***
Bel yang menunjukkan masuknya waktu istirahat sudah berbunyi dari tadi, sebagian besar dari penghuni X MIPA-1 sudah menghambur keluar kelas.
Entah itu ke kantin--walaupun tadi sewaktu jam kosong sebagian sudah ke kantin-- , ataupun hanya sekedar keluar.
Namun, tidak bagi Rivalda. Ia tetap bergeming di tempatnya.
Ia merasa sangat kesepian.
Pun tadi ia menolak untuk kedua kali diajak oleh beberapa teman perempuannya untuk pergi ke kantin.
Karena, ia tadi sudah memakan Oreo dan ia tak mau bila nanti di kantin ia bertemu dengan Devan yang jangan-jangan sedang berduaan dengan Shasya.
Hmm, yasudahlah. Sepertinya Rivalda harus belajar untuk ikhlas.
Ingin menyudahi kesepiannya, Rivalda mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas.
Siapa tahu, ada seseorang yang bisa ia ajak bicara.
Kebetulan atau tidak, yang berada di dalam kelas hanyalah beberapa anak laki-laki--kecuali Rivalda--. Ada Farhan yang berkencan dengan buku Fisikanya, ada Catur yang sibuk dengan gadgetnya. Ada pula Rio yang sedang tidur. Ada Nandito yang juga tertidur di samping Rio. Dan yang terakhir, ada Irsyad yang sedang diam seperti Rivalda.
Memang betul, hanya ada 3 laki-laki yang keluar pada saat jam istirahat berlangsung. Bukan hari ini saja, tapi setiap hari.
Ketiga laki-laki tersebut--entah kebetulan atau tidak-- adalah jajaran laki-laki ganteng di kelas.
Aldo, Rendra, dan Azmi.
Aldo si OSIS ganteng selalu sibuk. Rendra selalu apel ke kelasnya Elvira. Dan Azmi, entahlah apa yang ia lakukan keluar kelas.
Rivalda tahu betul, sebagian besar siswa laki-laki X MIPA-1 adalah tipe orang yang mageran.
Jadi ya, jangan heran kalau sebagian besar mereka lebih memilih di kelas daripada keluar.
Oh ya, sampai lupa. Dari kelima laki-laki yang berada di kelas, Rivalda memilih untuk menghampiri Irsyad.
"Irsyad, boleh duduk disini nggak?" Rivalda menunjuk ke arah kursi di sebelah Irsyad yang masih kosong.
Irsyad hanya menanggapi dengan anggukan.
"Nggak ke kantin, syad?"
"Nggak."
"Kenapa?"
"Males."
"Oh, lha si Azmi kemana? Biasanya juga kalian berdua nempel terus." Memang susah berbicara dengan Irsyad si cuek dan irit bicara ini. Rivalda harus berkali-kali mencoba berbagai macam topik.
"Nggak tau."
Persetan. Rivalda masih mencoba mengajak Irsyad berbicara dengan berbagai macam topik.
Walaupun hanya disahuti dengan satu kata. Maksimal juga dua kata.
***
Azmi tiba-tiba saja datang. Pandangannya langsung tertuju pada Rivalda dan Irsyad.
Tidak. Ia hanya melihat Rivalda secara sekilas.
Terlihat jelas dari sana, Rivalda terus mengoceh sementara Irsyad hanya menanggapi seadanya. Iya, tidak, nggak tau, oke, dan semacamnya.
Tanpa pikir panjang, Azmi langsung menghampiri keduanya.
Sekarang, Azmi duduk di depan Rivalda.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumssalam."
"Eh, Da jangan berduaan sama Irsyad. Ntar dia khilaf kalau deket cewek." Azmi berbicara kepada Rivalda, tetapi pandangannya tertuju pada Irsyad.
"Khilaf?"
"Udah ah, nih Oreo buat lo. Sekarang lo kembali ke tempat asal lo." Azmi menyerahkan sebungkus biskuit Oreo rasa Strawberry kepada Rivalda.
Eh, tunggu? Oreo? Rasa Strawberry pula?
"Oreo Strawberry? Sejak kapan lo suka beli Oreo? Jangan jangan!" Rivalda curiga.
"Nggak, jangan mikir aneh-aneh. Beberapa hari lalu juga udah gue pertegas kan. Ini tuh sebenarnya buat temennya temen gue tadi, tapi karena gue baik jadi ini gue kasih ke lo. Sebagai tanda mempererat Ukhuwah Islamiyah." Ujar Azmi panjang lebar. Tetap, tanpa menatap Rivalda di depannya.
"Alah, bilang buat sogokan aja susah bener Gus Azmi." Rivalda berlalu dengan Oreo di tangannya.
Cepat sekali, Rivalda sepertinya takut ditempeleng Azmi karena sudah menyebutnya Gus Azmi.
Dan, Rivalda tidak begitu peduli lagi dengan Azmi yang tiba-tiba membeli Oreo dan memberikannya--meski hanya sebagai sogokan-- kepada Rivalda.
Sudahlah, Rivalda tidak berniat menggali lebih dalam.
Toh, si Secret Admirer-nya berjanji akan menampakkan dirinya suatu saat nanti
***
KAMU SEDANG MEMBACA
[oreo & sepucuk surat]✔️
Teen Fiction↪↩ ️️˜"*°•.˜"*°• About Rivalda with her secret admirer between 8 boys from her classmates. •°*"˜.•°*"˜