26

5.4K 169 2
                                    

Happy Reading

****

Aku segera berhenti ketika aku melihat ibuku duduk di sofa,
matanya memerah karena lelah mungkin. Tubuhnya yang mulai kurus dan rambutnya yang kini sudah berwarna putih walau tak semuanya. Eric berdiri di belakang sofa, menatapku yang berdiri dihadapannya.

"Ibuu.. Aku merindukanmu" Aku segera berlari memeluknya. Mensejajarkan tinggiku karena ibuku duduk dikursi.

"Ibu juga merindukanmu sayang" Balasnya memelukku.

Aku merasakan mataku memanas saat ibuku mulai mengusap punggungku dengan telapak tangannya. Rasanya begitu hangat dan nyaman. Aku merindukannya, aku hanya ingin memeluknya. Aku sangat lelah dengan semua ini.

"Kamu menangis sayang? Apa yang terjadi padamu? Kamu dari mana saja hm? "

Aku melepas pelukan ibuku. Menatap Eric yang berada dibelakang Ibuku lalu kemudian menatap wajah ibuku. Aku menggeleng "tidak bu.. Hanya saja Adel sangat merindukanmu" Kataku. Aku tak ingin menceritakan keibuku apa yang terjadi padaku. Aku tak ingin menceritakan padanya tentang Adam. Aku tak ingin membuatnya khawatir.

Aku berdiri kemudian memeluk Eric. "Aku merindukanmu Eric" dan seketika air mataku mengalir kembali.

"Kau sangat cengeng Dell.. Aku juga merindukanmu sugar"

Aku tersenyum kearahnya dan memeluknya erat "menangislah Del.. aku mengerti keadaanmu. Keluarkanlah agar kau merasa lega" katanya berbisik ditelingaku. Aku menangis dibahunya. Memeluk tubuhnya erat. Aku tak peduli jika ibuku mendengar tangisanku dan khawatir denganku. Aku hanya ingin menangis saat ini.

~~

Adam Efron

Setelah aku mengantarkan Adelia ke tempatnya, aku mengitari kota selama satu jam, pergi ketempat yang biasa kukunjungi dan melihat pemandangan yang dapat menghiburku.

Aku mengitari halaman kantor. Sudah seminggu lebih aku tak masuk kerja. Aku mengatakan pada sekretarisku untuk mengurus semua jadwalku seminggu kemudian. Dan kurasa saatnya aku harus bekerja kembali. Kembali kerutinitas lamaku yang fokus hanya dengan bekerja dan bekerja.

Aku mengemudi melalui pusat kota, melewati toko-toko, di sudut kafe dan Starbucks, melambat beberapa saat ketika aku melewati sungai, yang tampak tenang. Mengingat ini bukan jam enam pagi, jadi jalanan masih sangat sepi.

Hujan masih turun terus menerus dan ketika aku menyadari telah mengemudi lebih dari satu jam dengan tidak ada tujuan, aku berakhir di gedung apartemenku. Aku lebih memilih apartemen yang ukurannya dua kali lebih besar
dari Apartemen Adel dan aku hanya memiliki satu kamar.

Aku meninju kemudi, mengabaikan rasa sakit yang ditimbulkan dari buku-buku jariku yang mulai memerah. Membayangkan seberapa pecundangnya diriku yang tak mampu meminta Adel untuk tinggal denganku membuatku
meninju roda kemudi lagi, tinjuku berdenyut pada pukulan yang ketiga dan darah keluar.

Tapi rasa sakitnya tidak sebanding dengan rasa sakit yang kurasakan dihatiku. Hidupku terlihat mudah, sangat mudah. Segala sesuatu yang aku inginkan akan diberikan kepadaku dengan piring perak. Aku anak orang kaya yang hidup dengan dimanja dikehidupanku. Membual untuk bisa menjadi temanku, tinggal diapartemen yang besar, bertingkah sangat arrongan dan cuek dengan kasar pada semua gadis.

Duniaku…adalah dunia omong kosong. Aku melajukan mobil menuju jalan pulang tanpa mengatakan apapun. Begitupun Adelia. Aku merasa seperti sampah ketika bersikap seperti itu padanya, apa yang bisa kulakukan? Mintanya tetap bersamaku, membuatnya bahagia dan faktanya aku sangat menyakitinya?

Tidak bisa mengendalikan pikiranku lebih lama lagi, aku
menghubungi Ayahku ketika aku masih berada di dalam mobil di area parkir, hujan masih tetap deras.

"Adamm." Ayah menjawab pada dering kedua, dan suaranya
terdengar sangat lirih.

"Katakan apa yang dibilang Kaylie bohong" Kata itu keluar begitu saja dan aku memejamkan mataku, menunggu—jawabannya.
Dia diam sejenak. Aku bisa mendengar suara Ibu yang pelan berbicara padanya.

