30.

6K 195 3
                                    

Happy Reading♡♡

**

Adelia masih merasakan debar akibat emosi meluap-luap yang dialaminya di coffeshop tadi pagi. Cewek itu terus melampiaskan perasaannya dengan terus menangis. Bella memberikan tissu kepada sahabatnya itu. Adelia meraih tissu pemberian Bella kemudian menghapus jejak basah yang sudah merusak make-up nya.
Sejak pertemuannya dengan Adam, cewek itu menyayangkan betapa lemahnya perasaannya terhadap orang itu sehingga dengan mudahnya kembali menangis hanya karena ucapannya yang begitu saja. Suara hati Adelia menyela, kata-kata yang diucapkan Adam menunjukkan kesungguhan.

"Lo baik-baik aja kan Adel?"

"Iya" dustanya. Suaranya terdengar sangat serak.

"Adel?" Bella berinisiatif memeluk tubuh sahabatnya itu mencoba menenangkannya. Bukannya malah berhenti, cewek itu malah menangis makin kencang. Bella ngga berkomentar apa-apa. Ia terus mengusap punggung Adelia dengan lembut. Setelah dirasakannya tubuh Adelia yang mulai tenang, Bella melepaskan pelukannya dan memberikannya tissu lagi. Adelia menarik tissu itu dan digunakannya untuk membuang ingus. Bella menatap jijik ke arahnya.

"Udah merasa baikan?" Tanya Bella ketika Adelia membuang tissu bekasnya dengan kasar ditempat sampah.

"Gue benar-benar nggak habis pikir dengan perasaan gue sendiri," ucapnya jujur dari hati. "Gue udah berusaha lupain dia. Udah lama dia ninggalin gue. Tapi kenapa masih bisa membuat perasaan gue kacaubalau seperti ini?"

Bella tak merespon. Ia terus mendengar ucapan Adelia. "Semua bermula karena perjanjian bodoh itu. Dimana logikanya ini hah?" Suaranya meninggi.

Setelah dirasanya Adelia sedikit tenang, Bella berkata "mungkin sebenarnya lo masih cinta sama Adam"

Adelia menyandarkan tubuhnya disofa sembari mengecek debar jantungnya yang semakin cepat. Adelia sangat mengakui ucapan Bella. Dirinya cuma berusaha untuk melupakan sosok Adam. Namun semakin ia berusaha melupakannya semakin kuat sosok itu terus mengganggu pikirannya.

"Mungkin alasan sebenarnya lo enggak bisa melupakan dia dari hati lo karena memang disitulah seharusnya dia berada" Ucap Bella hati hati.

"Adel, nggak perlu dijelaskan lagi kan. Gue tidur dengan banyak orang. Tanpa ikatan, tanpa perasaan sama sekali. Jadi, lo pasti bisa membayangkan gimana nggak pedenya gue waktu jatuh cinta sama orang sebaik Eric--sepupu lo."

"...."

"Eric bilang, dia mencintai gue--bukan masalalu gue" Bella tersenyum mengingat perjuangan Eric yang berusaha meyakinkan Bella karena merasa dirinya sangat tak pantas mendapat orang sebaik Eric. Namun lagi-lagi Bella luluh dan akhirnya meninggalkan kehidupan kelamnya itu dulu lalu mencintai Eric--sepupu Adelia.

"Lucky you!" Seru Adelia. Dirinya ikut senang karena sahabatnya mendapat sosok yang pas. Dan dia sangat mendukung itu. Adelia percaya Eric mampu membahagiakan Bella. Dia sungguh menyayangi kedua manusia itu.

"Dia memang salah, Adel. Kita berdua tau itu. Tapi disisi lain, dia juga sangat mencintai lo. Dan gue sangat yakin itu dia punya alasan kenapa ninggalin lo waktu itu. Tapi gue yakin apapun alasan dia itu dia sangat mencintai lo. Dan kalau itu ngga cukup untuk memberi dia kesempatan kedua, gue ngga tahu lagi harus ngomong apa"

"Kalau dia ngulang kesalahan yang sama lagi, gimana?"

Bukannya menjawab. Bella malah balik bertanya "kalau nggak, gimana?"

"....."

"Atau daripada lo terusan begini, mending lo coba tanyakan sendiri kedia alasan kenapa dia ninggalin lo waktu itu. Dari situ, sepenuhnya keputusan ada ditangan lo. Dia memang brengsek tapi dia pantas dapat kesempatan kedua. Atau da-dah aja."

Good idea.

***

Adelia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Cewek itu bahkan hampir menabrak pengemudi lainnya. Di kepalanya hanya satu, sampai di kantor Adam secepat mungkin.

