[02] Analisa Teman Sekelas

165 22 1
                                    

***

"Catur!"

Sang empunya nama menoleh ke belakang--sumber suara--.

"Paan?"

"Lo ya yang ngirimin gue oreo sama surat?" Rivalda memang tipe orang yang to the point.

"Hah? Apaan coba? Gue nggak ngerasa tuh?"

"Masak bukan lo, sih! Ini coba baca!" Rivalda menyerahkan dua surat yang ia dapatkan hari ini dan kemarin.

Raut wajah Catur berubah seketika.

"HAHAHAHAHA." Tak disangka, terdakwa yang dinobatkan Rivalda tersebut malah tertawa terbahak-bahak.

"Nggak mungkin lah gue ngirimin gituan. Inget ya Val, gue udah punya Cindy!" Catur berujar setelah ia berhenti tertawa.

Persetan dengan panggilan Catur kepadanya.

"Loh lha terus siapa?" Sebetulnya Rivalda merasa agak malu sudah menuduh Catur seperti itu, dan bagaimana ia bisa lupa dengan Cindy? Mana mungkin Catur akan berpaling dari Cindy yang memiliki pesona jauh di atas dirinya?

"Entahlah!" Catur mengembalikan dua kertas tersebut kepada Rivalda.

Rivalda semakin dibuat penasaran.

***

Jika bukan Catur, Rivalda masih punya tujuh orang terdakwa lainnya.

Hmm, teman sekelasnya yang berjenis kelamin laki-laki/pria/cowok memang hanya terdapat 8 orang.

1. Farhan Adiyaksa, si kutu buku. Tidak. Tidak mungkin dia tersangkanya. Rivalda tahu betul, daripada berurusan dengan lawan jenis, Farhan akan lebih memilih berkencan dengan buku-bukunya.

2. Aldo Muhammad, si OSIS tampan. Ini lebih tidak mungkin, pesona yang diberikan Aldo bisa menggaet siswi-siswi cantik yang terlampau jauh dari Rivalda. Dan juga si tampan yang 'cerewet' ini tidak pernah akur dengan Rivalda. Jadi, Rivalda rasa bukan Aldo orangnya.

3. Irsyad Al Biruni Zakaria, si cuek. Rivalda juga yakin, bukan Irsyad orangnya. Irsyad yang terkenal dingin dan pendiam tidak akan mungkin mengiriminya Oreo disertai surat-surat alay begitu kan?

4. Nandito Kusuma Ardilah, si aneh. Nandito? Tidak mungkin. Nandito jarang berbicara dengan lawan jenis dan tidak menunjukkan tanda-tanda kalau ia tertarik dengan lawan jenis. Jadi, tidak mungkin.

5. Rio Andryos Stevano, satu-satunya si beda keyakinan di kelas. Tidak mungkin 100% kalau Rio tersangkanya, di surat itu sudah jelas menunjukkan kalau pengirimnya adalah seorang muslim. Dilihat dari surat pertamanya, yang terdapat kata Insya Allah.

6. Narendra Wisnu Pratama, si tampan. Ini juga tidak mungkin, Rivalda tahu betul kalau Rendra masih setia dengan Elvia, teman seangkatan mereka tetapi berbeda kelas. Tepatnya, Elvia berada di kelas X MIPA 2. Hmm, sekelas dengan Devan.

7. Muhammad Azmi Wijaya, si ustadz-nya Kelas. Biasa juga disebut Kloningannya Gus Azmi Askandar, karena selain ia memiliki nama yang sama, ia pun memiliki wajah dan suara yang hampir-hampir mirip Gus Azmi. Ya, walaupun ketampannya masih di bawah Gus Azmi, juga di bawah Aldo dan Rendra. Tapi, Rivalda harus mengakui kalau Azmi ini juga termasuk jajaran orang tampan di kelas.

Eh, tapi tunggu dulu. Alim? Apa mungkin Azmi orangnya? Di surat pertamanya dia menunjukkan sisi kealimannya bukan?

Mungkinkah Azmi? Rivalda beragumen kalau orang alim tidak menutup kemungkinan untuk merasakan indahnya jatuh cinta.

Walupun, ia masih ragu kepada Azmi. Tapi, ia akan mencoba menakannya.

Persetan, hanya karena Oreo Rivalda sepertinya kehilangan urat malunya.

***

"Assalamualaikum Gus Azmi." Rivalda menyapa Azmi yang berada di pojokan.

"Waalaikumussalan, gue Azmi bukan gus Azmi." Layaknya Rivalda yang benci dipanggil Val/Rival, maka Azmi pun benci jika ada yang memanggilnya Gus Azmi. Ia tidak mau disama-samakan dengan Gus Azmi, karena ia rasa jauh berbeda dengan Gus Azmi. Ya, walaupun opini orang-orang menyatakan kalau ia adalah kloningannya Gus Azmi.

Dan satu lagi, walaupun alim tapi Azmi menggunakan sapaan gue-lo teman sebayanya dan orang-orang yang lebih muda dengannya.

"Ah ya, Azmi. Lo yang ngirimin gue oreo sama surat kan?" Lawan bicara Rivalda, sedari tadi tidak menatap muka-nya, yang dilakukan adalah menunduk sembari memainkan gadget-nya.

"Jangan suudzan sama orang!"

"Ngaku aja deh lo."

"Gue nggak terbiasa bohong."

Azmi hanya diam, pandangannya tetap terfokus pada gadget-nya.

"Ah elah, Azmiiii!"

Ck.

Layaknya Hukum I Newton, Azmi tetap mempertahankan posisinya.

"Lo kalo diajak ngomong lihat lawan bicaranya dong!"

"Gue nggak mau dosa, lagian ya lo punya bukti apa buat nuduh gue gitu? Nggak ada kan? Gue tuh udah janji sama abah gue, buat nggak mikirin cinta-cinta an! Udah sono lo pergi aja!"

Ucapan Azmi sukses membuat Rivalda diam. Sepersekian detik kemudian ia melangkah pergi meninggalkan Azmi.

***

[oreo & sepucuk surat]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang