***
Teruntuk kamu penikmat biskuit oreo, yang hampir tau saya.
Tenang, sebentar lagi saya akan menampakkan diri saya. Tidak akan berat kok. Tunggu saja.
Dari saya, penikmat senyum kamu bukan Dilan.
Di hari Senin yang cerah ini, Rivalda lagi dan lagi menemukan sebingkis oreo dengan sepucuk surat di dalam kolong mejanya.
Setelah Jum'at yang lalu Rivalda bertemu dengan teman-temannya di rumah Irsyad, Rivalda sama sekali belum mendapat informasi lebih lanjut tentang alasan mereka disana. Sabtu dan Minggunya libur, di sisi lain sahabatnya, Farika tidak mau menjelaskan apa-apa. Ia hanya menjawab sama seperti saat ditanya Rivalda di rumah Irsyad.
Tapi, Rivalda jelas tidak sepenuhnya percaya dengan Farika.
Rivalda menghela napas gusar, memikirkan si secret admirernya ini menguras banyak tenaga.
Gadis itu lebih memilih membuka buku biologinya saat ini. Oh, tidak lupa juga sembari mengemil oreo yang selalu ia dapatkan secara percuma akhir-akhir ini.
Di tengah keasyikannya berkelana dengan dunia fungi, gadis berinisial huruf ke-18 itu dikejutkan dengan kedatangan sahabatnya.
Ya, siapa lagi kalau bukan Farika.
"Oi Neng Rivalda, tumben-tumbenan nih pagi-pagi udah kencan sama biologi. Virusnya Mas Farhan kayaknya udah ngerasukin lo ya." Farika menyapa Rivalda dengan sebegitu kurang ajarnya.
Rivalda menutup buku tebal --berjudul biologi-- itu, kemudian senyumnya terukir begitu saja ketika mendengar ucapan Farika.
Mas Farhan.
"Eh siapa Rik? Mas siapa? Mas Farhan? E ciyeee," goda Rivalda.
"Heh kok lo malah fokus di itunya sih." Farika nampak kesal
"He he, lucu tau kalau lo sama Farhan. Gue dukung 100%."
"Lucu darimananya he, gue lebih milih sama Irsyad yang dinginnya kayak es kutub dibanding Farhan kutu kupret itu," ujar Farika dengan volume suara yang lebih dikecilkan.
Rivalda agak tercengang, tapi ia berusaha semaksimal mungkin untuk bersikap biasa saja.
"Loh kok berpaling ke Irsyad sih, ehm? Naksir dia ya? Ciyeee."
Farika memang tidak menjawab, tapi senyum malu-malu yang tercetak di wajahnya sudah mampu menjawab pertanyaan yang diajukan Rivalda.
Jadi, ini alasan Farika tau banyak tentang Irsyad?
***
Saat jam istirahat, Rivalda lebih memilih berdiam di dalam kelas. Padahal tadi, Farika sudah mengajaknya keluar ke perpustakaan. Tapi, Rivalda menolaknya.
Kini, gadis itu memakan sisa oreo yang tadi pagi belum sempat dia habiskan.
Di sisi lain, pikirannya bergelayut kemana-mana. Entah mengapa, Rivalda jadi kurang stamina hari ini.
"Hei, Alda. Boleh duduk disini nggak?" Suara berat milik seorang laki-laki --yang Rivalda yakini adalah suara seorang Rio Andryos Stevano-- menggema di samping Rivalda.
Rivalda menatap Rio sebentar, lantas mengangguk.
"Da, lo kenapa?" tanya Rio begitu saja saat lelaki itu sudah duduk di tempat Farika --samping Rivalda--.
"Ha? Gue? Gpp Yo."
"Hmm, gue akui gue bukan Dilan si peramal. Tapi, gue lihat lo kayak sedih gitu dari tadi. Dan lo tumbenan gak ngintilin si Farika," cerocos Rio panjang lebar.
"Gu gpp Yo, tenang aja. Justru lo nih yang tumbenan gak nempel Nandito."
"Semoga lo emang gak kenapa-kenapa deh Da. Oh itu si Nandito lagi keluar makanya gue nyamperin lo."
"Oh, gitu," jawab Rivalda sekenanya. Gadis itu lagaknya tengah malas berpikir keras.
"Jangan lupa lusa kita tampil Da. Gue gak nuntut buat kita tampil sempurna, tapi sebisa mungkin kita harus tampil semaksimal mungkin ya he he."
"Siap yo."
Setelah itu, obrolan berlanjut. Rio terus mengobrolkan topik-topik yang hanya terus dibalas seadanya oleh Rivalda.
Rivalda masih terngiang-ngiang dengan ucapan Rio tadi.
gue akui gue bukan Dilan si peramal.
Ini hanya kebetulan atau memang ada hubungannya dengan si secret admirer?
Entahlah, Rivalda semakin pusing memikirkan semua ini.
Biarkan waktu yang akan menjawabnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
[oreo & sepucuk surat]✔️
Teen Fiction↪↩ ️️˜"*°•.˜"*°• About Rivalda with her secret admirer between 8 boys from her classmates. •°*"˜.•°*"˜