Begitu sampai disebuah gedung yang menjulang tinggi dan besar tersebut. Cewek itu langsung turun dan segera masuk menuju ruangan Adam. Saat sampai dilantai letak ruangan Adam, cewek itu nggak mau membuang banyak waktu dengan bertanya kepada sekretaris Adam dan langsung membuka pintu. Saat pintu itu berhasil dibukanya, cowok yang sedang duduk dikursi kebesarannya itu tampak kaget menemukan Adelia ada didepan pintu ruangannya dan sekretarisnya yang berada dibelakang Adelia.

"Adelia?"

"Maaf pak. Saya sudah berusaha menahannya tadi"

"Its oke Ruri. Kamu kembali keruangan kamu"

"Baik pak".

Adam memperhatikan penampilan Adelia yang kelihatan berantakan sekali. Helai-helai rambutnya mencuat keluar dari ikatannya, keringat membasahi kening, leher dan dadanya. Shit she very hot.

"Kedatangan kamu pagi ini benar-benar mengubah segalanya." Adelia terus menatap kearah Adam dan berjalan perlahan. "aku butuh menanyakan ini dan membuat semuanya jadi benar-benar jelas.."

Adam tampak bingung, kemudian dia mengangguk saja. "Ask me anything"

"Aku sayang sama kamu" sesaat Adelia merasakan jantungnya kembali berdebar hebat. " TAPI, masalah kemarin bikin aku sangat meragukan kesungguhan kamu. Makanya aku mau kamu menjelaskan alasan kenapa kamu meninggalkanku malam itu dan kenapa aku harus menerimamu?"

Adam tak langsung menjawab "aku bisa menjelaskan alasanku ninggalin kamu malam itu dan aku malah bisa ngasih kamu alasan kenapa kamu ngga usah menerimaku lagi"

Adelia tampak kebingungan. Adam melanjutkan kalimatnya "aku meninggalkanmu malam itu karena aku ingin segera menyelesaikan masalahku tanpa melibatkanmu. Aku tidak ingin membuatmu terluka jika kau terus berada didekatku saat itu. Aku berusaha untuk menyelesaikan masalah perjodohan bodoh itu dengan Kaylie dan menyelesaikan masalah pada diriku sendiri" Dengan suara yang melembut, Adam melanjutkan perkataannya "Dan alasan kenapa kamu ngga usah menerimaku lagi, karena satu, aku membuatmu kecewa. Dua, aku meninggalkanmu begitu saja. Tiga, aku membuatmu menangis. Laki-laki sejati tak seharusnya membuat pasangannya mengalami semua itu."

"...."

"Tapi aku juga punya alasan kenapa kamu harus mempertimbangkanku lagi dan memulai semua dari awal bukan dengan status pacar bohongan, tapi menjadikanmu milikku dan aku aku milikmu." Adam berusaha menenangkan detak jantungnya yang semakin keras.

"Satu, Aku mencintai kamu dan hanya kamu. Dua, aku yakin bisa mencintai dan membahagiakan kamu melebihi siapapun. Tiga, aku mencintai dan sangat mencintaimu dan kehidupanku paling sempurna ketika bersamamu saja. Selain kamu, ngga akan ada yang bisa."

Adelia meleleh mendengar ucapan Adam barusan. Tapi seketika sesuatu mengganggu pikirannya "Gimana dengan perjodohanmu dengan Kaylie?"

Adam tak mengatakan apa-apa. Dia meraih tangan Adelia kemudian menggenggamnya lembut. Dia mengecup punggung tangan Adelia lalu tersenyum menatap wajahnya.

"Semua sudah berakhir. Semua ancaman dan permain Kaylie sudah berakhir. Sekarang hanya Aku dan kamu"

Adelia masih bungkam.

"Aku bersungguh-sungguh tentang memulai segalanya dari awal. Aku ingin hidup bersama kamu"

Adam memeluk tubuh mungil Adelia. Dia tak ingin membiarkan cewek itu pergi. Adelia juga tak ada niatan untuk melepaskan diri. Dia benar-benar luluh oleh Adam. Adelia merasakan nafas hangat Adam terasa di dekat telinganya dan bisikan "jadi bagaimana?" Ujarnya lirih.

"A...a..akuu--"

Adam melepaskan pelukannya kemudian membungkam mulut Adel yang belum menyelesaikan omongannya dengan bibirnya. Memberikannya ciuman yang sudah lama dia rindukan. Ciuman yang melumat bibirnya dan membuatnya gila karena sensasi yang ditimbulkannya.

"Sekarang sudah yakin?"

Adelia merasa dirinya melayang. Pusing karena ciuman barusan dan seketika dirasakannya kupu-kupu yang berterbangan bebas diperutnya saat Adam memberikannya kecupan lagi...lagi... dan lagi.

------------

Whoaa akhirnyaa mendekati tamat. Tinggal 1 part lagi deh.

Jangan lupa Vomment..

Xxo..

Adelia's Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang