***
Memang benar anak-anak satu kelasnya menjenguk Rivalda setelah bel masuk jam ke-8. Mereka semua secara bergantian menjenguk Rivalda dan memberi mendoakan lekas sembuh kepada Rivalda.
Rivalda senang, dibalik keambisiusan ternyata mereka masih peduli dengan Rivalda.
Sekarang, Rivalda tengah diantar pulang oleh Nandito. Ya, Nandito teman sekelas Rivalda. Nandito Kuduma Ardillah yang aneh tapi nyata itu.
Kronologi penyebabnya, tadi anak-anak meminta salah seorang dari mereka yang bersedia untuk mengantar Rivalda pulang.
Tadi, hanya ada dua orang yang bersedia --yang lainnya ternyata masih ada urusan lain--. Dan, dua orang itu adalah...
Rendra dan Nandito.
Tanpa pikir panjang, tentu Rivalda lebih memilih pulang bersama Nandito. Gadis pecinta oreo itu tentu tidak ingin dicap PHO karena diantar pulang oleh Rendra --yang sudah punya pacar, Elvia--.
Walau jarak rumah Rivalda dengan sekolah --bisa dibilang-- cukup dekat, Nandito mengandari motornya dengan kecepatan yang cukup pelan.
Tidak ada obrolan di antara keduanya. Seperti memang keduanya larut dalam pikiran masing-masing. Atau mungkin, Nandito memberi kesempatan Rivalda untuk larut dalam pikirannya sendiri.
Rivalda tengah memikirkan ucapan Farhan saat memberinya oreo tadi. Setelah mengatakannya, Farhan hanya tersenyum biasa. Tapi, Catur malah tertawa lepas sedangkan Irsyad diam seperti biasa.
Rivalda ingin bertanya, namun naas bel masuk jam ke-8 berbunyi dan teman-temannya terburu datang ke ruang uks.
Rivalda semakin pusing saja ketika memikirkan ini semua. Ingin rasanya Rivalda cepat-cepat membanting dirinya ke atas kasur. Beruntung, motor Nandito sudah berhenti tepat di depan rumahnya.
Gadis itu pun beranjak turun.
"Thanks Dito."
Nandito hanya tersenyum samar. Rivalda pun berbalik dan mulai melangkah masuk dan membuka pagarnya.
Namun, suara Nandito membuatnya berbalik 180° lagi.
"Rivalda."
"Ya?"
"Gue ataupun dia yang katanya si secret admirer lo gak suka lihat lo sakit kayak gini."
Rivalda mengangkat alis.
"Cepat sembuh ya, ini gue ada oreo buat lo." Nandito menyodorkan sebingkis oreo rasa coklat yang diambil dari tasnya.
Rivalda yang masih linglung, menerima begitu saja oreo dari tangan Nandito.
"Thanks lagi, Dito."
Nandito lagi-lagi tersenyum. Kemudian dia mengegas motornya dan perlahan menghilang dari pandangan Rivalda.
Ini kenapa Nandito jadi bersikap manis kepadanya?
Rivalda semakin pusing. Tadi Farhan, sekarang Nandito.
***
Keesokan paginya, keadaan Rivalda belum membaik. Bahkan, boleh dikata semakin memburuk. Untuk itu, ibunya melarang Rivalda bersekolah hari ini.
Hal ini tentu menyiksa Rivalda.
Ya bagaimana, gadis itu ditinggalkan di rumah sendirian. Ibunya tetap bekerja di kantor hari ini. Sementara, Ayahnya --yang memang setiap hari sibuk-- sedang ada pekerjaan di luar kota. Rivalda --si anak tunggal-- hanya ditinggalkan di rumah bersama pembantu rumah tangganya --Bu Asih--.
Walau ada Bu Asih, ia tetap merasa seperti sendirian di rumah. Bu Asih tentu sibuk bekerja di rumahnya. Alhasil, Rivalda hanya tiduran saja di rumah sembari sesekali mengecek handphone-nya dan membalas beberapa pesan dari teman-temannya yang mengucapkannya lekas sembuh.
Rivalda melirik jam dinding yang terpasang di kamarnya. Ah, jam 11 siang. Pantas saja handphone-nya sepi kembali. Pasti, teman-temannya sekarang sedang mengikuti kbm aktif.
Karena bosan dan rasa kantuk yang melanda, Rivalda pun perlahan-lahan menutup matanya dan mulai tertidur.
Setelah sekian lama tertidur, Rivalda pun terbangun. Langsung saja dia melirik jam dinding, ah ternyata sudah jam 1 siang. Bukan waktu yang terlambat untuk menunaikan kewajibannya --shalat dzuhur--.
Walau dengan kepala yang masih pening, Rivalda menguatkan diri untuk berjalan ke kamar mandi --di dalam kamar tidurnya-- untuk mengambil wudhu.
Setelah selesai, ia pun nelaksanakan shalat dzuhur. Beruntung, ia masih punya cukup tenaga untuk melaksanakannya.
Kemudian, Rivalda pun berbaring kembali ke atas kasur dan bernuat untuk tidur lagi.
Namun, Bu Asih tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya sembari membawa nampan berisi bubur, susu, dan obat.
"Sudah bangun neng?"
"Iya bu."
"Ini neng makan siangnya sama obat."
"Makasih bu, taruh aja di nakas," ujar Rivalda sopan.
"Emm, itu neng ada temennya di bawah. Mas-mas sendirian."
"Oh, siapa bu?" tanya Rivalda penasaran.
"Waduh, Bu Asih lupa gak nanya neng. Gimana, boleh suruh naik atau disuruh pulang aja?"
"Suruh naik aja Bu, kasihan kalau pulang."
"Baik Neng."
Rivalda penasaran betul. Tadi, teman-temannya tidak mengatakan ingin menjenguknya, apalagi masih di jam sekolah seperti ini.
Jadi, siapa?
***
Jadi, tim siapa nih?!?!?!
KAMU SEDANG MEMBACA
[oreo & sepucuk surat]✔️
Teen Fiction↪↩ ️️˜"*°•.˜"*°• About Rivalda with her secret admirer between 8 boys from her classmates. •°*"˜.•°*"˜