Rahasia Aditya; Bagian 3

16 2 0
                                    


"Tidak ada manusia hidup tanpa pernah melakukan kesalahan, kita sama-sama tahu akan kesalahan bapak yang menghianati ibu dan keluarga ini. semua orang menyesalkan tindakan bapak, kami saat itu sudah cukup dewasa untuk berfikir, kau masih belum, Tara. Kami berempat meminta ibu untuk meninggalkan bapak. Ibu menolaknya, kesetiaan ibu kepada bapak sungguhlah besar.

Saat kecelakaan itu bapak berubah, beliau menjadi pemurung. Beliau sadar akan kesalahannya dan sangat menyesal. Penyesalan ini membuat bapak benar-benar berubah. Ibu tetap ada disamping bapak. Kami sesekali mengunjungi bapak. Kami bisa menerima itu semua dengan ikhlas, tetapi kami sudah berada terlalu jauh dari keluarga ini," Aditya memberikan penjelasan, aku dan Tara mengetahui cerita ini.

Aditya kembali diam untuk beberapa saat, menghisap rokoknya dalam-dalam dan mulai bercerita lagi, "Kita semua tahu cerita itu, tetapi yang tidak kau kau ketahui adalah ternyata bapak bukanlah satu-satu orang yang pernah menghianati keluarga ini. Kau adalah hasil dari sebuah penghianatan lain yang menjadi awal retaknya keluarga ini. Ibu pernah berhubungan dengan orang lain, dia adalah cinta masa muda ibu. Kita sama-sama tahu bapak dan ibu itu dijodohkan. Seperti bapak yang memiliki seseorang yang dicintai di masa mudanya, ibu juga memilikinya. Ibu adalah orang yang lembut, beliau memang telah dipersiapkan oleh keluarganya untuk menikahi bapak suatu saat. Tetapi itu tidak menutup kemungkinan ibu mencintai orang lain sebelumnya. Pada suatu saat mereka bertemu, dan tidak ada yang menyadarinya. Bahkan saat kau lahir dan sangat berbeda dengan kami semua, bapak tetap diam. Kau mulai tumbuh dan perbedaan yang kau miliki sungguh terlihat tampak. Akhirnya ibu mengakui perselingkuhannya, bersamaan saat perselingkuhan bapak diketahui semua orang. Mereka sama-sama melakukan kesalahan yang fatal. Dalam hal ini kesalahan ibu lebih fatal karena menghadirkan kau ditengah-tengah keluarga kami. Kau bukan bagian dari kami, Tara. Kehadiranmu di dunia inilah yang menjadi awal hancurnya keluarga ini. Tetapi aku tidak bisa menyalahkanmu, karena kau tidak tahu apa-apa. Kau hanya hasil dari sebuah kesalahan ini. Ibu yang bersalah, bapak juga mengikuti kesalahan ibu. Tidak ada yang benar-benar setia dalam keluarga ini. Dan kau berharap kami semua bisa setia dengan semua penghianatan dalam keluarga ini? Aku tidak bisa, Tara. Aku tidak bisa memahami apa itu setia, aku tumbuh tengah-tengah penghianatan ini. aku hanya akan setia kepada diriku sendiri. Aku tidak tahu lagi apa artinya keluarga ini. Semua yang aku sampaikan ini benar adanya, tidak ada yang dikurangi atau ditambah. Jika benar ibu saat ini sedang sakit aku harap kau tidak menanyakan hal ini kepada ibu, aku bisa menjelaskannya panjang lebar kepadamu nanti, aku berjanji. Untuk masalah pernikahan Aliye, aku pasti akan datang. Aku harap itu tidak akan menjadi acara kumpul-kumpul keluarga kita yang terakhir. Bagaimana dengan Gilang dan Rikke?"

"Mereka setuju untuk datang, tetapi aku lihat mereka tidak terlalu antusias. Tapi tenang saja, aku sudah mengancam mereka berdua. Mereka berjanji untuk datang," kata Tara, dia menatap lama Aditya. Aditya membalas tatapan Tara.

"Aku pernah berfikir bahwa aku mungkin aku adalah anak pungut, itu lebih terhormat. Ternyata aku hanyalah anak yang lahir dari hubungan gelap perselingkuhan ibu, itu sangat tidak terhormat. Tetapi bagaimanapun ibu adalah ibu, bapak adalah bapak, dan kalian tetap saudara bagiku. Meskipun hubungan kita tidak pernah dekat layaknya hubungan saudara, karena kita memang bukan saudara sedarah. Tetapi aku juga merasa hubungan kalian berempat juga tidak terlalu dekat. Maka keluarga ini tetaplah keluarga. Siapa ayah kandungku aku tidak peduli, aku merasa bapak adalah ayahku, dan aku akan selalu menganggapnya begitu. Mendiang Pak Hermanto Moenik adalah satu-satunya bapak yang aku punya, dan dr. Rosyanti Rasyid adalah ibuku. Sudah sangat terlambat untuk menuntut ibu karena penghianatan yang melahirkan aku ke dunia ini. Usiaku sudah dua puluh delapan, kau mungkin empat puluhan, Gilang dan Rikke lebih tua lagi. Ini adalah keluargaku selama lebih seperempat abad, ayah kandungku bukanlah ayahku yang sebenarnya karena aku tidak pernah bertemu dengan dia, siapapun itu. Mendiang bapak adalah ayahku. Aku hargai kau telah bercerita kebenaran kepadaku, aku tidak menyalahkanmu karena baru sekarang menceritakannya. Terima tidak terima aku tetaplah adikmu selama dua puluh delapan tahun ini. jika kau menyalahkan aku atau ibu atas kehancuran keluarga ini, silahkan saja. Aku tidak protes karena memang begitulah adanya. Dan jika kalian ingin berjalan masing-masing itu hak kalian, bukankah bapak dan ibu telah mengajarkan kita semua untuk bisa hidup bebas. Sekali lagi, aku benar-benar berharap kau hadir dalam pernikahan Aliye, itu keinginan ibu." Tara mengakhiri percakapan.

Aku terpana mendengar kenyataan yang baru saja terungkap setelah tertutup selama dua puluh delapan tahun. Aku juga heran dengan ketegaran Tara menerima kenyataan ini. Dia memang seorang wanita yang luar biasa. Hanya itu yang bisa aku fikirkan, dia wanita yang luar biasa. Aku tidak bisa berpikir apa-apa lagi saat ini.

Kita TertawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang