ALIYE'S WEDDING

38 3 0
                                    




Desember 2016, pesta pernikahan Aliye digelar di kotaku. Gilang, Rikke, dan Aditya menepati janji mereka untuk hadir. Mereka datang dengan membawa keluarga mereka. Pernikahan ini sangat meriah, ratusan tamu datang. dr. Ros menjadi orang yang paling berbahagia. Pertama, bisa berkumpul lengkap dengan keluarganya. Kedua, beliau berhasil menaklukan kanker yang dia derita. Beliau memang orang yang tangguh bisa melawan penyakit yang sangat ditakuti semua orang pada usia setua itu.

Aliye adalah anggota keluarga terakhir yang menikah. Tara mendahuluinya menikah, aku menikahi Tara beberapa hari setelah aku melamar Tara. Aditya menjadi wali Tara, dan Cecillia menjadi waliku. Moisme sengaja didatangkan dari Yogyakarta untuk menjadi saksi. Dia hadir dalam pernikahan kami dengan wajah yang tetap saja datar. Dia mengajak beberapa temannya yang aneh.

Pernikahan kami sederhana, tetapi bulan kami luar biasa selama satu bulan lebih. Utara, selatan, barat dan timur Bali kami jelajahi. Aku dan Tara menjadi relawan menolak Reklamasi Teluk Benoa, kami turun aksi ke jalan berkali-kali. Aku berkali-kali melamarnya saat sedang melakukan demonstrasi. Dalam suatu aksi, aku membawa kertas karton yang kutulis "I love Tara!" dengan spidol. 

Kami sering dalam panggung rakyat dan tara beberapa kali membaca puisi dalam acara tersebut. Tidak terlalu lama kami menjadi pentolan gerakan. Diakhiri pembacaan pusis, dia selalu menyelipkan puisi cinta yang dikutipnya dari sajak-sajak Khalil Gibran. Dan akhir-akhir bulan madu kami, semakin banyak saja rasanya orang-orang berjaket kulit, bercelana jeans yang potongan rambutnya cepak berkaca mata hitam, dan memakai sepatu pentofel mengkilat yang mengikuti kami. Aku tidak peduli, Tara lebih tidak peduli.

Sebelum pulang, aku dan Tara menyempatkan untuk menyaksikan festival musik Soundrenaline yang digelar di Garuda Wisnu Kencana. Festival ini berlangsung selama dua hari dan kami menginap disana, tidur di lapangan terbuka menatap bintang dan bulan pada malam hari dan pemandangan Teluk Benoa di utara. Saat musik dimainkan Simple Plan, Tara memanjat dan duduk diatas pundakku. Kali ini dia yang melamarku "Will you marry me?" teriaknya. "I do, I'll marry you again and again, like a thousand times,"

Ibu dan ayahku murka karena aku menikah diam-diam, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa lagi saat mereka tahu aku menikahi Tara. "Aku sudah tahu kalian akan bersama, kenapa tidak dari dulu saja? kalian harus mengadakan resepsi ulang, dan pesta di sini! Kalau tidak, aku tidak akan merestui pernikahan kalian," kata ayahku, ibuku mengangguk. Kedua kakakku masih shock, Tara tersenyum.

Aku terpaksa menerima desakan itu, jika mau pernikahanku ini direstui. Pesta pernikan kami mutlak harus dilaksanakan. Tara juga setuju. Tetapi bukan untuk sekarang, akan ada waktunya saat aku dan Tara siap.

Kita TertawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang