Ini Bukan Lelucon; Bagian 2

13 2 0
                                    

Kami berbincang-bincang panjang malam itu. Aku dan Cecillia bisa cepat akrab. Orang aneh tentu akan mudah dekat dengan orang aneh lainnya. Berkawan dengan Tara telah membuat kami menjadi orang yang aneh.

Hingga pukul sepuluh malam kami berbincang-bincang. Waktu memang berlalu begitu cepat saat kau bersama seorang wanita cantik. Cecillia mengajak aku untuk kembali ke penginapan, saat meninggalkan restoran, dia memaksa untuk membayarkan bill kami.

"Tidak setiap hari kita bisa bertemu, kau adalah tamuku. Biarkan aku yang melayanimu saat ini, nanti jika kita bertemu lagi kau yang yang harus mentraktir!" kata Cecllia mengedipkan matanya.

Aku tersenyum dan berkata "Okkey."

Kami berjalan kaki untuk kembali ke penginapan. Kepalaku sudah cukup pusing, aku mabuk lagi. Cecillia juga begitu tampaknya, jalannya sempoyongan. Dia mengigau dengan menggunakan tiga bahasa sekaligus yang dirangkai dalam satu kalimat, Indonesia, Mandarin, dan Inggris. Aku tidak mengerti apa yang dikatakannya. Jalanku sudah tidak lurus. Di sebuah gang gelap, aku dan Cecillia betabrakan. 

Kami terjatuh, Cecillia jatuh terlebih dahulu, sepersekian detik kemudian aku jatuh di sampingnya. Badan kami berada pada posisi yang berbahaya. Aku rasa posisi jatuh kami konyol, kami tiarap di jalanan. Aku tertawa dan diikuti tawa Cecillia yang keras, sambil tetap tiarap kami saling berpandangan, nafas Cecillia memburu, dia menatapku tanpa bicara.

Nafasnya bau. Begitu juga aku rasa nafasku bau, itu mungkin aroma alkohol yang kami minum tadi. Aku mencoba meraih tangannya yang tergeletak di tanah, sedikit lagi tanganku mencapai tangan Cecillia, dan sebuah sepatu boots menghantam aspal tepat didepan kepalaku. Brrukkk, bunyinya berat.

"Orang bodoh! Masa kecil kurang bahagia! Tuhan sudah menciptakan pantai indah dan matahari yang hangat agar manusia bisa tiduran dengan santai disana. Dua manusia idiot ini malah tiarap dan tersenyum di gang busuk yang gelap ini." aku memandang keatas menatap pemilik sepatu ini, ini pasti Tara, sepatu boots dan suaranya adalah milik Tara, aku kenal sekali. Cecillia hanya tersenyum, lalu bangkit, dan membersihkan pakaiannya. Kerah bajuku ditarik Tara agar aku bangkit berdiri.

"Sebentar saja aku tinggalkan, kau sudah nakal. Kau pikir apa yang akan kau lakukan, mencumbu seorang wanita sambil tiarap? Romantis sekali khayalanmu. Ibumu pasti malu kalau dia tahu apa yang kau lakukan disini," Kata Tara dengan wajah yang jengkel menatapku.

"Hahahaa, kau bisa saja Tara. Kami minum terlalu banyak tadi, sehingga mabuk sedikit. Sudah tidak lurus jalan kami saat menuju penginapan. Kami bertabrakan dan terjatuh. Akan ada sebuah kisah yang romantis terjadi di gang ini, jika kau tidak muncul," Kata Cecillia sambil menepuk-nepuk bahu Tara.

"Aku menyelamatkanmu dari terkaman singa tua ini, Ce. Kau seharusnya berterimakasih padaku," kata Tara pada Cecillia.

"Auumm, kau pelit sekali. Menikmati singa tua berpengalaman ini hanya untukmu sendiri. Sudahlah, aku juga tidak ingin mencuri singamu. Aku harus pulang. Besok aku akan ke Surabaya, kau tidak apa-apa kutinggal disini dulu. Tiga hari lagi aku kembali. Aku harap kau masih disini saat aku kembali. Motor itu kau pakai saja dulu, jika kau akan pergi dalam tiga hari ini. kembalikan saja ke salonku yang tadi, kau masih ingat alamatnya?" kata Cecillia mencakar-cakar lengan Tara, dia lalu pamit dan pergi menuju mobilnya yang parkir di depan penginapan.

Sebelum pergi Cecillia berkedip kepadaku dan memonyongkan mulutnya, seperti dia akan menciumku. Aku terperangah melihat kelakuan Cecillia itu, nafasku menjadi sesak. Jika saja tidak ada Tara saat ini, maka terjadilah hal yang kuinginkan itu.

Kita TertawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang