Cerita Dalam Kereta; Bagian 4

13 2 0
                                    


Jika ada seorang wanita cantik datang kepadaku, memintaku menjadi pacar dengan syarat aku berhenti merokok, akan kutolak mentah-mentah. Karena itu hanya karena "jika". Jika adalah suatu kondisi yang tidak benar-benar terjadi, hanya pengandaian. Sama halnya dengan kata kalau. Kondisi jika itu tidak akan pernah terjadi. 

Tidak akan pernah ada seorang wanita cantik khilaf melakukan hal seperti itu kepadaku. Tidak dalam sejarah hidupku, tidak dimasa sekarang, tidak juga dimasa depan. Hal itu tidak akan pernah terjadi, didalam mimpipun tidak akan. Itu hanya pengandaian konyol yang tidak masuk akal. Aku tidak mau membicarakannya lagi!

Aku mengambil ponsel dari kantung celana, lalu memasang handsfree, dan memutar lagu pada pada aplikasi mp3 player yang ada pada ponselku. Beberapa lagu sangat menyenangkan untuk menemani perjalanan panjang ini. untuk beberapa saat aku terhanyut dalam lagu-lagu yang aku pilih untuk didengar. Jumlah lagu yang berada dalam ponselku mencapai ribuan, dan akan ada banyak pilihan lagu yang bisa menggambarkan perjalanan ini.

Tara masih asik dengan buku catatan coklatnya, dia sibuk menulis. Entah apa yang ditulisnya. Mungkin dia akan menebitkan sebuah buku tentang perjalanan ini. aku bermaksud menggodanya.

"Kenapa tidak kau karang saja cerita tentang apa yang kita lakukan? Kau terbitkan sebuah buku. Berhubung kau memang seorang penulis, kurasa tidak akan sulit bagimu untuk mengarang, dan mencari percetakan untuk menerbitkan ceritamu. Paling tidak kau bisa memuatnya pada koran tempat kau bekerja," kataku.

"Ide bagus, aku memang berniat untuk melakukannya," Tara berkata dengan tidak peduli, dia masih sibuk dengan kegiatan menulisnya.

"Kebetulan, aku punya tuntutan. Jadikan aku tokoh utama dalam cerita itu. Buat aku menjadi seorang lelaki tampan yang baik hati."

"Aku bisa saja memenuhi permintaanmu. Tetapi lelaki tampan yang baik hati tanpa kisah cinta dalam hidupnya itu kering. Tidak menjual. Mau kutulis bagaimana ceritanya? Manusia biasa, dengan pekerjaan biasa, tinggal dilingkungan biasa, menjalani kehidupan biasa-biasa saja, lalu mati. Apak yang bisa kujual dari cerita hidupmu yang menyedihkan itu?"

"Karang saja kisah cinta yang romantis untukku. Meskipun kering akan kisah cinta dalam dunia nyata, paling tidak, kisah cintaku berjaya dalam imajinasimu."

"Itu adalah tindakan kriminal. Aku bisa dikenakan pasal pencemaran nama baik. Aku bisa saja melakukannya, tetapi aku tidak mau. Aku tidak mau memfitnah orang yang hidupnya mengenaskan sepertimu. Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Aku jurnalis, seorang jurnalis harus menuliskan apa yang ada dan sebenarnya terjadi. Tidak boleh dilebihkan, atau dikurangi."

"Kau kan menjadi seorang pengarang saat menuliskan cerita tentang hidupku. Itu hanya sedikit penambahan untuk pemanis cerita."

"Untuk seorang karakter yang fiksi bisa aku lakukan, jika kau menjadi inspirasiku, itu hukumnya fitnah. Aku tidak mau terjurumus dalam lubang dosa karena memfitnah temanku."

"Dari mana datangnya fitnah itu? Aku rasa kaulah orang yang sebenarnya mengada-ada disisni,"

"Pokoknya itu fitnah, aku tidak mau membahasnya lagi. Percakapan ini sudah berakhir. Kau dengar palu sudah diketuk. Pembahasan ini berakhir," Tara memukulkan tangannya pada kursi sebanyak tiga kali. Tok..tok..tok!

Aku kembali fokus mendengarkan musik dari ponselku. Tara melanjutkan tulisannya. Kereta sampai di Stasiun Madiun, aku dan Tara saling bertatapan dan mengangguk. This is smoking time. Kami keluar dari kereta, menuju smoking room yang disediakan pada salah satu sudut di stasiun ini. aku membakar satu batang dan Tara membakar satu batang. Peru-paru terasa sangat lega setelah mendapat asupan asap dari sebatang rokok ini. 

Kuhisap dalam-dalam, lalu kutahan sebentar kumpulan asap itu untuk sementara mengendap dalam paru-paruku, dan aku hembuskan secara perlahan-lahan, begitu selanjutnya sampai satu batang rokok ini terbakar sampai puntungnya. 

Tara juga tampak sangat menikmati satu batang rokok ini, segala cerita hidupnya yang aneh ini pastilah membuatnya stres. Kadang sebatang rokok sedikit akan meredakan stres. Ini teori para perokok, aku belum pernah membaca teori ilmiah yang mendukung teori ini. Tetapi aku tidak peduli, bagi kami teori itu memang benar adanya.

Kita TertawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang