My Uneventful Day As a Man; Bagian 1

18 2 0
                                    

Bangun pagi bukanlah suatu hal yang memuakkan lagi untuk dilakukan. Pukul 5 pagi –seperti hari lainnya selama tiga tahun terakhir lebih, aku terbangun dengan sendirinya. Tidak ada alarm, juga tidak ada jam beker yang membangunkanku. Bangun pagi dan melihat matahari terbit itu sangat menyenangkan. Menghirup udara segar dan diterpa angin pagi itu sungguh menyegarkan. Satu batang rokok sebelum mandi, dan satu batang setelah mandi. Beberapa menit untuk bermenung bersama satu batang rokok. Lalu, sebatang lagi sebelum berangkat kerja.

Aku lelah bekerja karena kebosanan yang menerpa seharian di kantor. Mungkin tidak pernah ada sekalipun kondisi yang membuat aku berkeringat dalam pekerjaanku sebagai akuntan keuangan salah satu perusahaan kontraktor. Seharian hanya bekerja membuat pembukuan keuangan kantor atau mengerjakan administrasi, kadang-kadang mempelajari beberapa proyek kantor yang strategis. Rapat-rapat sampai larut malam. Presentasi. Mengutak-atik komputer. foto copy berkas-berkas, menjilid laporan, bermenung. Hanya otakku saja yang diperas. Otot-ototku tegang jarang digerakan. Tidak ada hal yang benar-benar menarik untuk bisa dilakukan, baik di kantor maupun dirumah.

Setiap Jumat malam berkeliling Jakarta mencari kedai-kedai makan yang kurasa menarik untuk disinggahi. Tidak ada tempat makan langganan bagiku. Terserah itu tempat makan yang digelar di trotoar, ataupun di bangunan permanen. Aku makan di pinggiran kota kumuh, hingga kawasan elit. Kukunjungi tempat makan yang memasak makanan secara serampangan minggu ini dan yang dimasak oleh chef bersetifikat internasional di minggu yang lain. Bertahun-tahun aku melakukan kegiatan ini, namun jarang aku menemukan keceriaan saaat makan dan minum. Kesendirian selama bertahun-tahun ternyata telah memandulkan lidahku untuk menikmati anugerah rasa yang diberikan kepada manusia.

Aku selalu menyempatkan diri untuk membeli beberapa DVD, kadang-kadang buku, banyak makanan ringan, dan satu atau dua botol bir untuk kuhabiskan sendirian di akhir minggu yang membosankan. Sofi penjaga kios DVD sudah hafal akan kedatanganku pada Jumat malam sehingga dia agak lambat menutup kios nya untuk menungguku yang sering mampir larut malam. Aku masuk toko dia tersenyum, tidak menawarkan film-film terbaru. Bertahun-tahun membeli DVD di kios nya, dia tahu bahwa kau tidak tertarik dengan film-film baru.

Penjaga mini market atau penjaga counter di toko buku tidak terlalu kukenali karena mereka dilatih untuk bisa melayani pelanggan secepat mungkin, sehingga meniadakan kesempatan bagi kami untuk bercakap-cakap sekedar berbasa-basi. Koh Agus telah siap menyediakan dan membungkus botol bir untukku. Kami biasa bercakap-cakap sebentar menanyakan kabar. Aku membayar, dia menerima, aku pergi, dia melambaikan tangan, aku tersenyum dan menghilang sampai muncul di hari yang sama pada pekan berikutnya.

Setiap dua hari dalam seminggu –Sabtu dan Minggu, adalah hari yang akan dilalui beberapa bagian dari kelas pekerja untuk berlibur. Meskipun bagian lain dari kelas pekerja yang masih dituntut untuk melaksanakan kegiatan produksi. Aku termasuk dalam bagian yang mendapat legalitas berlibur di akhir pekan, dan tetap dibayar.

Sabtu pagi waktu bermenung lebih panjang. Dua gelas teh dan beberapa batang rokok harus ada dipagi hari. Stok teh di rumahku harus selalu ada. Aku tidak memiliki asisten rumah tangga. Kehadiran orang lain di akhir pekan sungguh menganggu. Keberadaan mereka di hari kerja sungguh tidak menyenangkan. Aku tidak bisa berkonsentrasi di kantor jika tahu ada orang yang berada di rumah. Maka segala kebutuhan rumah tangga, mau tidak mau adalah tanggung jawabku sendiri. Pergi ke pasar membeli semua kebutuhan selama seminggu kedepan, lalu mengambil dan mengantar pakaian ke laundry.

Aku tidak pandai menawar barang. Sebagai akuntan aku tidak dilatih untuk itu. Aku hanya biasa mencatat apa yang ada secara cermat. Aku tidak dipersiapkan untuk berdebat, mengancam dan menggertak lawan, menegaskan posisi tawarku yang kuat demi mencapai kepentingan. Berapa harga yang diletakan penjual aku ambil.

Kita TertawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang