[20] Show Time

104 21 0
                                    

***

Rivalda dan Rio merasa lega. Penampilan mereka sukses besar. Suara indah dari keduanya ditambah alunan gitar Rio serta lagu Perfect milik Ed Sheeran dan kemistri antar mereka berdua begitu memukau.

Pak Andy selaku guru seni budaya nampak begitu takjub.

Setelah tampil, Rivalda kembali ke tempat duduknya. Kepalanya begitu pusing. Jujur saja, badannya terasa tidak sehat hari ini. Tapi beruntung, Rivalda masih mampu bernyanyi dan menunjukkan yang terbaik.

Rivalda meletakkan kepalanya di atas meja. Indra pendengarannya menangkap giliran Farhan dan Farika yang tampil. Memang, Pak Andy sengaja mengacak urutan tampilan mereka --tidak sesuai urutan nomor absen--.

Gadis bermata bundar itu mengangkat kepalanya , senyumnya mengembang ke arah Farika --bermaksud menyemangatinya--. Farika membalas senyuman Rivalda. Tapi, wajahnya nampak begitu gugup.

Rivalda berusaha menguatkan dirinya untuk melihat penampilan Farika.

Penampilan diawali dengan alunan piano dari Farhan. Seisi kelas nampak kagum, tidak menyangka seorang Farhan memilik bakat terpendam bisa memainkan piano dengan lihai.

Kemudian, suara Farika yang juga bisa dibilang lumayan merdu mulai terdengar. Semuanya menikmati. Suara Farhan pun juga mulai terdengar.

Lagu just the way you are yang dipopulerkan oleh Bruno Mars terdengar begitu indah ditambah improvisasi dari keduanya.

Farika dan Farhan mengakhiri penampilannya. Seisi kelas bersorak. Tak jarang yang menggoda, dari sini Rivalda bisa melihat dengan jelas ekspresi Farika yang begitu kesal.

Rivalda berpikir, mungkin wajah Farika berbanding terbalik kalau Farika digoda dengan Irsyad.

Entah kebetulan apa, --setelah Farika dan Farhan tampil-- kini giliran Irsyad tampil --dengan Kayla--.

Rivalda tersenyum kecut. Farika yang baru duduk pun sudah dipastikan oleh Rivalda kalau melakukan hal yang sama dengannya.

Sama sekali Rivalda tidak bisa fokus dengan penampilan Irsyad dan si gadis imut --yang sering disebut adik di kelas-- yang justru membuat yang lain terpukau.

Rivalda menaruh kepalanya di atas meja. Rasanya, kepalanya jadi sangat pusing. Badannya pun tambah terasa dingin.

***

Saat memasuki istirahat, entah mengapa Rivalda memilih pergi ke perpustakan sendirian. Iya, sendirian. Tadi, Farika sedang ada urusan mendadak dengan Septy --teman Farika sewaktu putih biru--.

Daripada harus mengajak orang lain, Rivalda memilih pergi sendirian.

Badannya terasa lemas. Tadi, Farika sudah memesannya untuk tidak kemana-mana dan kalau ada apa-apa Rivalda tinggal memanggil Farika saja.

Namun dasarnya Rivalda bandel, gadis itu malah pergi ke perpustakaan yang jaraknya bisa dibilang cukup jauh dari kelasnya sendiri.

Sepanjang perjalanan, Rivalda memakan oreo yang didapatkannya tadi pagi. Tentu dari si secret admirernya.

Rivalda sebenarnya pernah berpikir untuk datang pagi-pagi buta agar bisa memergoki si secret admirer saat memasukkan oreo ke dalam kolong mejanya. Namun, pernah ia mencoba beberapa kali hasilnya nol.

Lalu Rivalda pernah mencoba untuk pulang lebih sore, hasilnya pun tak kalah mengecewakan. Jadi, Rivalda menyerah saja. Membiarkan waktu yang menjawabnya.

Rivalda kini memegangi kepalanya. Terasa begitu sakit. Seakan dihantam benda-benda tajam. Ia merasa kedinginan. Ditambah rasa lemas yang menjalar --ke tubuhnya-- membuat gadis itu kesulitan berjalan.

Akan tetapi, dia masih terus saja nekat. Mencoba meyakinkan dan menguatkan dirinya sendiri.

Hingga, ketika langkah kakinya hampir sampai di depan perpustakaan pandangannya mulai mengabur.

Ia mendesah kesakitan. Dengan tangan kiri yang memegangi kepalanya, tangan kanannya pun menempel ke tembok untuk pegangan.

Tapi, beberapa detik setelahnya semuanya terlihat gelap dalam pandingan gadis itu.

Ya, gadis itu tidak sadarkan diri.

Alias pingsan.

***

[oreo & sepucuk surat]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang