15

8.2K 229 0
                                    

Warning!!

~~

Adam Watson

Aku tak bisa menyetir kembali ke pavilliun dengan cukup cepat. Lalu lintas kacau balau, dengan hujan dan jalanan yang licin. Aku harus hati-hati, berkali-kali aku mendapati ban belakang mobilku selip di aspal ketika aku membelok di tikungan, dan aku
menurunkan kecepatanku.

Berusaha dengan sekuat tenaga untuk bersabar. Tapi, dengan keadaan Adelia yang basah dan seksi duduk di bangku penumpang, tampak cukup lezat untuk dilahap, bersabar sangatlah sulit dilakukan.

Sesampainya kami di rumah, aku keluar dari mobil dan membukakan pintu mobil untuknya. Hujan benar-benar telah berkurang, walaupun
gerimis masih tersisa dan aku tak yakin ada orang di rumah.

Aku begitu bersemangat mengajak Adelia masuk ke rumah, aku tak bisa benar-benar menatap lurus.

Dia terkikik ketika aku memapahnya ke dalam paviliun dan menutup pintu serta menguncinya dengan suara yang memberiku kepuasan penuh. Tak ada seorangpun yang akan mengganggu kami. Aku tak akan membiarkannya. Aku harus membuat Adelia telanjang. HARUS

Tak ada pilihan lain.

Aku menekannya ke dinding di samping pintu depan dan
menjepitkan tanganku di rambutnya, menciumnya hingga kami berdua menjadi gila karena gairah. Pinggul kami menempel, saling mendorong satu sama lain, dan pakaiannya yang basah membuatku gila maka aku meraih tepian bajunya dan dengan perlahan mencoba
melepasnya.

"Kau mencoba melucuti pakaianku?" dia menggodaku, aku suka suara tawanya, penuh dengan kasih sayang dan aku mengangguk, tak ingin mengatakan apapun karena aku takut akan mengacaukan
segalanya.

Dia mendorong dadaku hingga aku tak punya pilihan lain selain mundur, dan memandangnya sambil menahan nafas ketika dia meraih bajunya dan dengan perlahan mengangkatnya ke atas..ke atas lagi hingga dia melepasnya dari kepalanya dan dengan jemarinya membuangnya ke lantai. Dia berdiri di hadapanku dengan bra berwarna pink pucat dengan renda hitam, payudaranya memenuhi bra itu dan sialan, aku ingin melepaskan bra itu jadi aku bisa menyentuhnya.

Matanya bersinar mengundangku lagi jadi aku mendekat dengan senang hati, menikmati bibirnya, tanganku mengelus sisi tubuhnya.
Tanganku semakin dekat dengan bra yang menutupi putingnya, dan di sanalah aku, menggenggamnya, mengelus kain branya dengan jempolku, dan dia mengerang pelan sebagai balasannya.

Aku mendengarnya membisikkan namaku ketika aku mencium lehernya dan dia bergetar di bawah ciumanku. Aku meninggalkan bekas ciumanku di kulitnya, menikmati aromanya, caranya meleleh dalam pelukanku dan tanganku mencari-cari di balik punggungnya, meraba-raba kaitan branya hingga akhirnya branya terlepas dengan mudah.

Tanganku gemetar karena tegang dan aku mundur selangkah darinya, mengusap lembut rambutnya, pipinya. Kami saling memandang, aku melihat bagaimana tali branya jatuh dengan pelan, menunjukkan tubuhnya kepadaku untuk pertama kali.

Nafas berhenti di tenggorokanku dan yang bisa kulakukan hanya
memandangnya. Dia benar-benar cantik, dengan puting merah muda terindah yang pernah ku lihat, dan aku menyentuhnya di sana, jempolku menyentuh salah satu puting membentuk lingkaran,
kemudian ke puting yang lainnya.

Dia mendesis sembari menutup matanya, tangannya berpegangan pada dinding, dadanya melengkung ke depan. Aku bersandar di atasnya dan mencium tulang selangkanya berulang-ulang, kemudian
dadanya, puncak payudaranya dan lembah di antara dua puncaknya. Aku menggodanya, dan menggoda diriku sendiri dan sialan, aku merasa aku akan meledak.

aku menggigit putingnya lembut, dia mencengkram rambutku dengan tangannya, seluruh tubuhnya menegang ketika aku memainkan lidahku memutar dan memutar di kulitnya. Dia terengah-engah, begitupun aku dan aku berharap aku tak memulai hal ini di sini.

Seharusnya aku bisa
menunggu hingga kami berdua tiba di tempat tidur.

"Adam.." bisiknya, suaranya menyebut namaku membuatku berhenti seketika, seolah di siram air es dan sebuah
kenangan seketika menderaku.

"Biarkan aku menyentuhmu Adam, aku tahu kau akan
menyukainya. Akan sangat sempurna di antara kita berdua. Kumohon, Adam. Aku tahu bagaimana memuaskanmu…"

Aku melepaskan diri dari Adelia dan berputar membelakanginya, nafasku terengah. Kepalaku berputar, memori lama tercampur dengan memori baru..

"Adam, ada apa? Apa yang terjadi?" Aku memfokuskan pandanganku pada Adelia, menatapnya ketika dia
mendorong tubuhnya dari dinding dan mendekat padaku, payudaranya memantul-mantul ketika dia melangkah, ekspresi wajahnya penuh dengan perhatian. Aku telah mengacaukannya. Aku membiarkan masa laluku membayangiku kini, sialan, dan mungkin juga seluruh masa depanku dan aku penuh dengan amarah yang tak bisa kujelaskan.
Ini tak seharusnya terjadi, tidak seperti ini, dan tidak hari ini. Aku menggoyangkan kepalaku, tak bisa mengatakan apa-apa, lidahku terasa kaku.

Dia menjangkauku, tangannya menyentuhku dan aku menarik
tanganku dari pegangannya, rasanya seperti dia baru saja
membakarku. "Adam..." Suaranya berubah menjadi keras, membawaku kembali ke masa laluku dan aku kembali
menggoyangkan kepalaku, mencoba untuk berhenti memikirkan hal menjijikan itu, tapi tak berhasil.

"Jangan menutup dirimu terhadapku, Adam. Jangan melarikan diri seperti ini. Beritahu aku apa masalahnya." Dia memohon padaku.. dan aku bersumpah melihat air mata mengalir di pipinya, tapi aku
tak bisa menceritakan kepadanya apa yang terjadi.

"Aku—aku tak bisa melakukan ini." Tanpa menunggu jawabannya aku berbalik dan kabur ke kamarku, menutup pintu kemudian menguncinya. Aku begitu menginginkannya bersamaku sama seperti halnya aku ingin dia menjauh, sangat jauh.

Aku penuh dengan kontradiksi dan aku tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan dengan hidupku. Mungkin memang akan lebih baik jika aku tetap sendiri.
Aku tak bisa terus hidup seperti ini, membiarkan kenangan—wanita itu
mengendalikanku lagi, seperti yang dilakukannya dulu. Aku butuh bantuan. Aku seperti ronsokan dan aku butuh seseorang menyelamatkanku sebelum terlambat.

Ketakutan berdesir di punggungku ketika aku menanggalkan pakaianku, meninggalkan tumpukan basah di lantai. Aku mengabaikan ereksiku yang menegang penuh amarah. Aku benar-benar keras, kemaluanku rasanya sangat sakit, tapi aku tak akan
menyentuh diriku sendiri, tak peduli betapa aku akan sangat lega ketika aku selesai.

Seharusnya aku bersama Adelia saat ini, bukannya tenggelam dalam kenangan keparat itu.
Dia masih menggedor pintu, memintaku mengijinkannya masuk.

Aku berbalik dan menatap pintu yang tertutup, jantungku berdegup sangat keras dan suaranya memenuhi kepalaku, hingga aku tak bisa mendengarkan hal lainnya. Aku bernafas begitu cepat, seolah aku baru saja berlari sejauh seratus mil tanpa henti dan kemaluanku
sangat keras, hingga kupikir aku akan meledak.

Aku panas, seperti sedang demam. Kepalaku berputar.

Sialan.

-----------

Hohoho

Jangan lupa vommentnya guys..

Xx.

Adelia's Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang