[13] Romance Scene II

110 21 1
                                    

***

Namun, ternyata dugaan Rivalda salah.

Aldo rupanya tidak berjalan ke arahnya, malahan dia melewatinya dan berjalan sampai ke arah tepat bangku belakangnya.

Ternyata oh ternyata, Aldo menghampiri Alya yang entah kebetulan atau tidak duduk di belakang Rivalda.

Lantas, keseluruhan teman-teman penghuni X MIPA 1 yang lain memandangi Aldo dan Alya.

Terkecuali Rivalda. Sudah cukup. Ia kembali merasa hatinya hancur.

Kalau ibarat sebuah kertas, mungkin sekarang hati Rivalda sudah jadi robekan kertas kecil-kecil. Sekecil Archaebacteria dan Eubacteria.

Harusnya Rivalda menuruti omongan Farika dan perintah si Secret Admirer.

Kayu sudah jadi abu. Ya mau bagaimana lagi, sudah terlanjur kan?

Alam bawah sadar Rivalda kembali, pun sekarang ia melihat Aldo dan Alya di muka.

Seruan teman-teman sekelasnya mulai membahana. Diliriknya teman-teman sekelasnya yang lain, ternyata ada segelintir temannya yang tidak peduli.

Ya, sebut saja mereka adalah Raisya, Azmi, Irsyad, Farhan, dan Nandito.

Entahlah, mengapa mereka tidak langsung pergi saja?

Diliriknya kembali Aldo dan Alya. Kini, Aldo berjongkok di hadapan Alya sembari merapal seuntai kata-kata manis --khas cowo lagi nembak cewe--.

"Alya, aku tahu aku bukan yang terbaik. Aku gak sempurna, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah semata. Tapi, izinkan aku buat mengisi hari-hari kamu mulai sekarang. Would you be mine Alya Aquilla Ramdani?" ujar Aldo spontan dengan memegang kedua tangan Alya yang sudah terlihat jelas bergetar.

Kaget, mungkin.

Karena, Aldo tidak terlihat mencoba mendekatinya--Alya--. Namun, secara tiba-tiba Aldo menyatakan rasa kepadanya.

Mungkin Aldo menganut kepercayaan bahwa hal semacam PDKT itu hanya akan membuang-buang waktu saja.

PDKT kalau tidak jadi? Sia-sia. PDKT kalau hanya akan manis di awal? Juga sia-sia.

Seruan kompak dari teman-temannya terdengar ulang, seperti "Terima! Terima! Terima!"

Termasuk Rivalda, ia hanya ikut-ikutan bersuara. Kalau tidak, mungkin rasanya akan aneh.

Rivalda ingin menangis, tapi dalam situasi seperti ini ia terbelenggu.

Rivalda hanya manusia biasa, tak disangka setetes air matanya terjun. Buru-buru ia mengusapnya. Berharap, tiada orang yang melihatnya.

Tapi sepertinya, ada 3 lelaki yang memperhatikannya. Ya sudahlah, hanya mereka saja. Yang lain jangan. Pun juga Farika disampingnya, jangan.

Kembali ke Aldo dan Alya. Si gadis nampak masih menimang-nimang jawaban.

1 detik.

2 detik.

3 detik.

Alya mengangguk. Ya, sebagai jawaban bahwasannya ia setuju. Setuju bilamana Aldo akan menemani hari-harinya mulai sekarang.

Sorakan pun kembali terdengar.

Terlihat jelas, Aldo berusaha memeluk Alya.

Namun, sebuah suara mengurungkan niatnya.

"Stop! Dari tadi gue diem, bukan berarti gue nggak memerhatikan ya! Inget ya Do, belum muhrim! Pacaran boleh-boleh aja, asal jangan kebablasan!" coba tebak suara siapa itu, ah ya sudah jelas suara itu berasal dari Azmi.

"Iya pak ustadz," jawab Aldo nyengir. "maaf tadi mau khilaf, saking senengnya, hehe."

"Asiik dah, selamat ya Al-Al couple, semoga sampai ke pelaminan," celetuk sang ketua kelas, Catur Wangseto Aji.

"Aamiinn" semua teman-teman seisi X MIPA 1 mengamini.

"Kalau gitu PJ nya dong pak bosss," Rendra mengompori.

"Okedeh, besok sekelas gue traktir bakso di kantin! Gaada yang boleh nolak!" ujar Aldo.

"mantab dah," ujar Rio, yang entah mengapa sedari tadi nampak heboh, tak seperti biasanya.

Rivalda tersenyum, yang pasti senyum palsu.

"Udah gue bilang kan, Da. Jangan harapin Aldo, gini kan jadinya!"  Farika membuka suara, yang pasti tidak sampai terdengar orang lain, selain Rivalda.

"Hmm, gue gak papa Rik."

"Jangan bohong!"

"Hmm"

***

Malam harinya, selepas belajar Rivalda mengecek akun Whatsapp & Instagram pribadi miliknya.

Dugaannya benar, pasti dari dua akun miliknya tersebut sudah dibanjiri update story dari teman-temannya saat kejadian tadi.

Mungkin, yang tidak membuat story hanya dia, Farika, Raisya, Azmi, Irsyad, Nandito, dan Farhan.

Lainnya, tentu iya.

Rivalda mendesah. Dibukanya bungkusan biskuit oreo yang dibelinya sore ini. Hmm, moodbooster-nya.

Kecewa lagi, kecewa lagi.

Setelah galau dari Devan, sekarang ia harus galau dari Aldo.

Kalau kata remaja-remaja zaman sekarang, Sakit Tapi Nggak Berdarah.

Hmm, Rivalda jadi kepikiran sesuatu. Mengenai misteri si Secret Admirer-nya itu yang sampai sekarang belum terpecahkan.

Siapa kira-kira? Kalau bukan dari Catur, Azmi, dan Aldo? Lantas, dari siapa?

Untuk Rendra dan Rio, sepertinya bukan. Hmm, jadi apakah dari--antara-- Farhan, Irsyad, dan Nandito?

***

[oreo & sepucuk surat]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang