24

6.2K 175 1
                                    

Happy reading

****

Adelia Watson

"Kita harus pergi," aku berkata di dadanya, suaraku bergumam.

Aku menarik diriku sehingga aku bisa menatap dirinya, memperhatikan wajahnya. Dia tersenyum kearahku mendekatkan wajahnya dengan wajahku. Aku merasakan bibirnya menyentuh bibirku. Dia membawa tanganku melingkari lehernya, aku membalas ciumannya. Kami saling menikmati ciuman yang memabukkan ini. Bukan ciuman panas, melainkan ciuman kami saling membutuhkan. Ciuman yang lembut dan penuh cinta. Aku dapat merasakannya dan aku menyukai ketika dia menciumku seperti ini.

Aku melepaskan ciuman yang membuatku hampir lupa untuk bernafas. Aku menatap manik mata Adam, "kita harus pergi Dam.."

Adam menatapku "kau benar, sebelum nenek sihir itu datang mengganggu kita. Ayo pergi"

Aku tertawa kecil lalu lari ke kamarku dan melemparkan semuanya ke dalam tas, lalu
menutup resletingnya.

Aku menyambar dompetku, baju hangat lengan panjangku yang akan aku pakai dan menatap sekilas pada ruangan ini, memastikan tidak meninggalkan sesuatu.

Sebenarnya tidak perduli jika aku meninggalkan sesuatu. Aku sangat ingin keluar dari sini, dan sangat tidak perduli dengan yang lain. Aku menunggu Adam di ruang tamu, tetap mengawasi keluar jendela, tatapanku kosong pada rumah utama. Aku khawatir jika tiba-tiba Olive datang dan merubah Adam lagi. Aku tak ingin kehilangan Adam. Aku sudah terlalu jauh saat ini dan aku tak peduli.

Aku melihat range rover dipakir dijalan masuk rumah sepertinya nenek sihir Kaylie
datang lebih cepat dari dugaanku. Dan mobil yang lain juga datang, aku kira itu Ayah dan Ibu Adam, dan memang benar.

Paling tidak mobil itu tidak menghalangi mobil Adam.
Terima kasih Tuhan.

"Apa kau mau berpamitan pada ayah dan ibumu?" aku bertanya saat dia datang masuk ke ruang keluarga, tasnya disandangkan pada pundaknya, ekspresinya masih agak kosong.

Dia dengan perlahan menggelengkan kepalanya. "Aku akan menghubunginya nanti. Apa mereka datang?"

"Iya," Panik nyata-nyata ada dalam suaraku dan aku berdehem, terganggu oleh diriku sendiri. "Adam, aku tidak berpikir ide yang bagus jika kita keluar sekarang…"

"Aku juga berpikir itu bukan ide yang bagus, tapi kita tak punya pilihan lain" dia menginterupsiku. Kelegaan menjalar melewatiku dan kami keluar dengan langkah terburu-buru, gerak-gerikku kalut dan tanpa jeda saat aku melemparkan tas dalam tempat duduk belakang. Dia naik kedalam mobil bersamaan denganku dan serentak kami mengempaskan pintu, Adam memasukkan kunci dalam starter. Kami hampir keluar dari sini, aku bisa merasakannya. Aku tidak pernah merasa sangat bahagia karena meninggalkan suatu tempat seperti yang aku lakukan saat ini.

"Adamm!" Aku sentakkan kepalaku ke kiri, melihat tidak percaya saat Kaylie berlari mendekati mobil, berhenti pada sisi pintu pengemudi. Dia mengetuk kaca dengan kepalan tangannya, berteriak agar Adam menurunkan jendela dan Adam menatap padanya, tangan Adam sudah berada di gigi persneling, siap untuk memundurkan mobil.
"Jangan lakukan itu," aku bergumam. "Jangan buka jendela. Kumohon"

"...."

Adam hanya menatapku. Aku menggeleng agar dia tak membuka jendela dan segera jalan. Namun sia-sia, Adam membuka jendelanya. Aku menghela nafas kasar.

"Apa yang kau inginkan?" dia menanyai Kaylie dengan dingin.

"Dengarkan aku Dam.." Dia menyorotkan tatapan dingin, tajam yang singkat padaku dan aku balas menatapnya. Sama dingin, sama kerasnya. Aku sangat membencinya.

"Katakan!" suaranya seperti es, sedingin pandangannya yang
dilemparkan pada Kaylie dan Kaylie benar-benar tak menghiraukan hal itu.

"Olive sudah pergi. Kau ingat perjodohan yang ayahmu katakan? Yah. Aku dan kau akan dijodohkan--"

"Berhenti omong kosong" Aku tidak mengontrol ini, aku harus membuatnya berhenti berbicara.

"Kau jangan ikut campur, jalang sialan"

"Jangan bicara padanya seperti itu." Suara rendah Adam memperingatkan, tapi tetap saja tidak terlihat berpengaruh pada Kaylie.

"Dengar, Dia bukan siapa-siapa, Adam. Tak berharga. Kenapa kau menghabiskan waktu dengannya? Ada dia hebat di ranjang? Apa dia melebarkan kakinya untukmu secara berkala dan itu kenapa kau tetap bersamanya?" Kaylie terdengar nyata-nyata tidak rasional. Aku
menolak untuk mengijinkan hinaannya mempengaruhiku apapun itu.

Dia sangat tidak pantas menghinaku karena dia pantas untuk membusuk di neraka.

"Paling tidak aku bukan jalang murahan sepertimu," aku bergumam di bawah nafasku.

Tarikan nafas terkejut yang aku dengar dari Kaylie jelas mengindikasikan aku tidak bergumam cukup pelan. "Apa yang kau katakan, kau pelacur?"

Sial, aku masuk dalam masalah ini sekarang.

"JAGA UCAPANMU KAYLIE!!" Adam berteriak kasar pada Kaylie.

Aku tetap berfokus pada lututku yang bergetar, mencoba usaha terbaikku untuk menjaga nafasku tenang dan terkontrol.

Aku melirik sekilas Adam, melihat mengeretakkan rahangnya, caranya mencengkram setir kemudinya sangat erat, buku jarinya memutih.

"Baiklah." Suara Kaylie mencicit dan dia batuk kecil.

"Kita harus pergi," aku berbisik pada Adam dan tanpa kata-kata dia menyalakan mesin.

"Tidakkah kau ingin mendengar apa yang harus ku katakan
padamu?" Kaylie bertanya dalam suara nyanyian menyeramkan.

"Tidak juga." Pandangan Adam beralih pada setir kemudi.

"Sayang sekali. Karena ini tentang Ayah dan Ibumu"

Dia menoleh untuk menatap Kaylie, seperti yang aku lakukan. Kemudian menatap keluar jendela mencari keberadaan Ayah dan Ibu Adam yang tadi berada diluar namun nihil, mereka tidak ada.

"Ayah dan Ibuku?"

"Aku sudah sangat lama mencoba memberitahumu, hanya waktunya tidak----"

"Katakan saja, Kaylie." Perutku terasa teraduk saat aku menunggu. Ketakutan membuat telapakku basah dan aku menggenggam lututku, sangat menakutiku atas apa yang di katakannya.

"Jika kau menolak perjodohan ini, Perusahaan Ayahmu akan bangkrut Dam.." Kayle berhenti sejenak, "Dan jika perusahan Ayahmu bangkrut, aku tak yakin apa yang akan terjadi pada mereka..." Kayle menggantung kata-katanya "hmm.. mungkin mereka akan kena jantungan dan mati secara perlahan? Pikirkanlah Adam" Katanya dengan senyumnya yang menjijikan.

----------------

Bersambungg...

Jangan lupa Vomment.

Adelia's Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang