninggalkannya yang tertidur semalam? Mungkin saja. Dan itu adalah jalan terbaik. Apapun yang kini ada di antara kami berdua, hal itu tak mungkin terjadi. Benar-benar tak akan terjadi. Sekeras apapun aku menginginkannya, takkan pernah terjadi.

-------------

Maaf lama updatenya..

Happy Reading

Jangan lupa Vomment..

Xx..

Adelia's Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang