Adam Effron.
"Kapan kau membawa pasangan pilihanmu itu kerumah Adam?" Ayahku menghembuskan nafasnya dan aku masih bisa mendengarnya. "Malam ini Ayah. Aku akan memperkenalkan kepadamu."
Aku mengerjabkan mataku. Tidak mungkin aku mau ayahku terlalu banyak bertanya kepadaku tentang Adelia, khususnya ketika aku masih dalam pembicaraan melalui telepon dengannya."Siapa namanya?"
"Adelia." Kataku singkat.
"Ohh semoga namanya seperti orangnya. Cantik" kata Ayahku memuji Adelia.
Aku membayangkan sosok Adelia yang memiliki rambut coklat yang indah, mata berwarna coklat dan payudara yang indah dan wajah yang sangat cantik. Tapi aku tidak akan memberitahu Ayahku tentang itu.
"Baiklah. Bawa dia segera. Ayah sudah tak sabar ingin melihatnya. Dan Ayah harap kau tak menyakitinya"
"Yang ini berbeda yah.."
"Kau mencintainya?" Ayahku berkata dengan nada suara yang dikecilkan.
"Ya mungkin. Aku tak tau" Aku menaikkan pundakku. Mengingat saat aku mencium dan memeluk Adelia membuatku merasa nyaman. Aku merasa rasa nyaman itu biasa saja namun hanya dengan melihat wajah Adelia membuatku senang. Aku menyukai apapun tentangnya. Kurasa benar aku mencintainya.
"Sampai jumpa kalau begitu" aku mendengar nada sambung terputus. Ayahku mematikan telfonnya. Aku menarik nafas panjang.
Aku tak tau apa yang kurasakan. Wajah Adelia tiba-tiba terlintas dipikiranku. Senyumannya yang manis membuatku ikut tersenyum. Aku merindukannya.
Aku mengambil ponselku lalu mengetikkan pesan untuk Adelia yang menyuruhnya bersiap-siap aku akan menjemputnya jam 7 malam. Aku akan memperkenalkannya pada Ayah dan Ibu. Semoga Ayah percaya padaku sehingga membatalkan niatnya yang ingin menjodohkanku. Dia kira ini jaman apa? Jaman siti nurbaya? Itukan jaman dia hidup. err...
~~
Aku melirik jam tanganku, pukul 6.30 malam. Aku memarkirkan mobil didepan gedung apartemen Adelia. Lalu menghubunginya menyuruhnya segera turun ke Lobby. Aku menunggu Adelia sesekali mengecek hpku apakah ada laporan kerjaan yang masuk.
15 menit menunggu, aku melihat sosok wanita yang dibaluti dress selutut tanpa lengan berwarna putih dengan motif bunga diujung dres itu. Sangat cantik.
Aku menghampiri Adelia, dia tersenyum kearahku. Aku membalas senyumannya. Lalu menggandeng tangannya menuju mobilku.
Selama perjalanan menuju rumahku. Adelia terlihat gugup. Aku menggenggam tangannya berusaha menenangkannya. Kami sudah cukup saling mengetahui satu sama lain. Adelia merikku, aku tersenyum kearahnya "Jangan gugup.. kita harus bertingkah seolah kita pacaran," aku
mengingatkannya."Kita harus terlihat seolah kita saling… mencintai." Sangat sulit mengucapkan kata terakhir. Aku tak benar-benar tak mengerti dengan perasaanku..
Sialan, aku tak bisa memikirkannya, atau aku akan meledak.
"Aku bisa melakukan itu," Adelia menjawab dengan enteng.Semua menjadi jelas sekarang. Aku memang bodoh berharap Adelia memiliki perasaan yang lain kepadaku "Aku akan
memegang tanganmu dan melingkarkan tanganku di tubuhmu. Memelukmu.""Bukan masalah besar. Kita pernah melalukannya bukan?" Dia mengangkat bahunya.
"Aku mungkin akan menciummu juga jika memungkinkan bahkan didepan Ayah"
Dia terang-terangan memandangku, tatapannya jatuh di bibirku. Apakah dia sedang membayangkan menciumku? "Aku pikir itu bukan sesuatu yang sulit. Bahkan itu juga pernah kita lakukan sebelumnya."
Dasar bodoh. Kenapa kau selalu mengeluarkan pernyataan yang sangat tak masuk akal Adam. Kau telah bersama Adelia sebulan lebih bahkan kalian telah melakukan semua itu kecuali sex. Apa yang kau harapkan? Kau berharap Adelia akan menganggap hubungan kalian serius? Tentu ini hanyalah kepura-puraaan. Aku terus menggerutu dalam diriku. Hatiku memanas seketika. "Sepertinya kau sudah siap." Aku terdengar lebih percaya diri. Mengabaikan jantungku yang berdetak sangat hebat saat ini.
Suasana dalam mobil kembali hening. Aku mengendarai mobilku menuruni jalanan berliku, rumah itu
mulai terlihat, dengan setiap jendela menyala terang. Ada begitu banyak jendela, rumah itu luar biasa besar, dan membuat kesan yang luar biasa.Kekhawatiran membantingku dan ketegangan juga jelas-jelas menyelimuti Adelia. Kenyataan
menamparnya, ku duga. Aku juga mengalaminya. Bahwa aku akan ke rumah itu dan menghadapi Ayahku. Benar-benar dramatis tapi sialan. Itu adalah kenyataannya."Rumahmu bagus sekali," dia bergumam.
"Ya." Aku menghembuskan nafas kasar lalu menggenggam tangannya.
"Dan rumahmu tepat berada di pinggir laut." Adelia terdengar sayu.
"Aku suka lautan. Aku jarang pergi ke laut."
"Ada tangga di bagian belakang teras kami yang akan membawamu langsung ke pantai." Kataku mencoba memberinya sesuatu yang bisa
dikerjakannya nanti.Senyumnya yang selintas entah bagaimana membuatku melayang dan ikut tersenyum juga. Aku hanya
membodohi diri sendiri, berpikir Adelia akan membuatnya mudah.Kehadirannya mungkin akan sedikit mengurangi stress yang
kurasakan, mengurangi kekhawatiranku pada Ayah dan keraguan serta ketakutanku perasaanku padanya.Hal ini hanya akan menyakitiku ketika semua berakhir nanti. Aku bisa merasakannya.
Aku merasa telapak tangan Adelia berkeringat "Kau baik-baik saja?" suaraku memecah keheningan dan penuh dengan perhatian.
"Jangan terlalu gugup"
"Aku baik-baik saja," dia menjawabnya sembari menghela nafas, mencoba menguatkan dirinya.
Aku memarkir mobilku lebih dekat ke garasi yang tertutup dan mematikan mesin, membiarkan keheningan menyelimutiku sejenak.
Aku bahkan bisa mendengar nafas Adelia yang lembut, bunyi lembut mesin dan wangi parfumnya, samponya, apapun itu memenuhi udara. Cerah, manis, seperti wangi vanila atau cokelat, aku tak
yakin, tapi itu membuatku mabuk dan seketika hatiku merasa tenang."Dengar. Kau harus terlihat ssperti pasanganku yang sebenarnya Adel. Jangan gugup dan santai saja" Aku menempatkan tanganku di tangannya yang berada diatas pahanya. Dia mencoba menepiskan peganganku tapi aku tak bergeming dan berusaha menenangkannya.
Dia mengangguk, aku menelan dengan susah payah, mencoba
mengucapkan kata-kata tapi tak ada yang keluar.Aku menatap wajahnya. "Ayo" dia mengalihkan pandangannya kearahku. Dia tersenyum dan
senyumnya menenangkan hatiku ketika aku melihatnya."Ayo" Katanya.
"Hanya..jangan lupa untuk bernafas, OK?"
Dia tertawa kecil. Hey ketawanya sangat manis.. "Serahkan padaku"
"Okey" Aku mengangguk lalu segera turun dari mobil kemudian berlari membukakan pintu untuk Adelia.
Aku meraih tangan Adelia, menempatkan lenganku di pinggulnya posesif.
"Dengar. White adalah kodenya."
"Kode?" "Ya. Contohnya, ayahku menjadi menyebalkan, bertanya tentang apa yang ingin kau lakukan dalam hidupmu, dan kau tak tahu harus menjawab, kau harus menjawabnya White"
-------
Happy Reading.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adelia's Love Story
RomancePerjalanan kehidupan Adelia Watson seorang wanita yang berparas cantik dan sexy. Petualangan kehidupan manis dan pahit yang dirasakannya untuk menemukan cinta dan kebahagiaanya dan memasuki kehidupan seseorang yang masih belum melupakan masa lalu. ~...