"Dengarkan ayah Adam.."
Aku menghela napas berat, perutku seperti akan keluar dengan sendirinya. Jantungku berdetak sangat kencang. "Ayah berteman dengan Ayah Kaylie. Kaylie sangat menginginkanmu tapi Ayah tau kau akan menolak jika Ayah kamu jodohkan dengannya." aku mendengar Ayah menarik nafas sebelum melanjutkan ucapannya "Karena kau menolak dan mengatakan sudah memiliki kekasih Ayah sangat bersyukur. Makanya Ayah memintamu membawa kekasihmu kemari. Ayah sudah menjelaskan ke Kaylie dan Ayahnya bahwa kau menolak perjodohan ini karena kau punya pilihan sendiri. Awalnya mereka menerimanya. Lalu seminggu sebelum kau kesini membawa Adelia, Rans--ayahnya Kaylie menghianati ayah. Dia berhasil menghack data rahasia perusahaan kita. Rans mengancam ayah jika kau harus menerima perjodohan itu. Kalau tidak mereka akan membocorkannya. Dan kau tau apa yang akan terjadi selanjutnya jika data itu dibocorkan" Ayahku menjelaskan panjang lebih.

"Aku harus bagaimana Ayah.. tolong aku.. aku tak ingin bersamanya. Aku ingin bersama Adel yah.. aku mencintainya" suaraku bergetar dan kini air mataku mulai mengalir. Aku sangat rapuh, sangat tak berdaya. Aku berharap Adel ada disini, memelukku dan menguatkanku dan berkata aku takkan pergi Dam.. aku akan selalu bersamamu.. Rasanya sungguh sakit.

"Ayah tau itu nak. Ibu dan Ayah melihat dari tatapan matamu saat melihat Adelia. Tersirat ketulusan dan cinta. Ayah akan memperbaiki semuanya. Sekarang kau jangan khawatir tentang ucapan Kaylie. Mereka takkan bisa menghancurkan kita."

"Aku mencintai Adel yah.. aku hanya ingin bersama Adel.." kataku lirih.

"Dam.. dengarkan Ibu nak" kali ini ibuku yang berbicara. Kurasa ayah menangis karena aku dapat mendengar suara isakan.

"Ayah dan ibu berjanji akan memperbaiki semuanya. Kau jelas akan selalu bersama Adelia. Tidak akan ada yang bisa pisahkan kalian. Ibu dan Ayah ingin kau bahagia dengan pilihanmu nak. Ibu senang karena kau memilih perempuan seperti Adelia."

"Tapi bu.. semua sudah terlambat. Aku memintanya pergi. Aku tak ingin menyakitinya." Kataku semakin terisak. Katakanlah aku lemah. Yah aku akan mengakuinya. Aku memang lemah saat ini. Aku tidak tau harus berbuat apa. Kepala dan Hatiku dipenuhi rasa sakit dan sebentar lagi akan meledak. Ini semua karena nenek sihir Kaylie itu. Aku sungguh membencinya.

"Kembalilah pada Adelia nak. Jangan pikirkan soal perusahaan saat ini. Ayahmu akan mengurus semuanya dan mengembalikan keadaan seperti semula dan kau berbahagialah dengan Adelia. Ibu dan ayah hanya ingin kau bahagia nak. Maafkan kami yang hanya membuatmu tersiksa." Suara ibuku mulai bergetar seakan dia menahan tangisnya yang sebentar lagi akan pecah.

Aku menggeleng seakan ibu dapat melihatku melakukannya "Tidak Bu.. tidak.. aku bersyukur mempunyai orangtua seperti kalian yang mengerti keadaanku dan mengerti kebahagiaanku. Aku sangat bersyukur dan bahagia karena kalianlah yang jadi orangtuaku." Aku berusaha setegar mungkin.

"Ibu berjanji nak. Semua akan baik-baik saja.."

"Terimakasih Bu.. aku akan mengunjungi kalian dengan membawa Adelia lagi. Aku menyayangi kalian. Katakan pada Ayah pria tak boleh nangis" Kataku dengan sedikit tertawa kecil berusaha menghibur Ibuku disana padahal aku pun tak mampu menahan tangisku.

Aku mendengar ibu terkekeh kemudian menyampaikannya pada ayah. "Ibu dan Ayah juga menyayangimu nak. Segeralah membawa Adelia kembali kesini"
"Baik bu.. love you"

"Hati-hati sayang" Dengan itu, ibu langsung memutuskan sambungan telfon. Aku bernafas lega. Aku berharap semua semua akan baik-baik saja dan kembali seperti semula.

Aku takkan melepaskanmu Adel. Kau hanya milikku. Batinku

------------------

Makin gaje. Arrrrgh..

Jangan lupa Vomment..

Xxo..

Adelia's Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang