[24] Complicated

111 21 1
                                    

***

"Tuh, orangnya datang." Nandito menunjuk kedatangan keenam laki-laki yang baru saja datang tersebut.

"Assalamualaikum, Rivalda." Ini suara si ustad kelas, Muhammad Azmi Wijaya.

"Waalaikumsallam."

"Alda ini kita bawa oreo banyak buat lo nih," ujar Rendra.

"Thanks ya, taruh aja di atas nakas."

Rendra --yang bertugas membawa oreo-- menaruhnya di atas nakas sesuai perintah Rivalda.

Kemudian hening.

Entah ada apa dengan mereka bertujuh. Biasanya, selalu ada saja obrolan yang akan mereka lontarkan. Tidak semuanya sih, hanya Aldo atau Catur yang biasanya memulai obrolan. Lalu, orang-orang seperti Rendra, Nandito, atau Azmi akan menimpal.

Berbeda dengan Farhan dan Irsyad yang memang banyak diam.

Rivalda melihat, Nandito sedang berkomunikasi dengan saling memberi kode kepada anak lelaki lain.

Kecuali, Farhan dan Irsyad tentunya.

Ini entah memang si Farhan atau Irsyad yang tidak peka atau memang disengaja.

"Ehm." Catur mulai berdehem.

Rivalda memerhatikan Azmi --di sebelah Catur-- yang sedang berbicara tanpa suara kepada Catur.

"Awas ya kalau sampai aneh-aneh, anaknya diam-diam gampang khilaf!" Kira-kira seperti itulah yang dapat Rivalda tangkap dari gerakan bibir Azmi.

"Tenang pak ustad!" Catur malah membalas dengan suara yang agak nyaring.

Rivalda menarik selimutnya, dan mengulum bibirnya. Sepertinya, gadis ini tengah menunggu kelanjutannya.

"Kayaknya hari ini waktu yang tepat, Rivalda." Suara Narendra Wisnu Pratama kembali menggema.

"Maksudnya?" Rivalda sok bertanya, padahal dia sudah yakin jawabannya.

"Secret admirer lo memang salah satu di antara kita." Kali ini giliran Aldo Muhammad yang berbicara.

Mata Rivalda membelabak. Jadi, mereka semua saling tahu? Atau bahkan, mungkin saling membantu?

"Karena dia terlalu cupu jadi ya kita bantuin. Dan sekarang, kita juga bakal bantu dia menyatakan perasaannya ke lo," ucap Aldo kembali dengan isi ucapan yang bisa dibilang sarkatis.

"Siapa?" tanya Rivalda penuh penasaran.

Entah mengapa, Rivalda mengarahkan pandangannya ke Farhan.

Farhan --yang tengah membenarkan letak kacamatanya-- kontan menggelengkan kepalanya.

"Bukan gue," ujar lelaki berkacamata itu dengan nada tegas.

Lantas, pandangan Rivalda mengarah ke lelaki di samping Farhan.

"Dia kan?" tanya Rivalda memastikan.

"Gue rasa lo udah cukup cerdas untuk menebaknya, Val!" ujar Catur.

Rivalda mengulum bibirnya kembali.

Irsyad mengangkat kepalanya, kemudian pandangannya jatuh ke Rivalda.

Dan, pandangan mereka saling bertemu.

Rivalda tidak bisa berbohong, degup jantungnya tak karuan sekarang.

"Asssala-" Suara seorang perempuan membuat Rivalda melepaskan pandangannya dari Irsyad.

Hal yang serupa dilakukan Irsyad. Lantas pandangan kedelapan orang tersebut kompak menuju sumber suara.

"-mualaikum." Suaranya terdengar lebih rendah dari sebelumnya. Seperti tidak menyangka dengan apa yang telah disaksikannya barusan.

Adegan dimana Rivalda --sahabatnya-- berpandang-pandangan dengan Irsyad --orang yang disukainya--.

Dari uraian singkat di atas, bisa ditarik kesimpulan suara wanita tersebut berasal dari Farika.

"Waalaikumsallam." Tak lupa mereka semua membalas salam Farika.

"Ada apa ini kok rame-rame?" tanya Farika.

"Ck, lo mah datang di waktu yang tidak tepat Far. Padahal Irsyad bentar lagi nembak Rivalda," jawab Catur.

Farika nampak terkejut bukan main.

"Irsyad...... suka sama Rivalda?"

"Iya, Irsyad tuh yang suka ngirimin Rivalda oreo." Nandito yang sedari tadi diam kini menjawab.

Setetes cairan bening jatuh bebas dari mata lentik Farika. Parahnya lagi, bingkisan buah dan oreo di tangannya juga ikut jatuh bebas.

"Gue pulang," putusnya.

"Cepat sembuh Rivalda!" ujar Farika lagi, dengan penuh penekanan. Lalu, gadis itu keluar dari kamar Rivalda begitu saja.

Hal itu membuat Rivalda lekas beranjak dari tempatnya.

Namun ajaibnya, sosok Irsyad dengan cekatan menahannya.

"Jangan!"

"Masih sakit." Akan tetapi, Rivalda menapis tangan Irsyad. Kemudian, ia memandang Irsyad dengan tatapan elang. Rivalda berniat membuka suara, namun suara lain mendahuluinya.

"Han, kejarlah bego!" ujar si ganteng Aldo kepada Farhan yang dari tadi hanya memandang Farika.

"Kok gue?"

"Udah cepet, katanya suka!" Sahabatnya, Catur juga ikut mendesaknya.

"Hm." Farhan pun keluar dari kamar Rivalda.

"Asal lo tau, Farika suka sama lo." Akhirnya Rivalda memiliki kesempatan untuk membuka suara.

Semua orang --selain Rivalda-- terkejut. Tanpa menyebut nama, sudah dapat dipastikan ucapan Rivalda ditujukan kepada Irsyad.

"Rumit nih rumit," celetuk Nandito dan diam-diam Rivalda menyetujuinya.

***

[oreo & sepucuk surat]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang