[03] Bukan Catur & Azmi

142 26 0
                                    

***

Teruntuk Kamu Penikmat Biskuit Oreo, yang sedang Bingung Mencari Saya

Kamu tidak perlu tahu siapa saya. Tapi saya akan memberikan sedikit informasi tentang diri saya kepada kamu --walaupun kamu sudah tahu itu, saya hanya mempertegas.

Sebetulnya, saya sudah menebak jika kamu memang akan mencari-cari data diri saya. Dan saya juga tahu betul, kamu itu cerdas.

Kamu memang cerdas, kamu tepat menebak saya jika saya adalah teman sekelas kamu.

Tidak, jangan berpikir jika saya adalah Catur dan Azmi.

Bukan, saya bukan mereka.

Dari saya, yang kamu cari data dirinya.

Lagi-lagi, Rivalda menemukan surat semacam ini tertempel manis pada bagian atas bungkusan Oreo.

Ya, dia hitung sudah 3x ia mendapatkan Oreo yang belum ia ketahui siapa orangnya.

Dia hanya menyebutkan kalau dia adalah teman sekelasnya, selain Catur dan Azmi.

Surat yang selalu dari hasil ketikan mempersulitnya untuk mengetahui identitas pengirimnya.

Sudahlah, tak mau ambil pusing Rivalda (mungkin) tidak akan pernah mencari-cari identitas pengirimnya.

Ia sudah kapok, menjatuhkan harga dirinya di depan Catur dan Azmi.

Rivalda mengambil hikmah dari semuanya, ia bersyukur bisa mendapatkan Oreo secara cuma-cuma dari seseorang dan bisa menghemat pengeluarannya.

***

Seperti biasa, hari Rabu sepulang sekolah Rivalda dan Farika tidak pulang awal.

Mereka berdua diam-diam selalu mengintip anak-anak yang tergabung dalam ekstrakurikuler karate latihan terlebih dahulu.

Rivalda melihat Devan, dan Farika melihat Haikal.

Memang betul, Rivalda dan Farika bukan siapa-siapa.

Mereka berdua tidak secara khusus memiliki hubungan spesial dengan Devan dan Haikal.Ah, bahkan saling mengenal pun tidak.


"Rik!" pekik Rivalda tiba-tiba

"hmm"

"Lihat Devan!" Rivalda heboh, persetan dengan posisi mereka.

Tanpa banyak bertanya, Farika mengikuti intruksi yang disampaikan Rivalda.

"Ada apa dengan Devan?" Farika bertanya, karena ia tidak menemukan keanehan apapun dari Devan sehingga ia harus melihatnya. Yang ia dapati dari ekor matanya adalah Devan yang disuruh pelatih karate-nya memperlihatkan salah satu jurus.

"Ganteng ya."

"Ck, gantengan juga Haikal." Farika tak terima.

"Gak. Pokoknya gantengan Devan."

"Serah lo."

***

Setelah puas memperhatikan Devan, Rivalda memilih untuk pulang.

Sementara Farika, ia masih berada di sekolah menunggu jemputan.

Karena jarak rumah Rivalda dengan sekolah tidak terlampau jauh, acap kali dia berjalan kaki untuk berangkat dan pulang sekolah.

Seperti saat ini.

Sembari berjalan, pikirannya sudah berlarian kemana-kemana.

Mulai dari pelajaran di sekolah, Devan, hingga pada si Secret Admirer nya yang tiap hari mengirimkan Oreo kesukaannya disertai sepucuk surat.

Lamunannya buyar seketika. Jantungnya seperti berhenti berdetak untuk beberapa saat. Setelah ia melihat sebuah motor yang menyalipnya.

Dia tahu betul siapa pengendara motor tersebut.

Devan.Devan Mahendra Putra. Sang OSIS ganteng yang kebetulan juga mengikuti ekstrakurikuler Karate.

Eh, tapi siapa orang yang dibonceng Devan?

Ya, memang betul Devan tidak sendiri di atas motornya. Ada seorang gadis di belakangnya.

Sepertinya ia pernah tahu gadis itu.

Shasya.

Mungkinkah dia?

Dari penglihatannya, sepertinya memang benar gadis itu adalah Shasya.

Ia tahu namanya dari Rendra.

Rendra memang selalu update dan serba tahu kalau sudah menyangkut kelas X MIPA-2 --Kelas Elvia--.

Kalau tidak salah pun Shasya adalah sahabat dekat Elvia.

Tekadnya sudah bulat, besok ia akam mengintrograsi Rendra terkait dengan Shasya yang dibonceng Devan.

Mungkinkah?

Ah, semoga saja tidak.

Belum juga tahu segalanya, hanya tahu Devan membonceng Shasya saja hatinya sudah tak karuan.

Sakit.

***

[oreo & sepucuk surat]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang